My Beautiful Teacher - Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
Meskipun semua orang tahu bahwa Bobby adalah siswa terkuat di kelas tiga, tapi banyak yang tidak optimis padanya.
Bagaimanapun, Ruli menempati peringkat kelima dalam Dojo Daisho, aku mendengar bahwa sekolah seni bela diri memiliki setidaknya empat hingga lima ratus orang, dan Dojo Itaewon palingan hanya memiliki tiga atau empat puluh orang, perbedaannya lebih dari sepuluh kali lipat.
Apalagi Kota C terkenal sebagai kota seni bela diri, dari ratusan lawan Rizal dan Drake, dapat terlihat bahwa petarung bela diri di Kota C relatif kuat.
Dan benar saja pertahanan Ruli sangat kuat, serangannya juga sangat ganas, dan pengendalian kekuatannya sangat tepat, tidak ceroboh seperti Drake , jelas kekuatannya berada di atas Drake .
Bobby terus mundur, keadaannya terlihat buruk, setelah belasan gerakan kemudian, dadanya ditendang Ruli, dan tiba-tiba jatuh, terlihat sangat malu.
"Tuan Muda Santoso, semangat."
"Cepat bangun."
"Jangan kalah."
Rekan-rekan berteriak memanggil Tuan muda Santoso.
Bahkan siswa kelas satu dan dua di sekitarku juga merasa khawatir.
Meskipun aku memiliki percekcokan dengan Rizal dan Bobby, tapi sekarang kami Organisasi Wushu adalah satu grup, ini membuat hati kami tanpa sadar bersatu.
“Bobby, kalau kamu kalah seperti ini, aku benar-benar akan meremehkanmu.” Aku tidak menahan diri berteriak dengan keras.
Bobby yang terengah-engah terbaring di bawah, memandang ke arahku dengan tatapan marah, dia menarik napas dalam-dalam dan mengertakkan giginya berdiri dengan kesakitan.
Ruli menunjukkan sedikit keterkejutan: "Aku tidak menyangka kamu masih memiliki kemampuan untuk bertarung, kemampuanmu terlihat bagus, tetapi tidak berguna, jamu bukan apa-apa di mataku, sampah tetaplah sampah."
“Kamulah sampah.” Bobby berteriak dengan marah dan bergegas ke depan.
Ruli tersenyum dingin, dan menghindar dengan mudah, dan meninju wajah Bobby.
Senyuman aneh muncul di sudut mulut Bobby, tiba-tiba dia mengulurkan tangannya, jari-jarinya menjadi cakar, memegang tangan Ruli.
Wajah Ruli langsung berubah, sepertinya bertemu sesuatu yang buruk, dia ingin menarik kembali tangannya, tapi sudah tidak sempat,
Tangan Bobby yang lainnya juga menjadi bentuk cakar, dan tiba-tiba menekan tenggorokannya.
Sampai Ruli jatuh dengan keras ke tanah, wajahnya berubah dan menjerit kesakitan, Bobby masih belum melepaskan tangan dari lehernya, kalau wasit tidak segera menghentikannya, lawannya mungkin akan mati tercekik oleh Bobby.
Tindakan Bobby yang tiba-tiba mengejutkan semua orang, para penonton semuanya tercengang, tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Sejujurnya, aku juga terkejut.
Serangan Bobby terlalu ganas, kecepatannya sangat cepat, dan bahkan memiliki aura membunuh, aku sama sekali tidak sempat bereaksi, ternyata ada pembalikan yang mengguncang bumi, Bobby yang tadinya lebih lemah benar-benar mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
Wasit meniup peluitnya, mengangkat tangan Bobby, dan mengumumkan kemenangannya, tapi kemudian memperingatkannya dengan dingin: "Kontestan Bobby, aku akan melapor pada para pemimpin Asosiasi penyelenggara atas perilakumu kali ini, meskipun kamu menang, tapi gerakan seperti ini tidak boleh muncul di pertandingan, jika terjadi lagi, panitia pasti akan mendiskualifikasimu, ini adalah nasehat untukmu, apakah kamu mengerti?"
Bobby menggerakkan bibirnya dan tersenyum berkata, "Oke."
Ruli kesakitan dan memegang tenggorokannya, di bawah bantuan rekannya, dia berdiri dan menatap Bobby dengan tatapan enggan dan ekspresi kaget, dia tidak menahan diri berkata: "Bocah, kamu menggunakan trik yang mematikan, meskipun kali ini kamu cukup beruntung telah mengalahkanku, tapi tidak dapat menggunakannya pada lawan di babak berikutnya, kamu tidak mungkin dapat melangkah lebih jauh."
"Sampah tidak memenuhi syarat mengkritikku." Bobby tersenyum dingin berkata.
Ruli sangat marah dan wajahnya memerah, akhirnya mengertakkan gigi berkata: "Jangan terlalu sombong, seniorku akan membalaskan dendam untukku, tapi aku rasa kamu tidak akan berjalan sejauh itu."
Selesai berkata, Ruli pergi dengan bantuan rekannya.
Para siswa kelas tiga segera mengelilingi Bobby, bersorak dan memuji.
Terutama Rizal, tidak berhenti memanggil Tuan muda Santoso dan terus menyanjungnya.
Tapi Bobby malah menatapku dan tersenyum dingin berkata, "Wenas, aku tidak disingkirkan, apakah itu mengecewakanmu?"
Sebelum aku berbicara, Instruktur Louis telah melangkah maju dan berkata dengan dingin, "Bobby, ikut denganku."
Bobby mengerutkan kening dan menggerakkan bibirnya, kemudian pergi bersama Instruktur Louis.
Semua orang merasa aneh, mengapa Instruktur Louis tidak terlihat senang setelah Bobby memenangkan pertandingan,
Hatiku juga merasa aneh, meskipun sebelumnya Bobby pernah belajar Taekwondo, tapi juga tidak mungkin menggunakan jurus yang begitu tajam seperti tadi.
Trik semacam itu terasa menakutkan, dan dia tidak pernah menggunakannya ketika bertarung denganku kemarin, jadi aku curiga dia mungkin baru saja belajar baru-baru ini.
Diperkirakan karena telah menggunakan jurus yang mematikan ini, sehingga instruktur Louis begitu marah.
Kompetisi berikutnya masih berlangsung, setelah enam ronde kemudian, para siswa dalam Dojo Itaewon kami, selain aku, Arif, Bobby, dan seorang siswa dari kelas dua, sisanya telah disingkirkan di ronde pertama.
Dari pagi hingga sore, babak pertama akhirnya selesai, sebagian dari peserta tersingkir, hanya tersisa kurang dari 600 peserta.
Besok akan melaksanakan babak kedua dan ketiga pertandingan, dengan cara undian.
Setelah besok, jumlah peserta akan turun menjadi sekitar seratus lima puluh.
Kompetisi berikutnya tidak hanya pertarungan dengan tangan kosong, tapi juga kontes pedang dan senjata.
Malam hari, Instruktur Louis mentraktir makan dan memuji kami berempat, tapi terhadap Bobby, dia tetap tidak menunjukkan wajah yang baik.
Di perjalanan pergi ke toilet, aku bertemu Instruktur Louis ketika memasuki toilet pria.
Aku mengeluarkan sebungkus rokok dan memberinya satu, kami berdua merokok toilet.
Aku tidak menahan diri bertanya: "Instruktur Louis, siang tadi Bobby memenangkan pertandingan dengan cara mendebarkan, tahukah kamu dari siapa dia belajar gerakan aneh itu? "
Mendengar aku membicarakan masalah ini, Instruktur Louis menghela nafas dan menghembuskan asap, lalu berkata: "Kalau tahu, aku tidak akan mengajarinya trik seperti itu, meskipun dapat meningkatkan efektivitas pertarungan dalam waktu singkat, tapi baik terhadap pertandingan berikutnya ataupun perkembangan di masa depan cukup merugikan bagi Bobby."
Aku tercengang dan tertegun menatap Instruktur Louis : "Kamu yang mengajari Bobby."
"Apakah kamu masih ingat dompetmu dicuri semalam?" Instruktur Louis bertanya kembali padaku.
Teringat apa yang terjadi semalam, aku tidak bisa menahan perasaan takut, dan berseru: "Apakah kamu menggunakan trik ini untuk menukar dompetku dari Bobby"
Instruktur Louis mengangguk dan berkata: "Aku menyangka Bobby tidak mungkin dapat menerapkannya dalam waktu satu hari, tapi tanpa terduga dia menunjukkannya hari ini, ini benar-benar mengejutkanku, diperkirakan dia telah melakukan latihan keras tadi malam, Wenas, aku bukan tidak ingin mengajari kalian trik semacam ini, tapi kamu juga melihat reaksi wasit di atas panggung hari ini, trik yang mematikan ini dilarang dalam arena pertandingan, dan aku juga memperingatkannya disaat mengajarinya, untuk tidak menggunakannya selama pertandingan, tapi dia tidak mendengarnya sama sekali, sekarang dia telah diberi peringatan, dan dia pasti akan didiskualifikasi dari kompetisi kalau mengulanginya lagi, selain itu, kalau bukan menghadapi orang jahat, sangat bahaya menerapkan gerakan ini, kalau tidak hati-hati membunuh lawan, yang merugikan hanyalah diri kita sendiri."
Aku mengerti maksud Instruktur Louis, dan mengangguk.
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyLove And War
JaneMenaklukkan Suami CEO
Red MapleAnak Sultan Super
Tristan XuUnplanned Marriage
MargeryThe Richest man
AfradenMy Cute Wife
DessyCintaku Pada Presdir
NingsiMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang