My Beautiful Teacher - Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
Meskipun kaki Ramya dijepit dengan sangat erat, tetapi bagaimana bisa dia menghentikan seranganku?
Aku masuk sedikit demi sedikit, menyentuh celana dalam rendanya, sangat bergairah, lanjut berkata dengan suara rendah : "Tenanglah, aku akan mencintaimu dengan sungguh-sungguh sesudah ini, tidak akan membiarkanmu terluka sedikit pun lagi."
Aku berpikir, dengan begini, kesalahpahaman di antara kita juga akan mudah diselesaikan dan perlawanan Ramya juga lebih merangsang hasratku. Jariku menyelusuri celana dalamnya, kemudian mulai bergerak. Sampai tahap ini, walaupun Ramya mempererat kedua kakinya juga sudah tidak ada gunanya, dia di bawah penyeranganku, kedua kakinya perlahan-lahan terbuka, seperti telah menerima godaanku.
Hatiku sangat senang, jariku bertambah cepat, setelah beberapa saat, bagian bawahnya telah basah. Reaksi tubuhku juga sangat intens, ada semacam dorongan untuk melakukannya di tempat.
Tetapi bagaimanapun juga di sini adalah bioskop, aku tidak berani bergerak terlalu banyak, lebih tidak berani melangkah lebih jauh dengan terbuka. Setelah beberapa saat, Ramya sepertinya sudah tidak bisa tahan, kedua kakinya dijepit dengan erat lagi, tubuhnya tegang, bagian bawahnya menyemburkan air dengan kuat.
Dan pada saat ini, film juga berakhir, lampu bioskop menyala seketika itu juga.
Lalu aku melihat, yang duduk di sampingku ternyata bukanlah Ramya, tetapi Fela !
Bagaimana mungkin?
Aku tertegun seketika itu juga, ternganga melihatnya. Wajah Fela memerah, membereskan roknya dengan malu.
Ramya yang duduk di sampingnya menatap kami dengan aneh, lalu menatap air yang ada di lantai lagi dan tanpa sadar sedikit mengernyit.
Dari penampilannya, mungkin dia telah menyadari apa yang kami lakukan tadi.
Tiba-tiba aku merasa ingin menangis tanpa air mata, jika saat ini melompat ke Sungai Kuning, juga sudah tidak bisa membersihkannya.
Siapa yang bisa pikir, mereka ternyata merubah tempat duduk setelah kembali dari kamar mandi dan juga bioskop sangat gelap, sama sekali tidak bisa melihat wajah orang lain dengan jelas, menyebabkanku salah mengira Fela menjadi Ramya dan melakukan tindakan yang kelewatan.
Aku kebingungan, otakku menjadi kosong, mengenai bagaimana aku keluar dari bioskop, bagaimana aku pulang, aku sudah tidak ingat lagi. Hanya teringat, ketika tiba di kompleks, Ramya mengucapkan satu kalimat kepada kami : "Semoga kalian bahagia."
Setelah tiba di rumah, aku dan Fela sangat canggung, aku bahkan tidak berani bertatap muka dengannya.
Tetapi Fela berinisiatif menarik tanganku, membuatku duduk bersama dengannya di atas sofa, melihatku dengan tatapan yang sangat lembut, bertanya : "Bajingan, apakah yang kamu katakan kepadaku di bioskop itu benar?"
"Ah? Aku... Apa yang aku katakan?" Aku sama sekali tidak berani menengadahkan kepala untuk melihat wajahnya, tetapi aku bisa merasakan dia menatapku dengan tatapan yang berapi-api.
"Kamu mengatakan bahwa kamu mencintaiku, hanya mencintaiku satu orang, tidak akan menyukai wanita lainnya. Aku mendengar perkataanmu ini, baru... baru membiarkanmu menyentuhku, kamu jangan hanya mengatakannya!"
Seketika itu, aku tidak bisa membenarkan diriku, sama sekali tidak bisa menjelaskan.
"Bukan, dengarkan aku... Bukan seperti yang kamu pikirkan, aku... terburu nafsu seketika itu baru..." Aku berkata secara tidak logis.
"Aku tidak peduli, karena kamu telah mengatakannya dan melakukan hal itu terhadapku, maka harus bertanggung jawab terhadapku." Saat Fela berbicara, seketika itu dia langsung memeluk leherku, lalu memberiku sebuah ciuman yang dalam.
Ini ada kedua kalinya Fela berinisiatif menciumku, juga membuatku sama sekali tidak bisa menolak. Dia merangsang hasrat dalam tubuhku dan mulai merespons secara aktif, lidah kami saling berbelit, meminta kehangatan dan kelembaban dalam mulut pasangan.
Tanganku memasuki kerah bajunya, bermain dengan dua bola montok itu secara sembrono, tangan yang lainnya masuk ke bawah roknya, bergerak ke atas dan ke bawah.
Meskipun hasil ini tidak sesuai dengan ekspetasiku, tetapi bagaimanapun juga, aku juga memiliki kesan yang baik terhadap Fela dan harus bertanggung jawab terhadap perkataan dan tindakan diri sendiri.
Lalu, aku merasakan sebuah tangan yang halus dan lembut memasuki celanaku, membuatku menahan reaksi. Ketika bibir kita terpisah, aku langsung mencium daun telinga leher dan bahkan kemontokan dadanya.
Setelah lima menit, pakaian kami berdua telah terlepas sepenuhnya. Kedua tubuh terikat bersama dengan erat, dia terus terengah-engah, wajahnya merah, ekspresinya penuh dengan rasa sakit dan kenikmatan, berkata dengan suara rendah : "Kamu bajingan, aku awalnya telah memutuskan untuk tidak berpacaran, kamu malah membuatku menjilat ludah sendiri."
Jari Fela tidak berhenti bergerak, membuatku tidak ada waktu untuk menjawabnya, hanya menaggapinya dengan cara yang lebih bergairah. Setelah beberapa saat, Fela sepertinya sudah tidak tahan dan menggoyangkan tubuhnya dalam pelukanku, berkata dengan terputus-putus : "Hm, Wenas, berikan kepadaku... aku ingin..."
"Baik!" Aku mendengus dan membuka kedua kakinya, lalu langsung mendorong ke dalam. Saat keduanya sangat harmonis, Fela mengeluarkan sebuah gumaman yang sangat menggairahkan.
Lalu aku mulai meluncurkan serangan yang ganas. Fela memeluk punggungku dengan erat, kukunya yang panjang hampir menembus ke dalam dagingku, tidak hanya begitu, dia juga menggigit bahuku.
Rasa sakit tidak hanya tidak memperlambatku, sebaliknya lebih merangsang hasratku, gerakanku menjadi lebih ganas, seperti hujan badai dan angin kencang. Fela membuka mulutnya, tidak bisa menahan lagi dan mengeluarkan suara teriakan "Ah ah ah".
Tidak lama kemudian, tubuh kita dipenuhi dengan keringat, aku bergerak dengan cepat dan ganas, sambil menggigit dadanya yang montok dan menghisap dengan keras. Bunyi gemeretak bergema di seluruh ruang tamu.
Aku tahu, mulai saat ini, aku dan Ramya tidak bisa bersama lagi.
Di malam yang sunyi ini, aku seharusnya bersama dengan Ramya, wanita yang paling aku cintai, menikmati kebahagiaan keduniawian, tetapi tidak terpikirkan, kesalahan adalah kesalahan, memilih Fela dan bahkan melakukan hubungan seksual dengannya, mengakhiri karier sebagai pria perjaka.
Pagi hari berikutnya, aku dibangunkan oleh godaan Fela.
Ketika aku membuka mata, Fela meringkuk telanjang dalam pelukanku, seperti seekor kucing putih kecil dan dengan nakal menggambar lingkaran dengan kukunya yang dipolesi cat kuku di dadaku.
"Sudah bangun." Aku tersenyum dan bertanya.
Setelah satu malam, aku telah menerima kenyataan, memiliki seorang pacar seperti Fela, aku pikir itu juga cukup bagus, meskipun dalam hati masih bisa memikirkan Ramya, tetapi setidaknya tidak akan terasa begitu sengsara lagi.
"Kamu bajingan, aku awalnya berencana tidak berpacaran untuk sementara waktu, kamu telah membuatku melanggar janji."
Aku mencium wajahnya, tersenyum dan berkata : "Itu karena pesonaku terlalu besar."
Setelah berkata, aku meraih dua bola montok yang ada di depan dadanya dan memainkannya dengan sembrono, melihat mereka perlahan-lahan menegang, membesar di tanganku.
Yang dimaksud dengan teratai kecil baru mengeluarkan kelopak yang tajam, seharusnya adalah wanita seperti Fela. Awalnya aku masih ingin untuk lanjut, tetapi satu tangan baru saja memegang perut kecil yang rata, belum bisa terus turun, telah ditahan oleh Fela, dia berkata : "Kamu benar-benar bajingan, tadi malam benar-benar gila, lima kali berturut-turut, aku masih kesakitan hingga sekarang!"
"Bagaimana bisa menyalahkanku, kamu yang terlalu menggoda, wanita cantik dan seksi bawaan dari lahir." Aku tertawa dan tidak melanjutkannya lagi.
Fela tersenyum dengan bangga : "Artinya, aku masih cantik. Bajingan, menurutmu, siapa yang lebih cantik di antara aku dan kak Ramya."
Tidak terpikirkan olehku Fela akan bertanya pertanyaan ini, tertegun sejenak, berkata : "Kamu cantik."
"Apa?" Fela langsung memelototiku.
"Jangan gegabah, aku belum selesai berbicara, kamu lebih cantik daripada dia." Aku melanjutkan.
Fela tersenyum bahagia : "Ini hampir."
Dia meraba wajahku dengan lembut, aku melihat kata " Marco " yang ditato di punggung tangannya, tidak tahan lalu bertanya kepadanya : "Bisakah kamu memberitahuku, siapakah Marco yang ada di tanganmu?"
Novel Terkait
The Winner Of Your Heart
ShintaCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaBaby, You are so cute
Callie WangInventing A Millionaire
EdisonPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeUnperfect Wedding
Agnes YuThick Wallet
TessaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang