My Beautiful Teacher - Bab 75 Dojo Jangga
Terhadap sikap kasar dan tidak masuk akal pemuda bermata segitiga ini, Tuan Louis tidak hanya tidak marah, malah sedikit tersenyum: “Bocah, apakah orang tua mu tidak pernah mengajarimu prinsip untuk menghormati yang lebih tua dan mencintai yang lebih muda?”
“Hormat sialan” pemuda bermata segitiga itu sangat emosian, tidak tahan ingin menyerang, tapi ditahan oleh pria setengah baya yang berkumis.
Pria setengah baya yang berkumis itu menyuruh dia untuk tidak berbicara, lalu berkata kepada Tuan Louis: “Kami adalah orang-orang Dojo Jangga yang berasal dari jalan sebelah. Aku bernama Rudi Tabuti, adalah pemilik Dojo Jangga. Hari ini datang kemari, karena ingin bersama dengan Tuan Jimmy menginvestigasi kompetisi bela diri nasional yang tidak lama lagi akan diadakan, karena dengar-dengar Guru Jimmy juga pernah membawa muridmu untuk mengikuti kompetisi sebanyak tiga kali, aku ingin belajar, belajar dari pengalaman.”
“Oh, ternyata Dojo Jangga yang baru saja buka setahun, aku pernah dengar.”Tuan Louis berkata dengan tenang.
“Rupanya kamu pernah mendengar, kalau begitu bagus sekali.” Rudi berkata sambil tertawa.
Tapi tidak disangka Tuan Louis lanjut berkata: “Pantas saja tidak mengerti apapun, masih membual disini. Aku tidak menyalahkan kalian yang tidak tahu, aku anggap aku tidak mendengar apa yang kalian katakan tadi. Tapi benar-benar mohon maaf, Instruktur Louis sekarang sedang sibuk, tidak ada waktu menyapa kalian, kalian cepat pergi saja.”
Ekspresi wajah mereka bertiga langsung berubah, kedua pemuda itu memperlihatkan ekspresi wajah emosi.
Mendengar kata-kata Tuan Louis, lalu melihat ekspresi mereka bertiga, hati kami merasa puas, Tuan Louis sudah diam-diam membalas dendam kami.
“Orang tua busuk, katakan sekali lagi jika kamu berani” pemuda bermata segitiga sangat marah.
“Guru, aku lihat mereka ini sengaja, orang marga Louis itu jelas-jelas sudah mendengar, hanya saja tidak bersedia untuk datang, hari ini jika tidak memberikan mereka pelajaran, mereka benar-benar akan mengira diri mereka sangat hebat.” Pemuda dengan kepala botak juga berkata.
Ekspresi wajah Rudi terlihat sedikit suram, berkata dengan suara keras: “Tuan Louis, kami datang kesini untuk berdiskusi tentang seni bela diri, apakah seperti ini cara kalian memperlakukan tamu dan teman satu bidang?”
Mendengar ini, Instruktur Louis juga tidak bisa duduk menonton lagi, berkata dengan keras: “Kalian istirahat beberapa menit.”
Selesai berkata, dia lalu berjalan menyambut ketiga orang itu.
Kami berhenti tanpa sadar, walaupun tidak mengikuti Instruktur Louis berjalan maju kedepan, mata kami semua tertuju kepada mereka bertiga.
Arif berkata dengan suara rendah: “Kalian bertiga benar-benar terlalu sombong.”
“Dengar-dengar orang-orang dari Dojo Jangga, memiliki modal kesombongan.” Siswa lain berkata.
“Kamu tahu tentang Dojo Jangga” Aku bertanya penasaran.
“Rudi dulu juga pernah masuk lima besar di kompetisi seni bela diri nasional.”
“Pantas saja begitu sombong.” Arif berkata sambil mengernyit.
Aku tidak tahan berkata: “Takutnya mereka masih tidak tahu identitas lain Instruktur Louis.”
Mereka berdua tercengang, melihatku dengan curiga.
Arif bertanya: “Identitas apa”
Aku segera tersadar, menyadari diri sendiri sudah salah berkata.
Mungkin tidak banyak yang tahu pengalaman Instruktur Louis saat berada di pasukan khusus dulu, aku lebih baik tidak mengatakannya.
“Katakan, sebenarnya identitas apa?” siswa lain juga bertanya dengan curiga.
Untuk sesaat aku tidak bisa menjawab, dan disaat ini, Instruktur Louis sudah berbicara dengan Rudi .
“Jangan ribut dulu, dengarkan pembicaraan mereka.” Aku berkata.
Perhatian mereka berdua akhirnya berada pada Instruktur Louis dan Rudi .
Hanya terdengar Instruktur Louis berkata dengan dingin: “Maaf, kalian bukan tamuku, karena diri sendiri juga sudah pernah mengikuti kompetisi nasional seni bela diri, juga mendapat peringkat yang bagus, menurutku tidak perlu untuk datang bertanya lagi, aku lihat kalian datang untuk mencari kesalahan, jadi disini tidak menyambut kalian, mohon kalian segera pergi”
“Tuan Jimmy, kamu benar-benar mengira dirimu hebat, guruku datang mencarimu itu adalah keberuntunganmu, kamu masih saja”
Pemuda bermata segitiga itu memaki, tapi kata-katanya hanya diucapkan setengah, hanya melihat bayangannya yang berkelebat, kami masih belum menyadari apa yang terjadi, Instruktur Louis sudah berada di depan pemuda bermata segitiga itu, dengan kejam menampar wajahnya, mengeluarkan suara “plakk” yang tajam.
Pemuda bermata segitiga itu memegang wajahnya, terhuyung dan berjalan mundur selangkah, memegang wajahnya dan memelototi Instruktur Louis dengan ekspresi marah, berkata: “Sialan kamu berani memukulku”
“Mulutmu penuh dengan kata-kata kotor, tidak menghormati senior,aku menggantikan gurumu untuk mengajarimu, jika kamu tidak bisa menerima, aku tidak keberatan mengajarimu sekali lagi.”
“Sialan” pemuda bermata segitiga itu tidak tahan untuk menjadi tidak liar, disaat yang paling penting Rudi berteriak marah: “Miwa, sudah cukup.”
Ekspresi wajah pemuda bermata segitiga yang bernama Miwa Laso itu berubah, tidak berani berbicara lagi, berdiri dibelakang Rudi dengan penurut.
Bisa dilihat jika dia dan pemuda botak itu masih sangat marah.
Rudi berkata dengan dingin: “Tuan Louis, muridku sudah dipukul olehmu, kamu masih menyebut dirimu sendiri adalahnya senior dia, siswa junior meminta ajaran dari siswa senior tentang bela diri, saling belajar satu sama lain, seharusnya tidak keterlaluan bukan. Dan juga kompetisi nasional seni bela diri sudah hampir tiba, aku bermaksud baik, ingin memberikan kesempatan untuk saling bertarung satu sama lain, supaya terbiasa ketika di arena kompetisi. Jika kamu memiliki sedikit otak, aku rasa kamu juga tidak akan menolaknya, benar tidak.”
Nada bicara dingin Rudi masih terdengar sedikit mengancam, membuat Instruktur Louis dan Tuan Louis bersamaan mengernyit.
Tapi sepertinya merasa kata-kata dia benar juga, Instruktur Louis berpikir lalu berkata: “Kalau begitu baiklah, biarkan mereka saling belajar dengan siswaku. Tapi kamu hanya membawa dua siswa, bukankah terlalu sedikit.”
Rudi tertawa dingin: “Lebih membutuhkan kualitas daripada kuantitas, beberapa barang tidak berguna juga dikeluarkan untuk mengisi jumlah orang, bukankah itu konyol”
Kedengarannya, kata-kata Rudi masuk akal, tapi kami semua bisa mendengar jika dia mengatakan kami barang tidak berguna.
Semua orang sedikit marah, walaupun tamparan Instruktur Louis tadi membuat kami merasa sangat lega, tapi Rudi datang membawa dua orang untuk mencari masalah, bahkan masih mengatakan kata-kata yang tidak menyenangkan, membuat semua orang merasa marah, menginginkan kedua siswa sombong itu mendapatkan pelajaran, tentu saja aku juga merasa seperti itu.
“Baik, kalau begitu kita coba sebentar, lihat siswa siapa yang tidak berguna.” Instruktur Louis juga sepertinya mengerti maksud kami, berkata dengan dingin.
“Baik, kalau begitu, ayo kita mulai, membuka sekolah bela diri selama satu tahun, aku masih tidak pernah datang ke sekolah bela diri China kalian untuk mendapatkan nasihat, hari ini akhirnya mendapatkan kesempatan” Rudi berkata sambil tersenyum dingin.
Instruktur Louis menyuruh kami untuk maju, lalu melihat kami sekilas, berkata: “Arif, kamu keluar, bertarung dengan mereka terlebih dahulu.”
Aku awalnya mengira Instruktur Louis akan memanggil namaku, tidak disangka yang dipanggil adalah Arif.
Aku berdiri disampingnya, menepuk pundaknya dan berkata: “Pukul mereka dengan sekejam-kejamnya”
Arif mengangguk, lalu berjalan keluar.
Melihat tinggi dan postur tubuh Arif, Miwa dan pemuda kepala botak itu tertawa.
Pemuda kepala botak itu berkata menghina: “Tubuhnya sangat gemuk, masih datang untuk berlatih bela diri, masih baik jika dianggap oleh orang lain sebagai bantalan pukul”
Arif berdeham dingin: “Sebenarnya siapa yang dianggap sebagai bantalan pukul, masih belum pasti”
“Bocah sialan, cukup gila juga. Guru, biarkan aku mengajari dia baik-baik” Pemuda kepala botak berinisiatif untuk maju.
Rudi sedikit mengangguk, bertanya: “Tuan Louis, apakah ini siswa paling hebat diantara mereka semua?”
“Walaupun tidak termasuk paling hebat, tapi lebih dari cukup untuk dijadikan pelajaran oleh siswa-siswamu.” Instruktur Louis berkata datar.
“Baik, karena kamu berkata begitu, ayo mulai.”
Lalu, Arif dan pemuda kepala botak itu berdiri berhadapan di tengah stadion.
Aku dan kerumunan siswa berjalan mundur untuk menonton pertandingan, Ladira tidak tahan untuk berteriak: “Arif, semangat”
Walaupun latar belakang Ladira sangat bagus, memiliki wajah yang cantik, tapi dia tidak pernah menunjukkan keunggulannya dalam menghadapi semua orang, malah dia sangat imut dan baik hati, dia adalah gadis impian para siswa.
Mata Arif langsung menjadi cerah, tersenyum dan mengangguk.
Dia berkata kepada pemuda berkepala botak: “Namaku Arif, mohon bantuannya.”
“Namaku Decky Heng.” Pemuda berkepala botak yang bernama Decky itu bahkan tidak mengucapkan kata-kata basa-basi.
Dengan tinju yang tergenggam, pemuda berkepala botak itu tiba-tiba bergegas menyerang Arif.
“Cepat sekali” Aku merasa terkejut.
Novel Terkait
CEO Daddy
TantoMenaklukkan Suami CEO
Red MapleLoving Handsome
Glen ValoraSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaKisah Si Dewa Perang
Daron JayI'm Rich Man
HartantoBeautiful Lady
ElsaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang