My Beautiful Teacher - Bab 54 Curahan Hati
Ketiga bajingan itu berguling di atas tanah, ada dua orang yang masih ingin bangkit berdiri dan kutendang lagi, mereka pun baru bisa berbaring dengan diam.
"Hanya dengan kemampuan kungfu seperti itu sudah berani menggoda wanita, hari ini aku memberi kalian sebuah pelajaran, jika berani melakukannya lagi, setiap melihatmu akan aku pukul." Aku berkata dengan dingin.
Karena memanggil polisi akan lebih merepotkan, ditambah lagi Lastri tidak kenapa-napa, sehingga aku pun tidak memanggil polisi.
Aku berjalan ke samping Lastri dan bertanya:" Kamu tidak apa-apa kan?“
Lastri memandangku dengan pandangan mata yang jernih dan menggelengkan kepala.
"Jika tidak apa-apa, kita pergi saja dari sini."
Aku dan Lastri meninggalkan tempat itu, setelah beberapa saat, dia baru tersadar dan berkata:" Benar-benar terima kasih ya, Tuan rumah. Tidak mengira kamu memiliki kemampuan sebaik ini, bahkan bisa dimasukkan ke dalam novel."
Aku tersenyum pahit:" Kamu jangan sarkas kepadaku. Oh ya, mengapa kamu masih berjalan dengan dandanan seperti ini sendirian semalam ini ?"
“Tidak ada inspirasi, aku pergi ke bar untuk mencari inspirasi." Lastri menjelaskan sambil tersenyum," Siapa yang menyangka ketika dalam perjalanan pulang bisa bertemu tiga orang bajingan, benar-benar beruntung kamu melewati tempat ini dengan tepat waktu, jika tidak aku pun tidak tahu apa yang akan terjadi."
"Kita adalah tetangga, jangan sungkan. Kamu biasa pergi ke bar untuk mencari inspirasi?"Aku bertanya karena bingung.
"Tidak hanya ke bar, kadang kala aku juga bisa pergi memanjat gunung atau pergi travelling dan berbagai macam cara lain. Karena itu aku menyewa kamar darimu, supaya bisa menulis sambil bepergian."
Perkataannya ini membuatku semakin mengenal Lastri.
"Namun kamu mengenakan pakaian seperti ini, berjalan sendirian pulang ke rumah di malam hari adalah hal yang terlalu berbahaya."Aku mengingatkan.
"Pada awalnya aku berniat pulang menggunakan taxi, pada akhirnya tidak mendapatkannya, aku pun tidak banyak berpikir, merasa berjalan pulang ke rumah juga baik-baik saja. Terima kasih peringatan darimu, aku akan lebih hati-hati lagi di masa depan."
Aku dan Lastri berjalan dengan berdampingan, sambil berjalan sambil mengobrol seperti ini.
Lastri tidak bisa menahan diri dan bertanya:" Oh ya, bagaimana kamu juga baru pulang semalam ini, dari gaya jalanmu, apakah kamu mabuk?"
Aku menganggukan kepala:" Minum sedikit."
"Ini bukan hanya sedikit loh, aroma alkohol dari tubuhmu sangat keras, apakah menemui suatu masalah yang mengganggu hatimu?" Lastri bertanya sambil tersenyum kepadaku.
Hatiku terketuk, tiba-tiba berkata:" Apakah aku bisa menanyakan satu hal?"
"Ya, tanyakan saja." Lastri menjawab sambil tersenyum.
"Apakah kamu mempunyai mimpi?" Aku bertanya.
Mendengar pertanyaanku, Lastri sedikit terkejut, dia pun terdiam sejenak, setelah beberapa detik, dia baru menjawab dengan sungguh-sungguh:" Jika hidup di dunia ini tidak mempunyai mimpi untuk diri sendiri maka bukan orang yang sempurna, aku juga secara otomatis memilikinya, namun apakah bisa terlaksana atau tidak, tergantung dari setengah kerja keras dan setengah keberuntungan."
"Kalau begitu jika contohnya saat ini ada sebuah kesempatan yang sangat baik di hadapanmu, bahkan bisa dengan waktu yang paling cepat merealisasikan mimpimu sendiri, namun syaratnya adalah kamu harus berpisah dengan pacarmu, menurutmu apa yang harus dilakukan oleh pacarmu yang bisa membuatmu puas. Apakah dengan proaktif melepaskanmu, membiarkanmu untuk menggapai mimpi atau memaksamu untuk tinggal?"
Jika pada waktu yang biasa, hal yang aku pendam di dalam hati seperti ini tidak akan aku ceritakan kepada orang yang baru aku kenal. Namun hari ini aku banyak minum dan mungkin merasa Lastri memiliki pekerjaan yang bisa melihat perasaan hati dengan sangat menyeluruh, sehingga aku tidak bisa menahan diri dan mencurahkan permasalahan di dalam hatiku.
Mendengar perkataanku ini, Lastri langsung tersenyum: " Apakah kamu sedang menceritakan masalah di antara kamu dan pacar mu?"
"Bukan, ini adalah temanku, aku hanya membantunya untuk menanyakannya. Bagaimanapun kamu adalah penulis, seharusnya memiliki pandangan tersendiri akan masalah seperti ini."
"Kamu tidak usah menyembunyikannya, terakhir kali Fela juga sudah mengobrol denganku, dia terus menceritakan mengenai mimpi miliknya, aku menduga ini adalah masalah di antara kalian berdua. Dia menemukan sebuah kesempatan yang sangat baik. Yang bisa membuatnya dengan cepat merealisasikan mimpinya, apakah dia akan menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman?"
Aku menghela nafas:" Kamu benar-benar sangat pintar, kelihatannya aku menanyakan ini kepada orang yang tepat, seorang komposer dari perusahan musik menyukainya, mengatakan dia bisa merekomendasikannya, supaya menandatangani kerja sama dengan perusahan mereka, namun syaratnya adalah dia harus berpisah denganku, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sehingga aku bertanya kepadamu."
"Kali ini kamu bisa dikatakan menanyakan kepada orang yang tepat." Lastri seakan mengingat hal yang terjadi pada masa lalu, pandangannya menjadi sedikit sedih. "Pada awalnya, aku ingin pergi traveling dan menulis dan mendapat penolakan dari keluarga dan pacarku. Bagaimanapun sebelumnya aku menulis dan terus berada di rumah. Dan tiba-tiba aku ingin pergi berjalan-jalan ke luar, melihat sebesar apa dunia ini, aku memiliki pekerjaan dengan tingkat kebebasan yang besar, mengapa aku tidak bisa pergi keluar dan traveling sambil menulis, kemudian aku pun mengajukan hal yang aku inginkan dan mendapatkan penolakan dari semua keluarga. Pacar ku pun berkata, jika kamu benar-benar memilih melakukan ini, dia akan berpisah denganku. Kemudian aku pun melakukannya dengan teguh, dia pun dengan tanpa keraguan mengajukan perpisahan. Hingga saat ini sudah berpisah dua tahun dengan keluarga, aku sudah merasakan banyak pengalaman yang menarik, melihat cukup banyak bagian dari dunia, kadang kala aku masih merindukan rumah, namun aku sama sekali tidak menyesali keputusan yang aku buat pada awalnya itu."
Lastri terhenti, wajahnya sudah kembali menjadi tenang dan mengeluarkan sebuah senyuman:" Bisa terlihat, sebenarnya Fela adalah tipe orang yang sama denganku, tidak peduli bagaimanapun, dia tidak akan melepaskan mimpinya sendiri hanya karena orang lain, jika kamu benar-benar mencintainya, lepaskanlah dia. Karena bagaimanapun kamu menahannya, tidak akan bisa mengubah keputusan dalam hatinya. Ini bukannya mengatakan bahwa dia tidak mencintaimu, namun dia memiliki hal yang ingin dia kejar, ini adalah hal yang tidak akan bisa berubah. Daripada kedua orang yang kesakitan dan sedih, lebih baik berlapang dada, setidaknya setelah kalian berpisah dia tidak akan merasa bersalah dan kesakitan."
Aku terdiam, walaupun aku menganggap apa yang dikatakan Lastri sangat masuk akal, namun aku tidak tahu pada saatnya nanti apakah aku bisa melakukannya dengan lapang dada.
"Kecuali, ada satu cara yang bisa membuatnya bertahan demi kamu." Lastri melihat ekspresiku yang sedih dan menambahkan.
Pandanganku langsung bersinar dan bertanya," Cara apa?"
"Jika membiarkannya hamil, jika dia hamil, kalian mempunyai anak, itu akan berarti sebuah keluarga yang sempurna sudah tercipta, dia pun akan bertahan demi anak dan keluarga."
Aku menganggukan kepala, dengan tulus berkata:" Terima kasih ya, Lastri."
"Sama-sama, kita adalah tetangga, lagipula kamu juga sudah menyelamatkanku."
Kami berdua berjalan sambil tertawa, hatiku pun menjadi jauh lebih tenang, saran yang diberikan Lastri adalah sebuah cara baru yang bisa dicoba.
Kami mengobrol sambil tertawa, tidak terasa sudah sampai di perumahan.
Kami berdua naik bersama, ketika sampai di depan pintu milikku, pintu pun terbuka, Fela dengan wajah yang panik berjalan keluar dan bertanya:" Keledai, kemana kamu pergi? Aku menelponmu pun tidak kamu angkat, benar-benar membuatku sangat khawatir, Lastri, kamu juga ada disini, bagaimana bisa kalian bersama?"
Ketika mengatakan hingga pertengahan, Fela baru menyadari kami datang bersama, Melihat Lastri yang mengobrol dengan tertawa, wajahnya pun langsung berubah, terus menatap Lastri, mengeluarkan ekspresi yang terkejut, mungkin terkejut karena dandanan yang digunakan oleh Lastri.
"Ketika aku dalam perjalanan pulang malam ini, aku bertemu dengan beberapa bajingan yang ingin menggodaku, beruntung bertemu dengan Tuan rumah, dia membantuku menghajar ketiga bajingan itu, jika tidak ada dia, aku takut hari ini tidak akan bisa pulang." Lastri menjelaskan sambil tersenyum."
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WennieCinta Seorang CEO Arogan
MedellineI'm Rich Man
HartantoKamu Baik Banget
Jeselin VelaniSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang