My Beautiful Teacher - Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
“Ramya, kamu kenapa” Aku tercengang dan segera menanyakannya.
Siapa sangka panggilannya sudah diakhiri.
Lastri bertanya “Ada apa yang terjadi”
“Maaf Lastri. Aku tidak dapat menemanimu lagi, bagaimanapun juga kamu sudah berkenalan dengan Dokter Waka. Kamu berusaha untuk terbuka kepadanya saja dan mengungkapkan semua masalahmu, aku mempercayai bahwa Dokter Waka pasti akan dapat membantumu.”
Aku berkata kepada Hafid “Dokter Waka, sungguh merepotkanmu.”
Hafid tersenyum “Tidak masalah, ini memang merupakan tanggung jawabku. Nona Lastri, silakan duduk terlebih dahulu.”
Kemudian, aku pun segera meninggalkan klinik dan menaiki seunit taksi.
“Pergi ke mana” Sopir itu bertanya.
Meskipun Ramya tidak mengatakannya dengan jelas, tetapi aku mengetahuinya, dia pasti dipukul oleh Awang lagi dan kali ini lebih parah apabila dibandingkan dengan sebelumnya, jika tidak dia juga tidak akan meminta bantuan kepadaku.
Aku memberitahu alamat rumah Ramya kepada sopir dan menyuruhnya untuk mengendarai dengan kecepatan yang lebih laju.
Sekitar setengah jam kemudian, aku pun sampai di rumah Ramya.
Pintu rumahnya dikunci, tetapi suara pertengkaran Ramya dan Awang pun terdengar dari dalam.
“Dasar wanita tidak tahu malu, kamu masih berani untuk menelepon pria itu, sesuai dugaanku, apakah kamu hari ini keluar adalah untuk berkencan dengan pria itu.”
“Awang, apakah kamu masih dapat mendengar perkataanku, aku sudah mengatakannya, hari ini aku pergi menjadi tutor, jika kamu tidak percaya kamu boleh menelepon anak itu dan ibunya”
“Hehe, jika mereka mengikuti kamu untuk membohongiku, apakah kamu mengira betapa mudahnya untuk membohongiku”
“Kamu sudah gila, demi membayar hutangmu, aku bekerja di tiga tempat dan kamu masih tidak tahu untuk berterima kasih, bahkan masih mengatakan sesuatu yang tidak benar, Awang, kamu sudah gila”
“Jika bukan karena dulu kamu pernah berhubungan dengan pria itu, apakah aku akan tidak mempercayaimu, hari ini kamu jangan membohongiku lagi, aku rasa jika tidak memberikan sedikit pelajaran kepadamu, tampaknya kamu juga tidak akan mengatakannya dengan jujur”
“Jangan datang, jika kamu datang lagi aku akan bunuh diri”
“Apakah kamu mengira bisa menakutiku dengan menggunakan gunting, hari ini siapa pun tidak dapat menolongmu”
Mendengar perkataan mereka, aku pun menjadi naik darah, Awang sungguh adalah seorang bajingan, bagaimana dia dapat memperlakukan istrinya dengan seperti ini.
Aku pun berteriak dengan marah dan menendang pintu.
“Peng” Tiba-tiba pintu berguncang, tetapi pintu itu masih belum terbuka.
Di dalamnya terdengar suara Awang “Dasar bajingan, kamu benar-benar datang, masuk saja”
Aku mencoba untuk menendang pintu itu dengan keras lagi dan akhirnya pintu itu pun berhasil dibuka.
Aku berjalan ke dalam dan melihat rambut Ramya terlihat berantakan, dengan lumuran darah di sudut bibirnya, baju yang dikenakan oleh dia pun sudah sobek, di kakinya juga terdapat bekas luka yang masih berdarah.
Ramya meringkuk di sudut dinding, dia memegang gunting sambil menangis, dengan wajah yang terlihat sangat takut dan menderita, dia pun menunjuk Awang yang ada di depannya dengan menggunakan gunting yang dipegang olehnya.
Awang pun memegang sebuah pisau di tangannya, dia hanya mengenakan celana pendek, dengan bau alkohol, hidungnya ditempel dengan perban, tampaknya adalah bekas luka semalam yang dipukul oleh aku.
Melihat kehadiranku, Ramya pun terlihat terkejut dan sedikit gembira, lalu dia memanggilku “Wenas”
Aku mengangguk, lalu aku pun menatap Awang dan berkata dengan dingin “Memukul istri sendiri, tampaknya wanita mana pun tidak dapat menerimanya”
“Kamu salah, jika tidak ada kamu, aku dan Ramya akan sangat bahagia, semuanya karena kamu, yang membuat keluargaku menjadi seperti ini. Hari ini aku pasti akan membunuhmu”
Awang berteriak dan bergegas menuju arahku dengan pisau di tangannya.
Tampaknya Awang sudah kehilangan akal sehat, Ramya pun menjerit karena ketakutan.
Aku memusatkan perhatianku dan menghindar ke samping dengan cepat, setelah itu aku pun menendang pinggangnya.
Awang mendengus dan dia pun terjatuh ke atas sofa.
Awang bangkit dan dia masih ingin menghampiriku, jadi aku pun mengambil sebuah gelas yang ada di meja dan melemparnya.
Awang menundukkan kepalanya dengan langsung.
Suara “Pa” terdengar, gelas itu pun pecah setelah terkena dinding.
Aku pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menendang Awang lagi.
Aku menendang dadanya dengan keras.
Awang pun terbang, dia berguling lebih dari tiga meter dan menabrak dinding.
“Bukannya kamu ingin membunuhku, sini” Aku berkata dan berjalan menghampirinya.
Awang merasa sangat sakit dengan posisi tengkurap di atas lantai, pisau yang tadi dipegang olehnya pun sudah terjatuh ke tempat lain.
Aku menghampirinya dan menarik kerah bajunya, lalu aku pun berkata dengan dingin “Melakukan kekerasan rumah tangga terhadap istri, akan ditangkap oleh polisi, apakah kamu mengetahuinya”
Aku pun melemparkannya lagi dan dia pun terjatuh ke atas lantai.
Awang bangkit dan duduk, dia menatapku dengan tatapan yang tajam, lalu dia pun berkata dengan mengertakkan giginya “Bajingan, jika kamu memiliki kemampuan maka langsung membunuhku saja hari ini, jika tidak aku pasti tidak akan melepaskanmu”
Aku pun menjadi sangat marah dan ingin melemparnya sekali lagi, dengan tidak disangka pada saat itu, Awang tiba-tiba bergegas menuju ke arah Ramya.
Aku mengatakan sial di dalam hati, tadi aku telah melemparkannya ke arah yang terlalu dekat dengan Ramya, aku mengira dia sudah tidak dapat melawan lagi, dengan tidak disangka dia akan menjadikan Ramya sebagai targetnya.
Ramya tidak sempat untuk menghindarinya, dia pun diraih oleh Awang, pria itu menangkap tangan Ramya dan membuat Ramya mengarahkan gunting itu ke arah tenggorokannya sendiri.
“Jangan bergerak, jika tidak aku akan membunuhnya” Awang berkata dengan dingin.
Aku pun berhenti di tempat, melihat Ramya ditangkap oleh Awang, aku pun merasa sangat cemas di dalam hati setelah melihat gunting itu mengarah ke lehernya, lalu aku pun berkata dengan dingin “Awang, aku tidak mempercayai bahwa kamu berani membunuh orang dan jangan melupakan bahwa dia adalah istrimu”
“Hehe, tampaknya istriku juga sudah pernah berhubungan denganmu atau pun pria lainnya, aku sudah tidak peduli lagi, jika kamu mengatakan aku tidak berani, kamu boleh mencoba untuk maju” Awang tersenyum dingin.
Aku menelan air liur, saat ini Awang sudah kehilangan akal sehat, bagaimana mungkin aku akan berani untuk maju lagi.
Ramya juga merasa sangat takut, dia pun berkeringat dingin, dengan tubuhnya yang sedikit bergemetaran, lalu dia berkata “Awang, apakah kamu benar-benar ingin membunuhku, apakah kamu masih mengingat perkataanmu ketika kita baru menikah, kita harus bahagia sampai tua, tetapi kamu memperlakukan aku dengan seperti ini, kamu sudah melukai hatiku, kamu segera melepaskan aku dan kita masih dapat berdiskusi dengan baik, jika kamu masih seperti ini, aku hanya akan lebih merendahkanmu, apakah kamu mengetahuinya”
Setelah mendengar perkataan Ramya, Awang tampaknya seperti mengingat kehidupan yang bahagia bersama istrinya pada dulu, matanya pun memerah dan dia pun agak menjauhkan gunting itu dari leher Ramya.
Pada saat ini juga, Ramya tiba-tiba menangkap tangan Awang dan menggigitnya.
Awang kesakitan dan dia pun segera melepaskan Ramya.
Aku tidak menyangka begitu beraninya Ramya pada waktu seperti ini, Ramya memanfaatkan kesempatan ini untuk maju dan memukul wajah Awang.
Awang menjerit dan terjatuh ke atas lantai dengan sambil memegang wajahnya.
Ramya pun segera bersembunyi di belakangku dan mulai menangis.
Novel Terkait
Siswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiThat Night
Star AngelIstri Yang Sombong
JessicaMy Tough Bodyguard
Crystal SongLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaAfter The End
Selena BeeMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang