My Beautiful Teacher - Bab 55 Teknik Pedang
Aku juga segera menjelaskan kembali, rona wajah Fela baru menjadi lebih hangat.
"Aku akan pulang terlebih dahulu, kalian juga beristirahat saja." Lastri masuk ke rumahnya, meninggalkan kami sambil tersenyum.
Aku dan Fela pun juga kembali ke dalam ruangan.
Fela tidak bisa menahan diri dan bertanya "Bagaimana kalian sangat kebetulan bisa
bertemu di pinggir jalan, dandanan Lastri sedikit berbeda dengan sebelumnya.”
"Gadis bodoh, kamu tidak mungkin berpikir aku dan Lastri sengaja pergi berkencan kan? Setelah aku dan kamu berpisah, mood ku sangat buruk dan pergi meminum sedikit alkohol di kedai di pinggir jalan, ketika di perjalanan pulang, aku kebetulan bertemu dengannya, Lastri pergi ke bar untuk mencari inspirasi, pada akhirnya ketika pulang dia bertemu bajingan dan aku pun menyelamatkannya.”
Fela akhirnya bisa tenang, menarik tanganku dan berkata "Maaf, keledai, di dalam bar aku tidak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Setelah berpisah denganmu, aku pun sudah memikirkannya dalam-dalam. Ketika aku tidak melihatmu saat aku pulang, aku berpikir kamu marah kepadaku dan kabur ke luar. Kelakuanku sedikit egois, tidak seharusnya aku mendahulukan mimpiku diatas percintaan kita.”
"Tidak, jika aku memaksamu untuk melepaskannya, walaupun kita pada akhirnya bisa bersama pun tidak akan bahagia, jika kamu memilki mimpi kamu kejarlah."Aku menggengam tangan Fela yang lembut dan mengatakannya dengan serius.
Fela menampilkan ekspresi yang gembira, namun dia kemudian langsung berkata "Mereka masih belum memutuskannya, mungkin saja mereka tidak menginginkanku, tidak perlu mendiskusikan masalah ini dulu, kita pergi mandi bersama dulu saja.”
"Baiklah.”
Aku langsung menggendong Fela, dia memberontak dalam pelukanku namun tidak ada hasilnya.
Aku sudah memikirkannya baik-baik, harus secepatnya membuat Fela hamil.
Ketika memasuki kamar mandi, kami langsung mulai berciuman dan kemudian mulai melepaskan baju masing-masing.
Pada akhirnya, kami berdua telanjang sepenuhnya, aku menggunakan tangan, memainkan payudara Fella yang penuh dan seputih salju itu.
Dia memelukku dengan erat, kedua tubuh kami saling menempel. Kemaluanku pun langsung menyentuh perutnya.
Dia pun langsung menurunkan tangannya yang mungil itu memegang kemaluanku dan merangsangku.
Aku membuka shower, air yang panas itu menyirami tubuh kami berdua yang membuatnya lebih bergairah.
Aku menciumi setiap inci dari tubuhnya, menggunakan jariku untuk membuatnya nyaman.
Wajah Fela menjadi sangat merah, menampilkan sebuah aura yang manawan dengan pandangan yang kabur, dia tidak berhenti menggerakkan tubuhnya untuk melayani permainanku.
Kemudian kemaluannya pun sudah basah sepenuhnya, aku langsung menyuruhnya untuk berlutut dan memberiku blowjob.
Ini sudah bukan pertama kalinya, teknik blowjobnya sudah menjadi sangat terlatih.
Berlutut di hadapanku, menundukan kepala dan memasukkannya ke dalam mulutnya, sambil menghisap sambil menatapku dengan pandangan yang menawan.
Rambut yang basah kadang kala menyentuh kulitku, agak gatal namun terasa nyaman yang tidak normal.
Pada akhirnya, kami berdua berpelukan, aku mendorongnya ke sisi dinding, dan menaikkan satu kakinya di atas pundakku, menggunakan cara yang paling kencang untuk melakukan senggama.
Mungkin karena kemunculan Tony, membuatku menyimpan kemarahan di dalam hati, sehingga dorongan ku sangatlah kuat, kecepatannya juga sangat cepat, seperti seekor binatang buas yang menjadi gila.
Fela mengeluarkan teriakan yang kencang, memeluk dan bersandar di leherku, tubuhnya aku dorong seperti rumput kecil yang terkena badai, terus menerus bergoyang, jika tidak ada sanggahan dariku, mungkin saat ini dia sudah terjatuh.
Dua puluh menit kemudian, aku sudah tidak bisa menahannya dan sudah ingin orgasme.
Fela segera panik dan khawatir "Cepat keluarkan, aku sedang dalam masa subur.”
Hatiku terasa gembira, bukankah masa subur akan lebih baik, kemungkinan hamil akan menjadi lebih tinggi.
Sehingga aku sama sekali tidak berhenti, dia seakan mengerti maksudku, ingin mendorongku, namun aku memeluknya dengan sangat erat, pada akhirnya melakukan dorongan yang gila terakhir.
Pada akhirnya selesai, aku dengan hati yang puas melepaskannya.
Fela mendorongku dengan marah berkata "Bagaimana kamu orgasme di dalam, bisa hamil kan.”
"Aku... aku barusan tidak bisa menahan diriku."Aku berkata dengan canggung.
Fela memelototiku dengan marah, tidak lagi memperdulikanku dan menggunakan shower untuk membersihkannya.
Namun dalam hatiku mengerti, bagian yang masuk ke dalam tubuhnya tidak akan bisa dibersihkan, jika benar-benar hamil karena ini, maka akan menjadi sangat baik.
Walaupun apa yang aku lakukan ini, aku merasa sangat egois, namun tidak ada pilihan lain.
Sejak menolak Ramya, hatiku sudah memikirkan untuk hidup bahagia dengan Fela, pada akhirnya menikah dan membangun keluarga.
Ketika tidur malam itu, dia masih marah dan sama sekali tidak mempedulikanku, tidur dengan membalikkan punggungnya.
Dalam hatiku, aku berdoa, semoga kali ini bisa menembus jackpot.
Pada keesokan harinya, aku berlatih teknik pedang seharian di lantai bawah perumahan.
Instruktur Louis mengajari kami delapan gaya pedang kunci emas. Jika dibandingkan dengan teknik anggar, lebih sedikit perubahan gaya namun tenaganya jauh lebih kuat.
Ilmu pedang memperhatikan tebasan pedang yang berat.
Aku pun sudah sangat mahir dalam teknik-teknik dasar seperti head-wrapped sword, brain-wrapped sword, cleavers, machetes, wielded sword, hang sword, pierced sword, spatulas, chopper dll.
Karena aku berlatih di perumahan setiap hari, pada dasarnya sudah terbentuk penonton yang tetap.
Ada orang juga ingin mencariku untuk belajar, aku pun langsung menyuruhnya mendaftar kepada Instruktur Louis.
Ada juga orang yang menggunakan ponsel untuk merekam, membuat video atau siaran langsung, aku mendengar viewernya cukup baik.
Ketika aku berlatih pedang di sore hari, aku bertemu dengan Lastri.
Lastri sepertinya baru pulang dari supermarket, di tangannya dia memegang beberapa perlengkapan sehari-hari, melihat kerumunan orang menyaksikan ku berlatih pedang, dia pun juga ikut menyaksikannya, kemudian menampilkan ekspresi wajah yang sangat terkejut dan juga ekspresi yang gembira.
Setelah aku selesai berlatih, dia segera berjalan mendekat, memberikanku sebotol air dan sambil tersenyum berkata "Haus kan, cepat minumlah sedikit.”
Ketika aku berlatih pedang barusan, aku sudah melihat Lastri sehingga sama sekali tidak terkejut dan bertanya "Kamu baru pulang dari supermarket?”
"Ya, siang tadi sudah tidur beberapa jam sehingga sudah tidak bisa tidur lagi, jadi pergi berjalan-jalan dan pergi ke supermarket singkat."Lastri berkata sambil tersenyum,"Wajahmu semua dipenuhi keringat, ambil tissue ini untuk menyekanya.”
Sambil mengatakannya dia memberikanku dua lembar tissue.
Aku langsung mengucapkan terima kasih, meminum seteguk air dan kemudian menyeka keringat dan kemudian berkata "Aku sudah selesai berlatih, ayo naik ke atas.”
"En"Lastri menganggukkan kepala.
Ketika menaiki elevator, Lastri pun bertanya kepadaku "Dimana kamu belajar teknik pedang ini.”
"Di sebuah dojo bela diri oriental di walking street, total sudah belajar disana dua bulan."Aku menjelaskan sambil tersenyum.
"Bagus, aku sedang menulis sebuah novel thriller, karakter utamanya adalah seorang polisi kriminal yang memiliki teknik tubuh yang sangat baik, aku ingin memberinya teknik bertarung, apakah nanti kamu bisa datang ke rumahku, aku ingin menanyakan kepadamu mengenai masalah yang berkaitan dengan beladiri, kamu baru saja memenuhi untuk menjadi karakter dalam novelku."Lastri dengan pandangan yang berharap menatapku.
Aku tersenyum dan berkata "Tentu saja boleh.”
Fela pergi tampil, dia tidak ada di rumah, aku pun pergi ke rumah Lastri.
Melihat ruang tamu yang dulu ditinggali oleh Ramya, hatiku terasa nostalgia, dia memberiku segelas teh, sambil tersenyum bertanya "Oh ya, bagaimana dengan masalahmu dan Fela.”
"Aku sudah mencoba cara yang kamu katakan, tidak tahu apakah berhasil atau tidak."Aku dengan sedikit malu berkata kepadanya.
Lastri tersenyum dan berkata "Jangan khawatir, pelan-pelan saja.”
Setelah itu, dia duduk disampingku menanyai berbagai masalah berkaitan dengan beladiri, mengenai teknik dan gerakan yang dilakukan.
Hari ini dia mengenakan sebuah rok hijau sepinggul, lekukan tubuh yang indah dan menarik, dengan dua kaki yang putih, ditambah dengan aura elegan dan tenang, membuat hati orang lain bisa terketuk.
Aku seakan bisa melihat bayangan Lastri dari tubuh Lastri.
Kamu mengobrol hingga jam 7 malam, Lastri ingin mentraktirku pergi makan bersama di luar, yang aku tolak.
Aku kembali ke rumah, memasak sepiring nasi goreng dengan seadanya, ketika jam 9 malam, Fela pun sudah pulang.
Dia mungkin masih marah akan masalah kemarin kepadaku, sama sekali tidak mempedulikanku, setelah dia mandi, dia pun tidur sendirian.
Pada pagi di hari kedua, ketika kami sedang makan sarapan bersama, Fela mendapatkan sebuah panggilan, rona wajahnya menjadi sangat gembira namun terdapat sedikit keraguan di wajahnya.
Aku melihatnya singkat, hatiku langsung tenggelam, ini panggilan dari Tony, aku pun berkata "Mengapa kamu tidak menjawabnya?”
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiMy Greget Husband
Dio ZhengThis Isn't Love
YuyuBlooming at that time
White RoseSuami Misterius
LauraNikah Tanpa Cinta
Laura WangBeautiful Love
Stefen LeeLelaki Greget
Rudy GoldMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang