My Beautiful Teacher - Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar

Pengundian dilakukan pada pukul 9 pagi keesokan harinya dan kemudian akan secara resmi masuk ke pertandingan tujuh belas besar.

Setelah pertandingan tujuh belas besar, keesokan harinya akan memilih delapan orang pertama yang akan masuk ke pertandingan final dengan cara pengundian.

Sementara dua peserta terakhir, akan kembali bersaing dengan sembilan peserta yang akan diatur pada dua hari kemudian.

Memikirkan waktu pertandingan yang semakin lama semakin dekat, hatiku pun terasa bersemangat.

Namun seiring dengan itu, aku juga merasakan tekanan yang besar.

Walaupun Instruktur Louis mengatakan bahwa peluangku untuk masuk ke babak final bahkan tidak sampai 1%, namun aku masih ingin berusaha.

Kali ini, yang mengejutkanku adalah aku mendapat undian untuk bisa satu kelompok dengan Jack, senior dari Mikasa, yang terakhir kali mengalahkan Bobby dengan kekuatan yang mutlak.

Terakhir kali bertanding dengan Bobby, teknik bantingan dan pelepasan tulang miliknya meninggalkan kesan yang dalam bagiku, bahkan membuatku sedikit terkejut.

Tidak tahu, apakah aku yang baru menguasai teknik pedang pembunuh ini memiliki kualifikasi untuk melawannya.

Ketika aku mendapatkan hasil dan akan bertanding dengannya, semua wajah dari murid di bawah pun berubah, terutama siswa tahun ketiga yang berkata: "Bukankah Jack adalah orang yang terakhir kali mengalahkan Bobby? Dia sangat kuat bahkan tulang Bobby pun terlepas."

Bobby berada tepat di sampingnya, mendengar perkataan ini wajahnya pun menjadi gelap, langsung memelototi singkat orang yang mengatakannya.

Senior itu pun terkejut dan langsung menutup mulutnya.

Semua murid memiliki pandangan mata yang khawatir, mereka sudah melihat kekuatan dari Jack, terlihat jelas sama sekali bukan lawanku.

Arif tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Instruktur Louis, apakah anda melihat pertarungan antara Wenas dan Jack ini memiliki harapan menang?"

Instruktur Louis mengerutkan kening dan sedikit menggelengkan kepalanya: "Peluang untuk menang kurang dari dua persen, teknik bantingan dan pelepasan tulang miliknya sudah mencapai tahap yang tertinggi, kecepatannya juga sangat cepat dan keras, Wenas, kamu harus ingat, gunakan teknik pedangmu untuk menahannya, jangan biarkan dia mendekat jika tidak kamu pasti akan kalah."

Aku menganggukkan kepala, mengekspresikan pemahamanku.

Setelah itu, semua orang bergegas pergi ke arena.

Ketika kami sampai di arena, murid dari sekolah bela diri Sangha sudah datang, Jack sudah berdiri di atas arena sedang mengobrol dengan teman-temannya yang berada di pinggir arena.

Di dalam kerumunan itu, aku tidak melihat bayangan dari Mikasa, aku melihat sekeliling ke arah arena yang lain dan kemudian aku melihatnya di arena tidak jauh dari sana.

Aku tidak percaya Mikasa juga masuk 34 besar dan dia adalah satu-satunya gadis yang bisa lolos ke babak ini.

Sehingga selain sekolah bela diri Sangha, banyak wanita dan lebih banyak anak laki-laki yang melihat pertandingannya.

Di pertandingan di arena lain, aku juga melihat bayangan dari Mido dan Diego.

Aku langsung merasakan semangat dalam hati yang tidak bisa dijelaskan, aku ingin bertarung dengan mereka, merasakan sendiri kekuatan mereka berdua.

"Wenas, mengapa kamu terpaku seperti itu, apakah kamu dibuat takut olehku hingga tidak berani naik ke atas, jika kamu takut, kamu bisa langsung menyerah, semua yang ada di arena tidak akan menertawakanmu, bagaimanapun semua juga sudah mengetahui kekuatanku." Jack melihatku, terpancar senyum di wajahnya, berkata kepadaku dengan keras.

“Aku tidak takut, hati-hati dalam berbicara, jika aku takut, aku tidak akan berpartisipasi dalam pertandingan ini." Sambil mengatakannya, aku melangkahkan kaki naik ke atas arena.

Masih ada beberapa menit sebelum dimulainya pertandingan, Jack terlihat santai, dan melanjutkan berbicara: "Aku benar-benar tidak menyangka, dengan kemampuanmu seperti itu bisa masuk ke tiga puluh empat besar, kamu pasti cukup gembira di babak keempat kan, di babak ke lima, mungkin kamu menang dengan keberuntungan melawan orang yang menjadi lawanmu itu, "

“Apakah itu keberuntungan atau tidak, akan kamu ketahui sebentar lagi.” Aku mengatakan dengan tenang.

Ketika kami sedang berbicara, wasit pun berjalan mendekat, menyuruh kami untuk memilih senjata.

Aku pun mengambil pedang panjang di rak senjata sementara Jack tidak mengambil apapun.

Seperti yang aku dan Instruktur Louis perkirakan sebelum pertandingan, teknik bantingan dan pelepasan tulang adalah senjata paling baik untuk melawan musuh.

"Teknik pedang yang kamu gunakan sepertinya tidak sebaik teknik pedang milik adik junior Mikasa kan." Jack mencibir sambil tersenyum.

Aku tidak memperdulikannya lagi, karena sebelum pertandingan dimulai, peserta selalu mengatakan perkataan yang memprovokasi, saat ini demi memprovokasi lawan, untuk mendapatkan momentum sebelum pertandingan, aku pun secara otomatis tidak membiarkan Jack mendapatkan apa yang dia inginkan.

Wasit melihat jam dan kemudian mengumumkan pertandingan dimulai dan meniup peluitnya.

Jack tersenyum dingin dan langsung menyerang ke arahku.

Dia tahu dia harus bertarung dengan jarak dekat denganku, terpancar cahaya dingin di matanya, aku pun menaikkan pedang dan pada saat itu langsung mengeluarkan aura membunuh.

Wajah Jack pun berubah, gerakan yang akan menyerangku pun terhenti, rona wajahnya menjadi sangat serius dan mundur dua langkah ke belakang.

Aku tertawa dingin singkat, membawa aura membunuh yang kuat, pedang panjang memancarkan secercah sinar secepat kilat dan langsung menusuk ke arahnya.

Jack terlihat merasakan bahaya dari teknik pedangku, sama sekali tidak berani menerima dan langsung kembali mundur ke belakang.

Aku memanfaatkan momentum untuk mengejar, pedang bergerak seperti naga, pedang pun bersinar di bawah sinar matahari.

Teknik pedang pembunuh menampilkan kepercayaan diri dan tekad yang tidak tertandingi, memiringkannya dan langsung mengarah pada posisi vitalnya.

Dan pada saat yang krusial ini, Jack tiba-tiba membungkukkan badannya.

Dan pedang panjangku seakan menempel dan akan menusuk ke arah kulit kepalanya.

Namun pada saat berikutnya, dia seakan bisa melakukan serangan balik, mengulurkan tangan dan meraih tanganku.

Aku berteriak singkat, aura membunuh meningkat, satu ayunan pedang membalas serangan baliknya, langsung mundur dua langkah ke belakang, membuat jarak dengannya.

Dia tidak terburu-buru mengejar, menatapku dengan ekspresi yang serius dan berkata: "Aku benar-benar tidak menyangka bahwa kamu menyembunyikan teknik seperti ini, pada pertandingan terakhir mu sama sekali tidak melihatmu menunjukkannya."

"Itu karena saat itu masih belum saatnya menggunakan senjata." Aku dengan tenang berkata.

"Teknik pedangmu ini memang mengejutkan hati orang dan membuat orang takut, namun maaf, hanya dengan kemampuan seperti ini masih belum cukup untuk mengalahkanku."

Ketika dia baru mengatakannya, Jack langsung maju mendekat, melompat di udara, dengan dua buah kakinya menendang ke arah dadaku.

Ekspresi wajahku berubah, kecepatannya sangat cepat, aku bergegas mundur ke belakang, berhasil menghindari serangan kakinya dari jarak dekat, ketika dia baru menginjakkan tanah, teknik pedang pembunuh membawa tekanan angin dan mendekati tenggorokannya.

Namun tidak ada yang menduga pada saat ini, Jack akan mengeluarkan seringai, kecepatan tangannya meningkat, dengan secepat kilat menaikkan tangan dan bisa meraih pedangku dengan cepat.

Aku terkejut, langsung berusaha menarik pedang, namun genggamannya sangat erat, sama sekali tidak bisa ditarik kembali.

Pedang yang tertangkap, maka tidak bisa menggunakan teknik pedang pembunuh lagi.

Dan pada saat yang sama, Jack melangkah maju dan menyerangku dari sisi pedang, pada saat aku belum bereaksi, dia pun sudah menggenggam pergelangan tangan yang memegang pedangku.

Celaka

Aku bahkan bisa merasakan kelima jarinya yang telah menggenggam tulang sendi pergelangan tanganku, dan pada saat itu, tanganku yang lain mengepal membentuk tinju dan mengarahkannya ke arah wajahnya.

Jack merasakan tekanan dan akhirnya dengan cepat melepaskan tanganku dan mundur, terdapat senyuman di wajahnya..

Aku mendengus, pada awalnya aku mengira setelah menguasai esensi dari teknik pedang pembunuh bisa mengalahkan musuh di babak ini, tidak menyangka Jack bisa dengan cepat mencari cara untuk memecahkannya.

Apa yang Instruktur Louis katakan benar, aku masih belum bisa mengeluarkan kekuatan terbesar dari teknik pedang pembunuh, aku juga tidak akan bisa mengalahkan lawan hanya dengan niat membunuh dan kepercayaan diri saja.

Aku meraih pedang panjang, menghela nafas dengan dalam dan dengan pandangan yang serius menatap Jack.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu