My Beautiful Teacher - Bab 47 Pencuri
Ramya dan Awang pergi, dan rumah itu kosong.
Sore harinya, aku memposting informasi persewaan di renting.com, menunggu kedatangan penyewa baru.
Pada saat ini, penyewa aku hanyalah tersisa pasangan Milen dan Mitchell, yang membuat aku mengalami krisis ekonomi yang parah, aku berpikir untuk mencari pekerjaan, tetapi Fela mengatakan dia bisa menafkahi aku.
“Aku adalah laki-laki, bagaimana bisa aku membiarkan perempuan untuk menafkahi aku?” aku langsung balas.
"Bukankah kamu bilang akan ada kompetisi bela diri bulan depan? Aku bisa merasakan kamu sangat menyukai seni bela diri, jadi kamu harus melakukan apa yang kamu suka dan bekerja keras! Belum terlambat untuk memikirkannya ketika kompetisi selesai."
Aku tersentuh oleh pengertian dan toleransi Fela, tetapi aku yang memiliki harga diri yang kuat, tidak ingin menjadi "Pria yang mengandalkan wanita" di mulut orang lain.
Jadi keesokan harinya, aku masih pergi ke pasar bakat.
Sebenarnya, aku bisa kembali ke pekerjaan lama dan menjual komputer dengan Theo.
Tetapi ketika aku meninggalkan pekerjaan, aku dengan arogan berada di depan bos, mengatakan bahwa aku memiliki lima rumah dan sama sekali tidak membutuhkan pekerjaan ini, bos sangat marah dan langsung mengusirku.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin untuk bekerja di bekas toko computer itu lagi, bahkan berada di gedung yang sama akan membuat aku sangat malu.
Jadi aku hanya bisa memilih untuk mencari pekerjaan di pasar bakat.
Namun, baik ijazah diploma tiga maupun pengalaman kerja aku sendiri tidak dapat memuaskan perusahaan yang mewawancarai aku. Jadi setelah mencari satu hari, tidak ada perusahaan yang memilih aku kecuali untuk posisi menjual asuransi dan tenaga kerja umum di pabrik.
Aku pulang ke rumah dengan perasaan tertekan, karena pasar bakat tidak terlalu jauh dari rumah, jadi aku memilih untuk berlari, juga sekalian berolahraga.
Tapi ketika sedang di jalan, selalu ada ilusi di hati aku bahwa seseorang sedang menatap aku di belakang.
Setiap kali aku melihat ke belakang, tidak ada orang sama sekali, dan aku sedikit bingung, mungkin karena aku terus berkeliling pasar bakat hari ini dan terlalu lelah.
Ketika aku pulang, Fela tidak ada di rumah, mungkin dia pergi ke mencari nafkah lagi.
Aku memasak semangkuk mie, setelah makan, aku meninggalkan catatan dan menulis: "Gadis, aku pergi ke sasana seni bela diri untuk berlatih seni bela diri. Karena kompetisi seni bela diri, aku harus mengikuti kelas tambahan belakangan ini, aku mungkin akan telat pulang, aku sudah mengeluarkan minuman dari lemari es. Jika kamu ingin minum, minum saja yang di luar lemari es. Terlalu dingin tidak baik untuk kesehatanmu. Aku juga sudah menyimpan semua pakaian yang telah dikeringkan. Saat kamu kembali, ingatlah untuk mengabariku melalui WeChat. Aku: Keledai. "
Meskipun dapat saling mengabari dengan mengirim pesan WeChat, tetapi menulis memo di atas meja telah menjadi metode komunikasi unik antara aku dan Fela.
Itu adalah hasil dari pemahaman diam-diam antara hati, kami berdua merasa bahagia, dan merasa sangat menarik, sehingga berlanjut hingga hari ini.
Setelah itu, aku pergi ke sasana seni bela diri.
Siapa tahu ketika aku baru saja tiba di lantai bawah aula seni bela diri, aku bertabrak dengan seorang pria muda yang berjalan dengan kepala menunduk.
Pria itu terhuyung mundur beberapa langkah saat bertabrak denganku, dan langsung duduk di tanah.
Aku buru-buru mengangkatnya, dan bertanya dengan prihatin: "Maaf, kamu baik-baik saja?"
"Tidak apa-apa," kata pemuda itu cepat.
"Baguslah jika tidak apa-apa." Aku tidak peduli lagi dan berbalik, setelah berjalan beberapa langkah, aku mendengar seseorang berteriak di belakang: "Tunggu sebentar!"
Aku tertegun, berhenti dan berbalik, yang memanggil aku adalah pemuda yang baru saja bertabrak denganku dan jatuh.
“Ada apa?” Tanyaku dengan heran.
"Aku baru saja menyentuh saku aku dan menemukan bahwa dompetku hilang! Apakah kamu sengaja menabrak aku dan mencuri dompet aku?" Pria muda itu berkata dengan marah.
Aku langsung tertegun: "Bagaimana mungkin aku mengambil dompet kamu, mungkin tidak sengaja jatuh di suatu tempat?"
"Tidak mungkin! Jelas dompetku masih ada di tubuhku tadi. Setelah bertabrakkan denganmu, dompetku hilang, kamu masih bilang kamu tidak mencurinya!" Wajah pemuda itu memerah, dan dia berteriak, "Cepat, semuanya datang dan lihat. Pencuri ini mencuri dompet aku dan masih menolak mengakuinya, bagaimana menurut kalian semua? "
Setelah pemuda itu berteriak, banyak orang yang lewat datang untuk menonton.
Mereka juga sengaja mengepung aku dan pemuda itu, tampaknya takut aku akan mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Beberapa bahkan menunjukku dan berkata beberapa hal buruk.
"Mengapa belajar mencuri barang di usia muda?"
"Aku paling benci pencuri, harus segera pergi ke kantor polisi!"
"Pencuri, serahkan dompetnya!"
Aku sangat marah, orang ini kehilangan dompetnya dan malah menuduh aku.
“Brother, kamu salah paham, aku benar-benar tidak mengambil dompetmu.” Aku mencoba menjelaskan.
Pemuda itu mendengus dingin, "Kamu bilang kamu tidak mengambil dompetku, oke, biarkan aku menggeledah tubuhmu, kalau benar tidak ada, aku akan melepaskanmu!"
Tiba-tiba aku mengerutkan kening: "Mengapa aku harus membiarkanmu menggeledah tubuhku? Kamu kehilangan dompetmu, dan malah menuduhku, kamu benar-benar tidak masuk akal!"
Ketika aku menabrak pemuda itu tadi, aku masih mengira dia sangat sopan, tetapi sekarang aku menyadari bahwa semuanya tidak sesederhana yang aku kira.
Pada saat ini, terdengar suara yang familiar di kerumunan, “Oh, aku pikir apa yang terjadi dengan begitu banyak orang di sini, ternyata pencuri mencuri dompet orang lain. Wenas, kamu bukan pencurinya, kan? "
Aku melihat orang datang, bukan orang lain yang berbicara, tetapi Rizal yang dipukuli oleh aku di kamar hotel kemarin.
Karena lantai atas adalah aula seni bela diri, wajar jika Rizal muncul di sini, tapi apa yang dia katakan membuatku sangat kesal.
“Aku pencuri atau bukan, tidak sebanding apa dengan kamu yang ingin merebut wanita dari keluarga yang terhormat tanpa tanggung jawab!” Kataku dengan dingin.
"Sialan, bersihkan mulutmu, curi barang orang lain masih begitu berlagak! brother, katakan padaku seperti apa dompetmu dan apa isinya, hari ini aku akan melihat apakah bocah ini adalah pencuri atau bukan! "
"Dompet aku hitam, ada kartu ID aku di dalamnya, nama aku Billy Saputra, ada tiga kartu bank, ada Bank Pertanian, Bank Industri dan Komersial, serta kartu kredit dari China Construction Bank, dan juga ribuan uang tunai! Karena kamu mengatakan kamu tidak mencuri, beranikah kamu membiarkan aku menggeledah tubuhmu? "Kata pemuda itu dengan dingin.
"Sini lah menggeledah, aku tidak berbuat perbuatan penjahat, tidak seperti seseorang, melakukan hal-hal memalukan dan masih punya muka untuk berdebat di sini." Kataku dengan tenang.
Hal ini niscaya dibicarakan kepada Rizal, siapa tahu tahu Rizal tidak marah saat mendengar ini, malahan, senyum aneh muncul di sudut mulutnya. Ini membuat hatiku melonjak dan tiba-tiba ada firasat yang sangat buruk.
Tanpa sadar aku menyentuh saku celanaku, dan hatiku terkaget, aku menyentuh sebuah dompet.
Aku biasanya tidak membawa dompet saat keluar, tapi dompet ini entah kenapa bisa masuk ke saku aku. Apa yang terjadi?
Melihat senyum Rizal dan ekspresi marah pemuda itu, aku tiba-tiba menyadari masalah yang sangat serius.
Sepertinya aku telah dijebak oleh dua orang ini!
Novel Terkait
Someday Unexpected Love
AlexanderHei Gadis jangan Lari
SandrakoPergilah Suamiku
DanisCutie Mom
AlexiaYou're My Savior
Shella NaviThe Gravity between Us
Vella PinkyGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang