My Beautiful Teacher - Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
Bobby tidak hanya mengungkap hubungan antara aku dan Ladira, tetapi juga menggambarkan aku sebagai orang yang berkepribadian buruk, dan membuat orang lain menertawainku.
"Tuan Santoso, bagaimana kamu tahu identitasnya"
"Pemilik rumah yang tidak becus hanyalah pemilik rumah. rumahnya masih hanya beberapa properti saja."
"Ha ha, jika kamu tidak mengatakannya, aku pikir dia adalah seorang karyawan perusahaan."
Beberapa pemuda mulai tertawa, jadi mereka terlalu malas untuk berjabat tangan dengan aku.
Pada saat ini, seorang pria lain juga datang dan berkata dengan tenang, "Nak, ini bukan tempat yang harus kamu datangi. Kamu hanya datang ke sini dan merasakan seperti apa masyarakat kelas atas? Kamu hanya orang desa. Bagaimana bisa penjaga keamanan di luar tidak menghentikanmu? Aneh sekali. "
Yang mengatakannya itu adalah Rizal yang dipukuli oleh aku dua kali
Jika ada Bobby, sepertinya pasti ada Rizal. Jelas bahwa dia menatapku dengan tatapan yang kejam. Aku pikir dia ingin memukul aku.
"Bobby, Rizal, kalian sudah cukup."Ladira sudah marah, memelototi mereka dan berkata, "Wenas adalah pacarku. Apa salahnya aku membawa pacarku ke sini? Sebaiknya kamu tutup mulut. Lagipula, kamu sama sekali bukan teman sekelasku. Kenapa kamu datang ke sini ? "
"Ha ha, jangan marah. Aku mengundang mereka ke sini."Seorang pemuda tampan datang, mengenakan merek terkenal, berkacamata emas, terlihat sangat elegan.
Ladira tidak lagi berbicara, menarikku menjauh dari sekelompok orang itu, mencari sudut untuk duduk.
Aku bertanya, "Siapa pria itu ?"
"Namanya Toah Billy, yang mengadakan pesta ini. Seharusnya aku tidak memanggilmu ke sini jika aku tahu itu."
"Tidak apa-apa. Lagipula semuanya ada di sini."Meskipun marah, tapi di hadapan Ladira aku tidak memperlihatkannya.
Setelah beberapa saat, beberapa siswi datang untuk mengobrol dengan Ladira. Mereka memuji kecantikannya, tapi mereka tidak melihatku atau bahkan bertanya siapa yang duduk di sebelahnya.
Ladira acuh tak acuh, diam selama 20 menit, dia berbisik padaku: "Ayo pergi, aku tidak ingin tinggal di sini."
Aku mengangguk dan kemudian mereka berdiri.
Billy datang dengan sekelompok anak laki-laki, termasuk Bobby dan Rizal. Beberapa anak laki-laki juga memeluk gadis-gadis di sekitar mereka dan tertawa bahagia.
"Ladira, jarang ada kegiatan reuni hari ini. Jangan duduk di sini sendirian. Membosankan. Ayo main bersama."Billy berkata sambil tersenyum.
Segera beberapa gadis maju, menarik Ladira, berkata sambil tersenyum: "Ladira, anak laki-laki mereka main sendiri permainan mereka, kami sendiri main juga. kami tidak pernah jumpa selama bertahun-tahun, kami harus mengobrol dengan baik, berbicara tentang masa lalu, pergi bersama kami ke sisi lain. "
"Tidak, ada yang harus kulakukan. Aku harus pulang."Ladira segera berkata.
Namun, gadis-gadis itu menolak untuk melepaskannya dan membawanya pergi.
Setelah Ladira pergi, di sini meninggalkan sekelompok anak laki-laki di sekitarku.
Aku duduk di bangku, minum dan makan kue, mengabaikannya.
Billy berkata sambil tersenyum, "Sobat, aku baru saja mendengar sesuatu tentangmu. Aku sangat mengagumimu."
"Apakah masalah Bobby dan Rizal kalah dari aku ?"Tanyaku dengan tenang.
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba wajah Bobby dan Rizal berubah dan sangat marah.
Terutama, Rizal tidak bisa menahan dan berkata: "Bocah, ini hanya kebetulan saja kamu memenangkan kita. Apa yang kamu banggakan ?"
"Kalah ya kalah. Jika kamu tidak mengakuinya, belum pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu."Aku tidak melihat Rizal. Aku memakan kuenya dan berkata dengan tenang.
Rizal sangat marah, tapi Bobby menahannya.
Bobby menyipitkan mata dan berkata, "Wenas, kamu benar-benar hebat. Aku akui bahwa aku kalah darimu terakhir kali, tetapi lain kali mungkin tidak. Tentu saja, Kami semua menghargai seni bela diri kamu dan ingin melihatmu menunjukkan keterampilan. "
Semua orang langsung setuju: "Tunjukkan saja leterampilanmu, mari kita lihat."
"Bukannya aku tidak ingin menunjukkannya padamu. Sayang sekali Bobby dan Rizal sama-sama kalah dariku. Tidak ada lawan aku susah untuk menampilkannya."Aku melirik kerumunan dan berkata sambil tersenyum.
Sekelompok orang yang mengira mereka kelas atas ini ingin melihat aku melakukan penampilan seperti monyet. Tentu, aku tidak akan ditipu.
Namun, Billy berkata, "Mudah saja bagi saudara Wenas untuk menunjukkan keahliannya. Aku memiliki tiga pengawal di sekitar aku, semuanya adalah ahli kelas satu. Mereka pernah menjadi tentara, dan aku meminta mereka untuk bertarung dengan kamu. "
Kemudian, Billy menelpon, yang mengingatkan aku ketika aku masuk ke dalam villa, di gerbang ada 2 pengawal yang kuat berdiri di situ.
Jangan-jangan yang dikatakan Billy itu adalah mereka.
Benar saja, dalam dua menit, tiga pengawal berbaju hitam yang telah kami lihat sebelumnya mendatangi kami.
Masing-masing setinggi sekitar 1,85 meter, mengenakan setelan hitam dan kacamata hitam. Mereka tampak seperti polisi super hitam di film, dengan wajah dingin.
"Kakak Wenas, begini, kami punya pasangan yang cocok untukmu. Pasti bisa memberimu menunjukkan pertunjukan besar dan biarkan kami melihatnya dengan baik. Apakah benar?" Billy berkata sambil tersenyum.
Tiba-tiba aku sadar bahwa mereka bukan ingin melihatku berpenampilan seperti monyet tetapi Billy mendengarkan Bobby dan Rizal dan ingin mencari pengawal untuk melawan denganku.
Hatiku merasa berat. Melihat tiga pengawal yang lebih kuat di depanku, aku bisa dengan jelas merasakan momentum mereka. Mereka tidak sama dengan preman kecil yang mereka tangani terakhir kali. Mereka layak pensiun dari ketentaraan.
"Kalian terlalu mengagumiku. Aku hanya pendatang baru yang baru belajar seni bela diri lebih dari dua bulan. Bagaimana aku bisa dibandingkan dengan pengawalmu? Kurasa sebaiknya aku melupakannya."Hatiku mundur, kataku.
Meskipun agak canggung untuk mengatakannya, itu tetap penting untuk kehidupan seseorang.
"Hehe, bocah, apa kamu takut? Baru saja kamu masih mengatakan bahwa kami adalah pecundang. Sekarang kenapa kamu tidak merasa bangga dan merasa bahwa ketiga pengawal itu kamu tidak bisa mengalahkannya ? Tidak malu menertawakan kami. Jika kamu takut, kamu bisa meminta maaf padaku dan tuan Santoso. Maaf, aku salah. Jika melihat penampilan kamu yang memalukan, harusnya mereka juga tidak ingin melihat penampilanmu lagi. "kata Rizal dengan senyum bangga.
"Ingin aku meminta maaf. Aku pikir kamu sedang bermimpi."Kataku dingin.
"Tolong jangan bising. Aku mengadakan pesta ini, agar berkumpul untuk bersenang-senang. Kak Wenas, aku ingin melihat seni bela diri kamu. Jangan khawatir. Kompetisi ini hanya sekedar latihan. Semua orang menghargai keterampilan kamu. Tidak ada arti lain. Tidak akan ada cedera. Jangan biarkan begitu saja. "
Bibir Billy menunjukkan sedikit senyum, dan matanya menunjukkan bahwa ketiga pengawal berbaju hitam itu segera berjalan ke dua langkah.
Pada saat yang sama, kelompok anak laki-laki semuanya mundur untuk memberi ruang bagi mereka untuk mengadakan kompetisi.
Tapi Bobby dan Rizal sama-sama menunjukkan senyuman yang licik.
Sebelum aku membuka mulutku, mereka bertiga mengepalkan tinjunya dan bergegas bersama. Mereka secepat harimau dan macan tutul.
Novel Terkait
My Enchanting Guy
Bryan WuI'm Rich Man
HartantoBeautiful Love
Stefen LeeThat Night
Star AngelHis Soft Side
RiseMy Cold Wedding
MevitaMore Than Words
HannyMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang