My Beautiful Teacher - Bab 94 Tinju Satu Inchi
Mendengar kata-kata Jack Cassio tadi, aku sudah bisa tahu bahwa Diego sangat kuat, tetapi kekuatan Diego melebihi ekspektasi aku dan berhasil mengejutkan aku.
"Setelah tiga bulan tidak berjumpa, kemampuan seni bela diri orang ini mengalami peningkatan yang sangat pesat, benar-benar sangat menakutkan" Jack Cassio mengomel dengan dirinya.
"Aku tidak merasa Diego sangat hebat, Decky Heng yang terlalu lemah" Mikasa yang berdiri di samping berkata dengan nada suara normal.
Jack Cassion tertawa dengan pahit: "Adik junior, kamu tidak tahu, Lihatlah cara Decky Heng menarik jarak dia dengan Diego beserta kecepatan dan kekuatan dia melambaikan pukulan, meskipun tidak bisa dibilang sangat kuat, pastinya kemampuan orang ini juyga tidak lemah, aku saja tidak bisa menyelesaikan pertandingan dalam waktu satu detik, selain itu, kamu lihat kondisi Decky Heng, dia berbaring tergeletak di atas lantai, pukulan Diego berhasil membuat dia pingsan, kamu pikir saja, tadi aku bahkan tidak sempat melihat pukulan Diego dengan jelas, selain itu hal yang lebih menakutkan adalah kekuatan Diego yang berhasil membuat seorang seniman bela diri pingsan di tempat dengan satu pukulan, dari hal-hal ini sudah bisa dijelaskan Diego bahkan masih belum menunjukkan talenta aslinya, awalnya aku masih memiliki sedikit kepercayaan diri untuk melawan dia, sekarang aku sudah tidak melihat harapan."
Berkata sampai sini, Jack Cassio pun mengerutkan alisnya dengan ekspresi yang tidak puas dan marah.
Sementara Mikasa hanya menggembangkan bibirnya tanpa berkata apa pun.
Aku mendengar semua kata-kata Jack Cassio, kata-kata dia tidak salah, pantasan Jack Cassio bisa menyebut Diego sebagai saingan kuat yang masuk ke finalis pertama, kekuatan Diego benar-benar sangat luar biasa, pada saat yang sama aku juga sadar seberapa kejamnya para finalis.
Secara refleks, aku menoleh ke Tuan Tua Chen yang berdiri di samping.
Tuan tua Chen berdiri dengan kedua tangan di belakangnya, sudut bibirnya terangkat dengan puas, sepertinya dia sangat puas dengan performa siswanya hari ini.
Kemampuan Diego berhasil mengejutkan semua orang, wajah Miwa Laso dipenuhi dengan ekspresi terkejut dan marah.
Dua teman yang berdiri di belakangnya segera melangkah ke depan dan membantu Decky Heng yang sudah pingsan di lantai, kemudian mereka berteriak: "Senior, senior, bangun! Apakah kamu baik-baik saja?"
"Tenang saja, dia hanya pingsan sementara karena pukulan aku, sebentar lagi dia akan sadar diri" Diego berkata dengan nada suara ringan, tatapan dia memancarkan cahaya percaya diri.
"Sialan, Decky Heng terlalu ceroboh, makanya kamu bisa memenangi dia, lawanlah aku." Miwa Laso menggigit giginya dengan ekspresi yang tidak puas.
"Boleh, jangan lupa perjanjian kita, yang kalah harus pergi dari sini."
"Jangan berkata hal tidak berguna, ayo." Karena marah, Miwa Laso bahkan tidak melakukan pembukaan tanding terlebih dahulu, dia berteriak dan langsung melangkah ke depan untuk menyerang Diego.
Diego mengulurkan salah satu tangannya dengan posisi kedua kakinya terbuka sedikit lebar.
Dalam waktu sejenak, jarak antara mereka berdua menjadi pendek, Miwa Laso langsung menendang ke arah dada Diego.
Diego mengerutkan alisnya dan menggerakan tubuhnya ke samping untuk menghindar, kemudian dia melambaikan tinjunya ke wajah Miwa Laso.
Reaksi Miwa Laso sangat cepat, dia langsung meloncat ke arah belakang dan menyerang Diego lagi dengan tendangan.
Dua orang ini sedang bertanding dengan lima atau enam gerakan sekaligus.
Pada saat ini, Jack Cassio memancarkan tatapan yang terkejut: "Tidak menyangka, dari kalian Kota A masih ada orang yang begitu pintar, siapa namanya?"
Aku tahu Jack Cassio sedang bertanya kepada aku, karena malas berurusan dengannya, aku hanya bereaksi dengan tertawa dengan dingin.
Setelah itu Jack Cassio mengulangi pertanyaannya lagi kepada Ladira Zamo dan sukses mendapat jawaban.
"Miwa Laso dari Dojo Jangga ini benar-benar hebat, sayangnya dia tetap bukan saingan Diego." Jack Cassio berkata.
"Aku merasa, tidak tentu begitu." Ladira Zimo berkata.
Setelah Ladira Zimo berkata, Diego langsung melambaikan tinjunya, kali ini Miwa Laso hanya bisa menahan dan mundur ke belakang dua langkah secara refleks.
Diego menggunakan kesempatan ini untuk terus menyerang dan melangkah ke depan.
Pada saat aku bahkan belum mengerti situasi, perut Miwa Laso sudah dipukul berkali-kali.
Kecepatan Diego melambaikan tinju membuat orang tidak sempat berekasi, meskipun jarak dia menyerang sangat pendek, hanya sekitar beberapa cm, tetapi bisa dirasakan kekuatan dan aura dia yang kuat.
Dalam waktu beberapa detik, Diego berhasil memukul sebanyak lebih dari 20 kali, setiap pukulan membuat tubuh Miwa Laso bergetar dan mundur ke belakang, sementara Diego akan melangkah satu langkah ke depan pada setiap pukulan.
Semua orang sibuk minggir ke sudut, setelah lebih dari 20 pukulan, Miwa Laso sudah mundur sampai sudut dinding.
Pada saat Diego berhenti memukul, wajah Miwa Laso sudah pucat total, dia memegang perutnya dengan wajah kesakitan dan jatuh ke lantai sambil berteriak, kemudian beberapa temannya pun segera membantunya.
"Maaf ya, lain kali baru minta maaf dengan kalian, kalian sudah boleh pulang sekarang." Diego berkata dengan tenang.
Miwa Laso dan Decky Heng pergi dengan bantuan teman-temannya, mereka terlihat kalah total sampai bahkan tidak berani mengatakan apa pun kepada Diego, jelas, mereka takut kepada kemampuan Diego.
Tidak hanya mereka, semua orang yang berada di tempat juga tidak berani berkata apa pun.
Aku juga merasa sangat kaget dan tidak bisa percaya.
Teknik yang digunakan Diego tadi terlihat sedikit familiar, tetapi aku yakin Instruktur Louis tidak pernah mengajarnya.
Ternyata di dunia ini ada teknik tinju seperti ini, kalau aku yang melawan Diego, bisa jadi aku sudah kehilangan energi secara total setelah belasan pukulannya.
Langkah terakhir dari teknik tinju cepat itu tidak bisa tertandingi, benar-benar bisa membuat orang merasa sesak nafas, bahkan aku merasa agak ketakutan dengan teknik itu.
Jack Cassio sepertinya tahu apa yang sedang aku pikirkan, sehingga dia berkata: "Teknik yang digunakan Diego tadi namanya Tinju Satu Inchi , Tuan Tua Chen yang mengajarnya, yang menakutkan adalah Diego bisa jadi bahkan belum menunjukkan kemampuannya lebih dari 50%, teknik tinju yang membuat orang sesak nafas seperti ini benar-benar membuat orang merasa Diego itu tidak bisa dikalahkan."
Tinju Satu Inchi
"Tinju Satu Inchi yang dilatih Ip Man?" Aku bertanya.
Jack Cassio mengangguk: "Waktu muda, Tuan tua Chen pernah berinteraksi dengan Bruce Lee, seharusnya dia belajar Tinju Satu Inchi dari sana, kemudian mengajarkannya ke Diego."
Aku dan Ladira Zimo saling menatap, sudah tidak tahu harus berkata apa.
Tidak menyangka orang-orang ini pernah berinteraksi dengan tokoh legenda yang sudah meninggal lama, pantasan Diego bisa begitu kuat,.
Tetapi berpikir kembali, Diego baru saja belajar seni bela diri selama 8 bulan dan dia sudah begitu kuat, selain faktor gurunya pandai mengajar, faktor lainnya adalah Diego memikili talenta yang sangat kuat.
Jack Cassio menggigit giginya dan terus berkata: "Meskipun sekarang aku tidak bisa melawan Diego, tetapi aku percaya suatu hari nanti aku pasti mengalahinya."
"Sepertinya kamu sangat dendam kepada Diego" Ladira Zimo berkata.”
Mikasa menggembengkan bibirnya, tampaknya dia ingin mengatakan sesuatu, sementara pada saat ini pemilik restoan malah bertepuk tangan sambil berteriak dengan kuat: "Tuan Chen benar-benar sangat luar biasa, pantas siswanya disebut sebagai siswa Tuan Tua Chen yang berprestasi."
Setelah pemilik restoran mulai tepuk tangan, semua orang juga mulai ikut tepuk tangan.
"Guruku tidak boleh mendengar suara yang terlalu kuat, tolong kecilkan suaranya" Diego segera berkata.
Pemilik dan semua orang pun berhenti tepuk tangan.
"Sudah, semua orang tolong bubur saja, benar-benar sangat maaf"
Para tamu semuanya berkata tidak apa-apa.
Pemilik restoran menambah: "Para tamu, waktu kalian mau pulang, boleh pergi ke kasir dulu untuk mengambil hadiah kecil, terima kasih atas kerja samanya."
Semua tamu pun pulang, sementara pada saat ini, Diego berjalan ke arah kami dengan tatapannya mengunci di Mikasa.
"Mikasa, benar-benar sangat kebetulan, kita bertemu lagi" Diego berkata kepada Mikasa dengan senyuman, "Aku sudah melihat kamu waktu tanding tadi, maaf baru menyapa kamu sekarang."
Mikasa hanya mengangguk dengan ekspresi yang biasa.
Sementara Jack Cassio yang berdiri di samping pun berkata dengan dingin, "Sama sekali tidak kebetulan, adik senior sama sekali tidak ingin bertemu dengan kamu."
Novel Terkait
The Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensMr Huo’s Sweetpie
EllyaMore Than Words
HannyKing Of Red Sea
Hideo TakashiHarmless Lie
BaigeCEO Daddy
TantoHanya Kamu Hidupku
RenataMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang