My Beautiful Teacher - Bab 90 Acara Pembukaan
Meskipun serangan balik Rizal sangat cepat dan ganas, tapi tadi aku sudah melihat pergerakannya, ketika pukulannya kearah aku ... disaat bersamaan aku memblokirnya didepan, dan memegang kepalan tangannya, kemudian langsung mengepalkan tinju, dengan kecepatan seperti listrik menyerang ke ketiaknya.
Tubuh Rizal bergetar, mendengus, tanpa sadar melangkah mundur satu langkah, sebaliknya tertendang lagi oleh kaki aku yang terangkat.
Dia menjerit, berteriak hingga terjatuh, menabrak tempat tidur, dan berguling ke atas lantai, dia merasakan sangat sakit hingga menutupi dadanya, wajahnya berkerut, dan dia tidak bisa bangun untuk waktu yang lama.
Melihat adegan ini, Arif menjadi tercenggang, dalam mata Bobby juga terkejut, mungkin dia tidak menyangka aku akan mengalahkan Rizal dalam tiga pukulan, mengalir dengan begitu mulus.
Harus tahu, bahwa pertarungan dengan Rizal sebelumnya aku harus menghabiskan banyak tenaga dan baru mendapatkan kemenangan.
"Dasar bocah tengik, berani pukul abang seperguruan, brengsek cari mati." Bobby marah hingga juga menyerang ke aku.
Sebelumnya jika bukan karena beruntung, yang kalah pada akhirnya pasti aku.
Tapi kali ini mungkin berbeda.
Kepalan tinju Bobby meninju lurus, aku membungkukkan pinggang menghindar, lalu sikunya menyerang ke aku lagi.
Penglihatan mataku cepat, segera menahan pergelangan tangannya.
Bobby tiba-tiba mengubah gerakannya, dan meninju langsung menghantam wajahku.
Aku mendengus dingin, tidak hanya tidak menghindar, sebaliknya menyambutnya dengan melakukan pukulan yang sama.
Sama persis seperti yang di bimbing oleh Instruktur louis, defensif membabi buta hanya akan memperburuk kerugian diri sendiri, terkadang pertahanan terbaik adalah ikut menyerang.
Tinju aku dan Bobby saling bertabrakan di udara.
(Suara meledak)
Bobby terhuyung mundur beberapa langkah, akhirnya tidak bisa berdiri dengan tegap, pantatnya menyentuh lantai, dia memegang tangannya yang merah dan bengkak, menatap aku dengan ekspresi yang sulit di mengerti.
Dan aku hanya sedikit mundur kebelakang, raut wajah masih tetap biasa, meskipun kepalan tangan juga sedikit sakit, tapi semuanya masih dalam batas bisa di toleransi.
"Hanya dalam waktu sebulan lebih, bagaimana kamu bisa berkembang begitu cepat " Bobby sangat terkejut.
"Daripada mengatakan kemajuan aku cepat, lebih bagus bilang kamu yang mengalami kemunduran. Jangan mengira karena kamu murid kelas tiga lalu merasa hebat. Sekarang serahkan dompet aku." Kata aku dengan dingin.
"Brengsek kamu jangan mengila dengan aku, menang kalah masih belum tahu hasilnya." Bobby berdiri, tubuhnya seperti harimau dan menyerang ke arah aku.
Aku sedang menyiapkan rencana untuk serangan balik, tapi siapa tahu terdengar suara marah dari depan pintu : "Semuanya berhenti."
Ekspresi wajah aku dan Bobby mendadak berubah, tubuh seketika bergetar.
Orang yang membuka pintu dan berjalan masuk adalah Instruktur louis.
Arif menyeka keringat di dahi dan berkata : "Instruktur louis, akhirnya kamu datang."
Terlihat jelas, bahwa Arif yang menelepon ke Instruktur louis memanggilnya kemari.
Instruktur louis melirik dengan dingin ke beberapa kami sebentar, lalu bertanya : "Sebenarnya apa yang terjadi, kalian jelaskan kepada aku."
Saat ini, Rizal pelan - pelan juga kembali normal, dan bangun dari lantai, berkata dengan perasaan malu : "Instruktur louis, Wenas mencari masalah sendiri, aku dan Bobby sedang berlatih didalam kamar, tidak disangka bocah tengik ini datang kemari, dan juga mengatakan dengan yakin bahwa kami mencuri dompetnya, lalu langsung menyerang kami, bocah ini tidak pandang bulu dan sembarang memukul orang, memarahi kami sampah, ini jelas tidak menganggap kami berdua sebagai abang seperguruan. Menghadapi orang jahat seperti ini, kamu harus menghukumnya dengan berat."
Ekspresi wajah Instruktur louis sangat tenang, bertanya dengan dingin : "Wenas, kamu jelaskan, apa yang terjadi."
"Instruktur louis, begini." Aku memberi tahu Instruktur louis apa yang terjadi dengan jelas dan teratur, dan juga mengatakan dugaan aku.
Instruktur louis setelah mendengarnya, mengerutkan kening, bertanya : "Bobby, Rizal kalian sebenar ada menyuruh orang untuk mencuri dompet Wenas atau tidak? "
"Tidak ada." Kedua orang hampir menjawab dengan serentak.
Aku menggertakkan gigi, kedua laki - laki ini sungguh menjijikan, terlihat jelas tidak ingin aku berpartisipasi kompetisi wushu.
Instruktur louis menganggukkan kepala berkata : "Aku sudah tahu, Wenas, Arif kalian kembali dulu ke kamar kalian."
"Tetapi Instruktur louis." Aku sudah sangat gelisah.
"Kalian tidak perlu khawatir, KTP kamu aku pasti akan bantu kamu menemukannya, kamu tunggu saja kabar baik dari aku." Instruktur louis menepuk - nepuk bahu aku.
Mendengar janji Instruktur louis, hati ku merasa sangat lega, meskipun aku tidak tahu bagaimana cara Instruktur louis untuk mendapatkan kembali dompet aku, tapi aku percaya dia pasti akan berhasil melakukannya.
Setelah kembali ke kamar, Arif tidak tahan dan berkata : " Wis ~ Wenas, kamu sangat hebat, bahkan Bobby dan Rizal bukan lawan kamu lagi sekarang, mungkin kali ini kamu benar - benar bisa masuk ke dalam final "
"Saat sekarang bahkan KTP saja sudah hilang, masih membicarakan masuk final apalagi. " Kata aku dengan frustasi.
"Jangan khawatir, Instruktur louis saja sudah berkata seperti itu, aku yakin dia pasti akan mendapatkan dompet kamu kembali. "
Benar saja, sekitar setengah jam kemudian, Instruktur louis mengetuk pintu kamar kami.
Saat melihat Instruktur louis berjalan masuk sambil memegang dompet aku, aku tiba - tiba sangat gembira, dan segera mempersilakan dia duduk di dalam kamar.
"Ambil dompet kamu dan lihat dalamnya apakah ada yang kurang." Instruktur louis memberikan dompet kepada aku.
Aku segera membuka melihat, kartu ATM dan KTP tetap ada, lalu bergegas berterima kasih kepada Instruktur louis, dan bertanya lagi : "Instruktur louis, bagaimana kamu mendapatkan dompet ini, apakah Bobby dan Rizal yang menyuruh orang untuk mencuri dompet aku? "
"Bagaimana bisa mendapatkannya, kamu tidak perlu mempedulikannya, kamu juga tidak perlu tahu siapa yang mencuri dompet kamu, sekarang tugas kamu adalah mengisi kembali energi, dan berkonsentrasi pada pertandingan, mengerti ? "
"Apakah biarkan kedua orang tersebut menindas aku begitu saja "Aku berkata dengan sedikit amarah.
"Dengarkan saja perkataan aku, masalah ini cukup sampai disini, kedepannya jangan mengungkitnya lagi, jika kamu mencari masalah lagi dengan Bobby dan Rizal karena masalah ini, aku tidak akan memaafkan kamu, mengerti ?" Kata Instruktur louis dengan serius.
Meskipun didalam hati tidak rela, tapi aku juga tidak berani menentang perkataan Instruktur louis, dan hanya bisa mengangguk tak berdaya.
Sore saat jam 1, semuanya bersiap kumpul di lantai bawah depan pintu hotel, bergegas pergi bersama ke tempat kompetisi wushu.
Tempat pertandingin sangat besar dibandingkan tempat pertandingan yang berada di gedung olahraga Kota C, dan telah di sekat menjadi tempat-tempat kompetisi kecil.
Pertandingan resmi dimulai dari besok, dan hari ini hanya perlu membiasakan diri dengan tempat tersebut, masih terdapat waktu tiga jam menuju acara pembukaan.
Saat kami masuk kedalam gedung olahraga, baru menyadari ukurannya sangat besar yang belum pernah terlihat sebelumnya, benar - benar ramai, berkerumunan, keadaannya hampir tampak seperti bahu berdekatan dengan bahu.
Bayangkan ini hanya finalis regional, jika mengabungkan semua dari negeri, jumlahnya mungkin akan menembus langit.
Untuk menerobos di antara begitu banyak orang dan masuk sepuluh besar, ini lebih sulit daripada ujian masuk perguruan tinggi.
Karena hanya sepuluh besar yang boleh mengikuti perlombaan resmi.
Sepuluh menit sebelum acara pembukaan dimulai, semuanya harus mencari mengatur posisi sendiri dan berdiri dengan baik, orang dalam gedung sangat banyak, tidak bisa dihindari sedikit terlalu kacau.
Aku baru berdiri dengan tegap, sebuah sosok cantik menabrak aku.
Wanita itu teriak terkejut, terhuyung dan hampir terjatuh.
Aku melangkah satu langkah kedepan, dan memegangnya, bertanya : "Kamu baik - baik saja "
Wanita itu mengenakan jaket biru laut, dan bawahnya celana jeans, bertubuh ramping, mendongak melihat ke arah aku, dia adalah seorang wanita dengan penampilan rambut panjang seperti dalam lukisan, dan karena di pegang oleh aku wajahnya menjadi sedikit merona, berkata dengan pelan : "Terima kasih, aku tidak apa - apa."
"Hei, apa yang kamu lakukan?" Seorang laki - laki tampan dengan hidung mancung berjalan kemari dan menepis tangan aku.
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranThe Winner Of Your Heart
ShintaDoctor Stranger
Kevin WongAfter The End
Selena BeeKamu Baik Banget
Jeselin VelaniMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang