My Beautiful Teacher - Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
Kekuatan Drake benar-benar luar biasa hebat, untuk sementara waktu, dia adalah lawan terkuat dalam pertarungan yang pernah kuhadapi, jadi aku mengerti bahwa aku tidak boleh melawannya secara paksa, apalagi terpukul atau tertangkap olehnya, kalau tidak aku yang akan menderita.
Jadi disaat dia terburu-buru menyerangku lagi, aku langsung menghindar.
Drake tidak hanya kuat, tetapi gerakannya juga sangat cepat, begitu aku menghindar, dia langsung menyerangku lagi dengan kuat.
Setelah belasan gerakan, aku tidak memiliki kekuatan untuk melawan, jadi hanya bisa menghindar ke kiri dan ke kanan, dengan keringat dingin di dahiku.
Aku bisa mendengar sorak-sorai dan pembicaraan dari teman-teman.
“Tanpa terduga, Wenas lumayan berkemampuan, tapi dengan kekuatan ini, dia sama sekali bukan lawannya Drake, aku khawatir dia akan dikalahkan dalam dua menit.” Drake berkata.
"Hey, siapa kamu, jangan sembarang omong kosong kalau tidak tahu apa-apa, Wenas adalah yang terkuat di antara kita, dia tidak akan kalah." Arif berkata dengan marah.
“Yang terkuat di antara kalian, kalau begitu aku khawatir Dojo Itaewon kalian benar-benar akan berakhir.” Drake berkata dengan nada menertawakan.
"Sialan, apakah kamu mencari masalah?"
"Arif, jangan sembarang bertindak, Wenas masih dalam pertandingan, kita hanya perlu memberinya semangat, aku tidak percaya dia akan kalah." Ladira berkata.
"Ya, aku juga percaya padanya." Teman-teman lainnya juga berkata.
"Mari kita lihat saja."
Meskipun aku dipukuli oleh serangan Drake yang kuat dan tidak dapat mempedulikan lainnya, tapi aku bisa mendengar suara mereka, aku menarik nafas dalam hati.
Semalam Drake memandang rendah Dojo Itaewon di kota A, dan juga kami, demi Dojo Itaewon kami, demi kota A, aku tidak boleh kalah dalam pertandingan ini.
Aku mengertakkan gigi, meskipun keringatan dan terengah-engah, tapi tetap berusaha keras menghindar untuk mencegah Drake menemukan kesempatan.
Namun, selama periode ini, aku tetap mendapat dua pukulan darinya, satu di bahu dan satu di lengan kanan, setelah dipukul olehnya, dua bagian ini terasa sedikit kebal, kalau bukan karena niat yang kuat, aku tidak akan bisa menahannya.
Tetapi dalam hati, aku bertahan demi mendapatkan kesempatan untuk menang, dan aku tidak berhenti memikirkan cara untuk menang.
Entah berapa lama berlalu, aku mendengar Arif berkata: "Haha, lihatlah sudah dua menit berlalu, bukankah Wenas masih belum kalah?"
“Dia sedang bertahan, begitu tidak dapat bertahan lagi, dia pasti akan kalah, kamu bisa melihat gerakannya, cepat atau lambat Wenas akan kalah.” Selain penegasan, nada suara Drake juga sedikit terkejut, sepertinya tidak menyangka aku bisa bertahan begitu lama.
Rekan Drake juga berteriak.
"Maung, sudah begitu lama, jangan menunda lagi, cepat mengalahkannya."
"Jangan khawatir, Maung akan segera menang."
"Reaksi bocah ini cukup kuat, dia benar-benar dapat bertahan sampai sekarang."
"Tunggu, ada yang salah, gerakan Drake sepertinya menjadi lambat."
Tidak hanya rekan Drake menemukan ini, tapi aku sebagai lawannya juga bisa merasakannya dengan jelas.
Saat ini, tubuh Drake sudah dibasahi keringat, kepalanya penuh keringat, wajahnya memerah, dan urat biru muncul di dahinya.
Gerakannya tetap sangat kuat, tapi jelas lebih lambat dari sebelumnya.
Hatiku tersentuh, jelas karena serangannya terlalu keras, setelah sekian lama, Drake sudah menimbulkan fenomena kelelahan.
Kalau ini terus berlanjut, tidak butuh waktu lama, Drake tidak akan bisa bertahan lagi.
Hatiku sangat senang, meskipun tenaga Drake kuat, tapi dia sama sekali tidak bisa bergerak dengan bebas, hanya menggunakan kekerasan secara membabi buta, dan menyebabkan kelelahan fisik.
Kepercayaan diriku tiba-tiba meningkat, aku menjadi lebih energik.
Aku tidak mengambil kesempatan untuk melawan, tapi terus menghindar.
Selain keterkejutan di mata Drake, dia juga mengungkapkan kecemasannya, dia menyerang, sambil berteriak marah: "Dasar bocah, jangan sembunyi kalau kamu punya kemampuan."
“Apakah kamu bercanda denganku? Tidak ada aturan dalam pertandingan bahwa tidak boleh menghindar, kalau kamu memiliki kemampuan langsung saja mengalahkanku, jangan hanya omong kosong.” Meskipun aku juga keringatan dan terengah-engah, tapi tetap berkata sambil tersenyum.
Drake sangat marah dan langsung menendang.
Meskipun tendangan ini kuat, dan sepertinya memiliki suara menerobos udara, tapi aku dengan jelas menemukan kekurangannya, ini merupakan celah yang muncul dalam kecemasan Drake.
Kesempatan yang bagus.
Aku mendengus dingin, pada saat dia menendang ke arahku, aku tiba-tiba melompat, menginjak kaki di pergelangan kakinya, dan mengangkat kaki setinggi puluhan sentimeter, lalu menendang secara horizontal dan menendang di wajahnya.
Drake sama sekali tidak sempat bereaksi, dia menjerit di saat menerima tendanganku, dia langsung terbang keluar lapangan, memegang wajahnya dan berguling kesakitan di lantai.
Dan saat ini, aku berdiri stabil, dengan rasa percaya diri yang kuat di mataku, dan tidak menahan diri terengah-engah, menatap semua orang di luar lapangan.
Tiba-tiba tidak ada suara di luar lapangan, bahkan wasit pun tampak terpana oleh serangan balikku yang lincah, dua detik kemudian, dia baru bereaksi, dan segera meniup peluit, dan berjalan ke atas, mengangkat tanganku dan mengumumkan: "Pemain Drake jatuh keluar, Wenas memenangkan babak ini."
Baru saja selesai pengumuman, langsung terdengar tepuk tangan meriah dari para penonton, bahkan teman Drake juga terkejut, dan beberapa diantaranya bahkan tidak menahan diri bertepuk tangan untukku.
Aku melihat ke arah Drake , ekspresinya sangat terkejut, dan menunjukkan penampilan yang luar biasa.
Arif menepuk pundaknya dan tersenyum: "Hey, lihatkah dirimu, aku telah mengatakan Kakak Wenas tidak akan kalah, haha benar-benar hebat, tadi hatiku hampir saja melompat keluar."
Ketika keluar, Ladira dan Mikasa duluan mengucapkan selamat padaku, dan teman-teman lainnya bersorak namaku.
Akhirnya Drake bereaksi dan berkata dengan serius, "Wenas, aku telah meremehkanmu, Aku mengambil kata-kataku kembali, Dojo Itaewon di Kota A juga memiliki pemain yang kuat, kalau ada kesempatan, aku berharap dapat bersaing denganmu di lapangan, "
Pertandingan tadi memenangkan kehormatan Drake , tapi aku tidak terduga dia mengambil inisiatif untuk meminta maaf, kesanku padanya meningkat pesat, aku berkata, "Oke, kalau memiliki kesempatan kita bisa bersaing di lapangan."
Kemudian, dia dan Mikasa pergi.
Semua orang menyerahkan handuk dan air mineral padaku.
Hanya Instruktur Louis, dengan ekspresi tenang seperti biasanya, dia berjalan mendekatiku dan tersenyum berkata, "Penampilanmu sangat bagus."
“Karena Instruktur Louis telah mengajariku dengan baik.” Aku tersenyum, aku bisa merasakan kepercayaan yang diberikan Instruktur Louis padaku.
Instruktur Louis berkata: "Kamu salah, kalau bukan karena kamu bersikeras melatih setiap hari, dengan kekuatan fisikmu, kamu tidak mungkin dapat bertahan, kekuatan Drake memang mengerikan, tapi dia tidak mempergunakannya dengan baik, dia terburu-buru ingin menang, menyebabkan dirinya kehilangan energi dan memberimu kesempatan untuk melawan, kamu melakukannya dengan baik, teruslah pertahankan dan lanjut ke babak berikutnya."
"Ya, terima kasih instruktur Louis." Aku berkata dengan semangat.
Babak berikutnya adalah pertandingan Bobby, lawannya agak kuat, aku dengar namanya Ruli, siswa peringkat kelima di Dojo Daisho.
Ruli menunjukkan kepercayaan diri di wajahnya, setelah naik ke panggung, dia tersenyum berkata, "Siswa dari Organisasi Wushu? Aku belum pernah mendengarnya, ayolah, aku akan menyelesaikanmu dalam waktu singkat."
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaLove and Trouble
Mimi XuBack To You
CC LennyPernikahan Kontrak
JennyDiamond Lover
LenaMy Greget Husband
Dio ZhengJalan Kembali Hidupku
Devan HardiMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang