My Beautiful Teacher - Bab 101 Tidak Mau Kalah
Kecepatan Jack benar-benar mengejutkan aku, Sebelum aku melihat dengan jelas, dia sudah sampai di hadapan Bobby dan menembakkan tinju.
Refleks Bobby juga sangat menakjubkan, dia sontak mundur, berhasil menghindari serangan Jack, kemudian, dia langsung melayangkan tendangan.
Namun, Jack menggenggam kakinya, tangan lain meraih lututnya, lalu memelintirnya dengan kuat,
Bobby terkejut, Pada saatJack mengerahkan tenaga, dia menarik kembali kakinya tepat waktu.
Jack mencibir, dia tidak memberi Bobby kesempatan untuk beristirahat, langsung menyerang dan bergegas meraih bahu Bobby.
Kecepatan lawan sungguh terlalu cepat, Bobby sama sekali tidak sempat untuk bereaksi, Alhasil, pundaknya berada di dalam cengkeraman Jack.
"Kamu kalah, " Saat berkata, kelima jari Jack mengerahkan kekuatan.
Aku mendengar suara "KRAK", Wajah Bobby memucat, dia mencoba untuk menendang perut bagian bawah Jack, tetapi Jack berhasil lolos.
Jack mundur dua meter, tersenyum sambil menatap Bobby yang kesakitan, berkata: "Sendi bahumu sudah dislokasi, kamu tidak bisa bertarung lagi, aku saran kamu sebaiknya menyerah saja."
“Menyerah?” Teriak Bobby, mengertakkan gigi dan berlari ke depan.
Jack menghindar ke samping, meraih lengan kiri Bobby dengan satu tangan.
Bobby sepertinya telah menyadari kehebatan Jack, dia segera mundur dengan ketakutan, Keringat sudah membasahi seluruh dahinya, entah karena gelisah atau kesakitan.
Aku menyaksikan pertarungan mereka di luar arena, aku benar-benar tidak menyangka bahwa Jack ternyata begitu kuat.
“Jurus apa yang digunakan Jack?” Aku tidak tahan untuk bertanya, aku melihat Jack tidak hanya cepat, tapi serangannya juga sangat ganas, tadi dia mampu memelintir bahu Bobby dalam hitungan detik, bahkan aku pun tidak sempat bereaksi.
"Itu adalah teknik mendislokasi persendian, tidak mudah bagi rekanmu untuk bisa bertahan sampai sekarang di mana salah satu bagian bahunya sudah mengalami dislokasi." Kata Mikasa.
“Semangat, Tuan Bobby, jangan sampai kalah.” Teriak Rizal dengan penuh semangat.
Banyak rekan lainnya ikut menyemangati Bobby.
Di arena, Bobby sangat terpuruk, karena terjadi dislokasi di persendian bahu, rasa sakit selalu menyertainya, dia tidak hanya berkeringatan, tetapi gerakannya juga tidak secepat sebelumnya lagi, dia hanya mengandalkan kombinasi Sanda, Taekwondo dan Ilmu Pedang untuk bertahan, tak sengaja, bahunya tertangkap oleh Jack lagi.
Kali ini aku dapat melihat dengan jelas bahwa jari Jack berpindah ke posisi sendi.
Raut muka Bobby berubah drastis, dia segera merubah gerakannya, menyikut wajah Jack.
Sambil menghindari serangan Bobby, Jack langsung menyerang perut bagian bawah Bobby pada waktu bersamaan.
Bobby tiba-tiba melompat, menendang tangan Jack.
Ekspresi Jack berubah, dia mundur beberapa langkah, tangannya memerah karena tendangan Bobby, Dia berdengus dengan dingin, "Lumayan, cukup berkompeten."
Bobby mengertakkan gigi, terengah-engah, ekspresinya berubah karena kesakitan.
Jack beraksi lagi, sosoknya menyerupai angin.
Pada saat ini, bahkan aku pun menjadi sedikit gugup, Tinjuku mengepal erat,
Bobby berteriak, dia tidak mundur, tapi justru bergerak maju.
Namun, Jack berhasil lolos dari semua jurusnya, Jack menemukan kesempatan untuk meraih lengan kirinya, lalu mempraktikkan teknik dislokasi persendian, suara “KRAK" terdengar lagi, wajah Bobby pucat dan berkedut, dia mengangkat kaki dan melayangkan tendangan.
Tendangan ini hanya mengenai lengan baju Jack.
Tangan kiri Bobby terkulai di sisi tubuh, jelas bahwa sendinya sudah dislokasi, wia tidak bisa mengembalikan posisi tulang, wajahnya memerah, dia memelototi Jack sambil menggertakkan gigi, Matanya juga merah, tampaknya dia amat membenci Jack,
Jack berkata dengan tenang: "Kamu memang sangat ulet, bisa bertahan sampai sekarang, tapi bagaimanapun juga, kamu bukan lawan aku, tangan kiri kamu sudah dislokasi juga, agaknya sebagian besar kekuatanmu sudah terkuras habis, jangan berjuang lagi, menyerahlah."
“Tidak ada kata menyerah di kamusku.” Bentak Bobby, meski satu tangan dan satu bahu telah dislokasi, tapi dia tetap maju dengan gigih, lanjut melawan Jack.
Dia bertarung dengan membawa luka, alhasil, tak lama kemudian kaki kanannya dipegang Jack, Lagi-lagi terdengar suara “KRAK” yang jernih, pergelangan kaki kanan Bobby patah dan dia jatuh ke lantai dengan diiringi rintihan.
Jack menatap Bobby yang ada di lantai dengan tenang, tidak menyerang, berkata, "Kamu sudah kalah."
Wasit melangkah maju dan mulai menghitung detik: "10, 9, 8, 7, 6, 5, 4."
Selama wasit menghitung detik, Bobby bangkit kembali, tubuh terhuyung-huyung, seolah bisa jatuh kapan saja.
Matanya penuh dengan ketidaknyamanan, dia menggertakkan gigi sambil memelototi Jack.
Semua orang terharu, seorang rekan berteriak: "Bobby, kamu sangat luar biasa, jangan bertarung lagi, menyerahlah."
Semua orang mulai mengkhawatirkan Bobby, bahkan Instruktur Louis juga mengernyit.
“Bagaimana mungkin aku menyerah? Aku tidak akan kalah dari lawan manapun, apalagi mengaku kalah pada bocah sialan ini.” Saat ini, Bobby memandang aku yang berada di luar lapangan, tatapannya penuh ketidaksenangan.
Aku tidak menyangka Bobby akan memandang aku sebagai pesaing.
Mata Ladira sedikit merah, dia dia tiba-tiba berteriak: "Semangat, Bobby"
Bobby kaget, dia memandang Ladira dengan tidak percaya, dia mungkin tidak menyangka bahwa Ladira akan menyemangatinya.
“Ladira bersorak untukku, Ladira bersorak untukku.” Bobby menyunggingkan senyum di wajah, terlihat sangat bersemangat.
Jack mendengus dingin, "Tubuhmu tidak bisa bertahan lagi, kenapa kamu masih keras kepala dan tidak mau menyerah? Sekarang aku akan membiarkan kamu kalah total."
Begitu kata-kata terucap, Jack berlari ke depan.
Bobby menggertakkan gigi, tiba-tiba kelima jarinya membentuk cakar, dengan gerakan yang sangat aneh, dia mencengkeram tenggorokan Jack dari bawah ke atas.
Pada momen itu, aku merasakan aura yang mematikan, Itu lebih intens dari ronde pertama.
Ekspresi Jack seketika berubah, jejak ketakutan melintas di matanya, tubuhnya tiba-tiba menegang, dia sudah tidak sempat untuk menghindar lagi.
Ketika jurus terakhir Bobby akan menyerang leher Jack, terdengar suara peluit.
"Berhenti" Bentak wasit.
Bobby tidak melanjutkan serangannya, melainkan berhenti sesuai perintah.
Jack tercengang, dia mundur dua langkah, keringat bercucuran di kening, menatap Bobby dengan takjub.
Kami juga dikejutkan oleh jurus terakhir Bobby barusan, suasana menjadi hening.
Penampilan wasit sangat serius, dia menghardik dengan nada dingin: "Pemain Bobby telah menggunakan jurus seperti ini pada ronde pertama, tadi kamu sudah diberi peringatan, tapi kamu malah masih menggunakan jurus yang sama, maaf, kami akan mendiskualifikasi kamu, aku nyatakan bahwa peserta Jack adalah pemenang dalam pertarungan ini."
Semua rekan Jack bersorak.
"Kerja bagus, Jack"
"Kamu memang layak menjadi pemain utama di sekolah kita"
"Sangat keren, Jack"
Namun, Jack seolah tidak dapat mendengar sorakan dari luar arena, setelah kembali tenang, dia kelihatan tidak senang, dia memandang Bobby dengan tatapan waspada,
Bobby akhirnya dipapah oleh orang untuk turun dari arena.
Dia tidak patah tulang, tetapi dia mengalami dislokasi persendian, setelah posisi sendinya dibetulkan oleh Instruktor Louis, barulah dia merasa lebih lega.
Tanpa diduga, Jack berjalan mendekat dan berkata kepadanya: "Bobby, meskipun aku tidak tahu jurus apa yang kamu gunakan barusan, tapi itu benar-benar membuatku merasa takut, aku harap kita bisa saling menunjukkan jurus jika punya kesempatan."
Dapat dilihat bahwa Bobby adalah orang yang sombong, karena dipukul sedemikian parah oleh Jack, dia berkata dengan kesal: "Jangan merasa dirimu hebat karena telah menang dalam pertarungan kali ini, tenang saja, kalau ada kesempatan, aku akan mengalahkan kamu."
“Oke, aku tunggu tibanya hari itu.” Usai bicara, Jack berjalan ke hadapanaku dan berkata dengan tenang: “Kamu akan lanjut ke babak ketiga, benar? Aku harap kita bisa bertemu di arena.”
Jack pergi, meninggalkan diriku yang tercengang.
Giliran aku untuk menarik undian, aku agak kaget, lawanku ternyata adalah Miwa dari Dojo Jangga.
Novel Terkait
Innocent Kid
FellaSomeday Unexpected Love
AlexanderThat Night
Star AngelHusband Deeply Love
NaomiMy Charming Wife
Diana AndrikaGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangAfter The End
Selena BeeCinta Seorang CEO Arogan
MedellineMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang