My Beautiful Teacher - Bab 56 Reuni Teman Sekolah
Fela dengan sedikit tidak enak berkata "Aku kan takut kamu marah.”
"Tidak apa-apa, kamu terima saja."Aku berkata dengan tenang.
Fela tersenyum, segera mengangkatnya dan berkata "Hai, Pak Tony. Ya, aku sudah mempertimbangkannya cukup dalam, ini bagiku adalah sebuah hal yang sulit, siang ini aku ada waktu, tidak, seharusnya aku lah yang mentraktir anda makan. Baiklah, nanti kita berbicara ketika kita bertemu, sampai jumpa.”
Melihatnya memutuskan panggilan, hatiku menjadi tidak senang, dengan wajah yang dingin bertanya "Apa yang dia bicarakan kepadamu.”
"Tidak ada apa-apa.”
"Apakah dia ingin mentraktirmu makan siang."Aku kembali bertanya.
Fela tidak menjawab, bisa dianggap mengakuinya.
"Jika kamu berhasil menandatangani kontrak dengan perusahaan mereka, apakah benar-benar akan berpisah denganku."Aku kembali bertanya.
"Aku tidak tahu, aku belum memikirkannya. Keledai, tolong jangan seperti ini, aku hanya makan siang bersama dengannya."Fela menghela nafas dan kembali berkata "Jika kamu tidak senang, aku lebih baik tidak pergi.”
Ketika memikirkan ekspresi gembira Fela barusan dan kembali memikirkan perkataan Lastri yang dikatakan kepadaku dua hari yang lalu, aku pada akhirnya menahan rasa amarah di dalam hatiku dan berkata "Tidak apa-apa, kamu pergi saja, aku tidak ingin menjadi batu sandungan untukmu, mengejar impianmu adalah keinginan seumur hidupmu, jika benar-benar bisa mengejar mimpimu, aku bersedia mengorbankan segalanya untukmu, termasuk berpisah denganmu.”
Mendengar perkataanku ini, mata Fela menjadi merah, air mata pun mulai berlinang di dalam matanya.
Kemudian dia pun mencium pipiku singkat, menarik nafas dalam-dalam, dengan tersenyum berkata "Itu masih bukan hal yang pasti, Keledai, jangan pesimis seperti itu. Aku masih belum bertemu dengan pimpinan mereka, jika mereka tidak menginginkanku, aku akan tinggal di sisimu dan menghabiskan seumur hidup denganmu, ya?”
Hatiku terasa sedih dan berkata "Siapa yang mau dengan gadis yang tidak patuh sepertimu, lebih baik aku pergi mencari penulis wanita Lastri itu.”
"Baiklah, kamu mengatakan di hadapanku ingin mencari wanita lain."Fela berkata sambil memukulku dengan lemah.
Pada siang hari, sebelum Fela meninggalkan rumah, dia pun sengaja berdandan, membuatnya menjadi lebih mempesona.
Aku ingin mengikutinya dari belakang, namun aku khawatir dengan apa yang dikatakan oleh Tony, tidak bisa menahan amarahku dan pergi memukulnya.
Dengan begitu, hanya membuat Fela semakin marah kepadaku.
Sehingga aku menahan rasa amarah di dalam hati, hanya menatap dia yang meninggalkan rumah.
Aku pergi makan di restoran di bawah, meminum hampir setengah ons arak putih, membuatku sangat mabuk, ketika pulang ke rumah aku berbaring diatas tempat tidur dan tertidur.
Tidak tahu berapa lama, aku terbangun oleh suara ketukan pintu.
Aku bangun melihat ponsel, tidak menyangka waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.
Aku pergi membuka pintu di ruang tamu, ternyata yang mencariku adalah Lastri.
"Apakah kamu sedang sibuk?"Lastri bertanya sambil tersenyum.
Aku menggelengkan kepala dan membiarkannya masuk kedalam.
Kepalaku sedikit pusing, aku pun menuangkan segelas air masing-masing untuk kita berdua.
Lastri bertanya "Apakah kamu baru minum arak?”
Dia dengan jelas bisa mencium aroma alkohol dari tubuhku.
Aku dengan tanpa peduli langsung menganggukan kepala.
“Apakah masalah Fela lagi? Bukalah sedikit pikiranmu, tidak ada masalah yang tidak bisa dilalui."Lastri tahu perasaanku, tidak menghiburku, kebalikannya mengambil ponsel sambil tersenyum "Kemarin malam aku baru memperbarui dua bab baru, menggambarkan seorang polisi kriminal yang bisa bela diri, kamu bantu aku periksa, apakah ada yang tidak benar atau bagian yang perlu diperbaiki.”
Judul novel baru dari Lastri adalah setengah malaikat setengah iblis, saat ini sudah diupload berkala di internet, namun aku mendengar sudah ada pihak pembeli yang ingin membeli hak cetaknya.
Dengan begitu, Lastri tidak hanya adalah seorang penulis wanita yang berbakat, namun juga akan menjadi wanita yang kaya raya.
Aku pun melihat dua bab yang diperbaharui olehnya kemarin malam, dia menulisnya dengan sangat baik, terutama cerita pertarungan dengan penjahat, ditulis dengan sangat nyata, seakan dia benar-benar bisa bertarung, membuatku sangat kagum, aku sangat menyukainya.
Lastri sangat gembira, sambil tersenyum berkata "Lain kali , jika ada hal yang aku tidak mengerti di sisi ini, mohon bantuanmu ya.”
"Jangan terlalu sopan, kita adalah tetangga, jika ada hal bela diri yang tidak mengerti, kamu tanyakan saja. Walaupun aku tidak memiliki pengetahuan yang cukup, namun setidaknya cukup digunakan untuk di dalam novel.”
Lastri setengah bercanda dan berkata "Aku sedang berpikir, buku selanjutnya aku akan menulis sebuah novel dengan menggunakan karakter aslimu, aku berpikir kamu tidak akan keberatan kan?”
Aku tahu dia sedang bercanda, sehingga mengatakan tidak keberatan.
Setelah Lastri pulang, aku melihat waktu sudah sore dan aku pun pergi ke klub bela diri.
Instruktur Louis sudah mulai mengajarkan teknik menembak.
Tidak hanya itu, dia juga menyuruh siswa senior yang sudah belajar setengah tahun untuk mengajarkan kita.
Jika dibanding dengan Bobby dan sekelompok murid yang tua itu, aku merasa siswa-siswa senior ini jauh lebih bisa diandalkan.
Ketika waktu istirahat diantara kelas, Ladira berkata kepadaku "Sebentar lagi aku ada sebuah reuni teman kelas, apakah kamu bisa ikut menghadirinya denganku?”
"Reuni teman kelas? Aku tidak pantas jika ikut kan."Aku berkata dengan terkejut.
"Aku khawatir kumpulan siswa pria itu akan menggangguku, jadi memintamu untuk menjadi tamengku, bantulah aku, aku pasti akan sangat berterima kasih."Ladira menggunakan pandangan yang berharap memandangku.
"Baiklah."Aku sedikit ragu, namun akhirnya menyanggupi.
Pada awalnya aku ingin langsung pulang setelah selesai kelas, menanyakan hasil pertemuan Fela dan Tony, namun aku tidak tega untuk menolak Ladira, aku pun berpikir akan menanyakannya malam ini.
Setelah selesai kelas, Ladira menjemputku dengan mengendarai sebuah ferrari berwarna merah, dia sudah mengganti bajunya menjadi sebuah gaun malam berwarna ungu, menambahkan dandanan membuatnya terlihat lebih anggun, dengan aura yang berbeda yang membuatku sedikit terkejut.
Dia menjelaskan dengan tersenyum "Ini adalah sebuah party yang dibuat oleh teman sekolah menengah atas ku di rumahnya, mengundang kita untuk bermain ke sana.”
Aku baru mengerti, tidak salah jika Ladira berdandan dengan seberat ini.
Jika dibandingkan dengan pakaian yang aku kenakan, terlalu biasa, kemeja hitam dan celana jeans, menggunakan sepatu bola yang nyaman, terlihat seperti pakaian orang biasa.
Namun aku sama sekali tidak peduli, bagaimanapun aku bukanlah pacar dari Ladira, hanya berakting saja.
Rumah temannya ada di perumahan, sebuah villa besar yang memiliki taman bunga didalamnya.
Aku mendengar orang tuanya sedang berada di luar negeri, sehingga dia bisa tenang dan berani mengadakan party ini.
Kami dengan cepat sampai di rumah temannya ini, villa ini didesain dengan sangat mewah, pemandangan halamannya juga sangat indah, adalah mimpi seumur hidup bagi banyak orang biasa.
Di depan pintu juga telah diparkir belasan mobil yang mewah.
Aku merasa sangat aneh, ini seharusnya pertemuan anak orang kaya kan.
Ladira menjelaskan, karena dia sekolah di sekolah untuk orang kaya, sehingga teman-temannya adalah anak dari orang yang kaya dan terpandang.
Ketika memasuki ruang tamu, melihat banyak pria dan wanita yang berpakaian glamor dan penuh gaya memegang gelas anggur merah, berbicara dan tertawa dalam kelompok.
Ketika Ladira muncul, dia pun menjadi fokus dari kerumunan disana.
Tidak hanya karena Ladira yang berpenampilan dengan aura yang anggun, yang paling penting adalah disampingnya berdiri aku yang terlihat biasa saja.
Selain itu dia juga memegang tanganku.
Para pria itu dengan pandangan yang iri juga memandangku dengan pandangan yang mencemooh yang jelas.
"Lihat, bunga sekolah kita sudah datang.”
“Ladira , kamu malam ini cantik sekali.”
"Di sampingmu itu siapa, bukan supirmu kan?"
Beberapa pria maju mendekat berkata dengan tersenyum dan menggoda.
Ladira mengerutkan kening, tangan yang menggenggam ku pun menjadi lebih erat ”Dia adalah pacarku namanya Wenas.”
Ladira pun mengenalkanku pada beberapa pria itu, aku dengan sopan mengulurkan tangan "Apa kabar.”
Ketika mereka akan mengulurkan tangan, sebuah suara yang akrab terdengar dari belakangku "Ai, bukankah ini adalah tuan rumah pecundang yang berpura-pura sebagai pacar Ladira, bagaimana kamu ada disini.”
Aku dan Ladira memalingkan kepala pada saat yang sama, kemudian melihat wajah Bobby yang sudah tidak dilihat dalam beberapa saat terakhir.
Dia sedang menatap kami, sambil tersenyum dan berjalan mendekat,
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanYour Ignorance
YayaLelaki Greget
Rudy GoldGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraMenunggumu Kembali
NovanAfter Met You
AmardaUnlimited Love
Ester GohMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang