My Beautiful Teacher - Bab 39 Luar dingin dalam panas

“Ayah, apakah kamu sudah tidur? Ada masalah, tentu saja ada masalah yang akan merepotkanmu lah! Bobby yang menyebalkan itu, ayah tahu kan? Ia setiap hari menempel padaku, benar-benar menyebalkan…… hari ini bahkan terjadi konflik diantaranya dengan salah satu temannya, akhirnya baru saja di taman mereka beradu, dan hasilnya Bobby dipukul dan terjatuh diatas tanah, secara tidak sengaja menabrak sebuah batu, dan akhirnya kepalanya pecah dan darah mengalir hingga jatuh pingsan, sekarang sedang dikirim ke rumah sakit untuk menerima pertolongan. Teman apa, teman yang sama-sama belajar bela diri donk, kami baru saja belajar bersama 1 bulan lebih? Iya, aku juga sangat kaget, ternyata ia bisa mengalahkan Bobby……. Aiya, aku bukan mau mengatakan hal ini, ayah tolong bantu aku untuk memeriksa, Bobby dikirim ke rumah sakit mana, apakah berada dalam bahaya. Iya iya, terima kasih ayah! Latar belakang temanku? Namanya Wenas, tidak memiliki latar belakang apapun, keluarganya memiliki beberapa rumah, bersandar pada pendapatan sewa rumah untuk hidup. Yah, aku mohon padamu, bantulah Wenas, ia demi diriku baru bertanding dengan Bobby, hasilnya malah menjadi seperti ini. Bagus sekali, aku cinta padamu yah!”

Saat bertelepon, Ladira secara tidak disengaja mengeluarkan nada yang bermanja, ini juga adalah pertama kalinya aku melihatnya menggunakan nada yang seperti ini menerima telepon.

Setelah menutup telepon, Ladira tersenyum: “Wenas, tenang saja, ayahku sudah berjanji akan membantumu. Meskipun ayah Bobby sangat hebat, juga tetap akan memiliki rasa takut kepada ayahku, karena itu kamu tidak perlu kuatir, asalkan Bobby tidak ada masalah besar, sudah tidak apa-apa.”

Sebenarnya, aku tadi memang sedikit kuatir, tetapi setelah mendengar perkataan dari Ladira , hatiku jauh menjadi lebih tenang, aku tidak dapat menahan diri untuk bertanya: “Keluarga Bobby melakukan apa, dan juga ayahmu, apa pekerjaan ayahmu?”

“Apakah kamu pernah mendengar Perusahaan Santoso?” Ladira bertanya padaku.

Hatiku seketika terkejut: “Apakah salah satu dari 3 perusahaan besar di kota A? Bobby tidak mungkin adalah putra dari Perusahaan Santoso bukan?”

“Kalau tidak menurutmu?”

Aku seketika menunjukkan raut wajah yang terkejut, aku tidak dapat bercanda lagi: “Kalau begitu ayahmu?”

“Bekerja di pemerintahan provinsi, seorang kader.

Perkataan Ladira seketika membuatku menjadi seperti orang bodoh, tidak kusangka latar belakang Ladira ternyata begitu kuat, aku selama ini mengira ia hanyalah seorang pengacara dari sebuah firma hukum begitu saja.

“Karena itu kamu tidak perlu kuatir, karena ayahku telah berjanji padaku untuk membantumu, pasti tidak akan memakan omongannya.”

“Kalau begitu benar-benar terima kasih padamu.”

“Apa-apaan, akulah yang menyebabkanmu menjadi seperti ini, kamu tidak apa-apa, apakah mau mengantarkanmu ke rumah sakit untuk memeriksa?”

“Tidak perlu, aku benar-benar tidak apa-apa.”

Saat sedang berbicara, HP berdering, Fela menelepon kemari, bertanya padaku kapan pulang.

“Baru saja selesai makan, segera pulang.” Aku berkata kepada Fela.

Setelah menutup telepon, aku berpamitan dengan Ladira , kita berpisah dipintu taman, tiap dari kita sama-sama memanggil taksi untuk pulang.

Setelah pulang kerumah, agar tidak membuat Fela kuatir, aku sama sekali tidak menceritakan hal yang terjadi malam ini kepadanya.

Tetapi disaat tidur, ia menyadari luka biru yang berada dipundakku dan di bagian dadaku, keduanya adalah luka yang disebabkan oleh Bobby.

Ia bertanya padaku apa yang terjadi.

Aku hanya mengatakan dari ini para murid di Dojo Itaewon melakukan latihan pertandingan, tidak sengaja terpukul.

“Mana ada ini latihan pertandingan, tangannya terlalu kejam!” Fela dengan sedikit rasa sayang berkata.

“Tidak apa-apa, juga tidak sakit, lewat 2 hari juga akan membaik.” Aku memeluk Fela sambil menghiburnya.

Dibawah kata-kata hiburan dariku, Fela akhirnya menjadi jauh lebih tenang, kemudian mulai melakukan hubungan panas denganku.

Hari ketiga, saat aku pergi ke Dojo Itaewon, dari mulut Ladira mengetahui keadaan Bobby.

Bobby malam itu segera menuju kerumah sakit, kepalanya mendapatkan 8 buah jahitan, nyawanya tidak mengalami bahaya, selain kepalanya yang bocor, hanya mengalami gegar otak ringan, istirahat selama kurang lebih 1 bulan sudah tidak masalah.

Kemarin, ayah Ladira pergi sendiri kerumah sakit untuk menjenguknya, Ladira juga ikut pergi bersamanya.

Ia didepan Bobby menjamin, Ladira tidak akan memiliki hubungan apapun denganku, kemudian kembali mengatakan beberapa hal, yang akhirnya berhasil menyurutkan pemikiran balas dendam dari Bobby.

Aku berkata terima kasih kepada Ladira .

Ladira tersenyum dan berkata: “Sungkan sekali, aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu.”

“Demi masalahku, ayahmu bahkan turun tangan sendiri, aku benar-benar tidak enak.” Aku menjawabnya.

“Jika kamu benar-benar tidak enak, lain hari traktir aku makan.” Ladira sambil bercanda berkata.

“Tidak masalah.” Aku dengan segera meng-iyakan.

Ladira tertawa: “Baiklah, kalau begitu hari minggu, kebetulan dihari minggu aku istirahat.”

Saat kelas, instruktur Louis memujiku dan Arif.

Disaat latihan pertandingan murid baru dua hari yang lalu, hanya aku dan dirinya yang menang.

Para murid-murid menggunakan sorot mata yang takjub dan iri memandang kita, mungkin karena instruktur Louis sangat jarang sekali memuji orang.

Ladira juga melihatku dan menunjukkan senyuman tipis, sorot cahaya sekilas terpampang dimatanya.

Disaat selesai kelas, instruktur Louis tiba-tiba mengatakan sesuatu: “Yang lain bisa pergi terlebih dahulu, Wenas, kamu tinggal dulu disini, ada beberapa kata yang perlu aku bicarakan denganmu.”

Aku sedikit kebingungan, tidak tahu apa yang ingin dikatakan oleh instruktur Louis kepadaku.

Para murid yang lain menunjukkan sorot mata yang penasaran.

Aku mengganti bajuku terlebih dahulu, kemudian menunggu didalam arena, menunggu hingga para orang telah pergi, instruktur Louis menatapku, bertanya: “Ada rokok kah?”

Aku dengan segera mengeluarkan rokok dan memberikan sebatang kepadanya.

“Kita pergi keluar untuk merokok.” instruktur Louis berkata.

Kita berdua berada dipintu masuk Dojo Itaewon, bersandar pada pagar lantai 2.

Disamping adalah ruang fitness, dibawah adalah supermarket.

“instruktur Louis, ada urusan apa anda mencariku?” Aku menghisap rokokku, kemudian bertanya.

“Bobby kemarin tidak datang kelas, aku dengar terluka dan masuk rumah sakit.” instruktur Louis dengan tenang berkata.

Para murid lama memiliki waktu kelas yang berbeda dengan kami, kita dihari selasa dan kamis juga sabtu, mereka adalah hari senin rabu dan jumat.

Aku berpura-pura terkejut dan berkata: “Bagaimana bisa terluka?”

“Wenas, kamu tidak perlu berpura-pura, ayahnya dan aku saling mengenal, jika bukan karena melihat wajah dari ayahnya, aku dari awal juga tidak menerima Bobby sebagai siswaku.”

Aku menunjukkan sorot wajah yang terkejut, tidak kusangka instruktur Louis ternyata mengenal ayah Bobby, akan tetapi dipikir-pikir juga masuk akal, bagaimanapun juga instruktur Louis pernah menjadi tantara khusus, ia juga pernah melaksanakan tugas-tugas didaerah perbatassan, mengenal orang-orang kaya di kota A juga adalah hal yang normal.

Melihat aku yang tidak bersuara, instruktur Louis mulai tertawa: “Boleh juga kamu ya, bisa-bisanya mengalahkan seseorang yang pernah belajar Taekwondo dan belajar ilmu bela diri selama 1 tahun, sepertinya aku harus menaruh perhatian lebih kepadamu.”

Wajahku menjadi merah, sedikit merasa tidak enak, juga tidak tahu apakah instruktur Louis sedang memuji ataupun sedang menyindirku.

instruktur Louis kembali melanjutkan: “Akan tetapi kamu tenang saja, meskipun Bobby tidak mudah untuk diprovokasi, tetapi aku siang ini sudah pergi mencari ayahnya, memohon kepadanya demi dirimu, percayalah Bobby tidak mungkin akan mencari masalah lagi.”

Benar-benar tidak disangka, instruktur Louis ternyata membantuku untuk memohon, hatiku tiba-tiba menjadi terharu, dengan segera berkata: “instruktur Louis, benar-benar terima kasih.”

“Lain kali jangan terlalu gegabah, sebelum berkata dan berbuat pikirkan dahulu dengan baik, bagaimanapun juga dikehidupan sekarang, apakah tinjumu cukup keras atau tidak, tidak dapat menentukkan apakah kamu akan mengalami tekanan dari orang lain, yang paling penting tetap adalah melihat kekayaan dan kekuasaanmu. Tentu saja, aku lebih memandangmu dengan baik karena itu berkata seperti ini padamu.” instruktur Louis dengan serius berkata padaku.

Aku dengan segera mengangguk-anggukkan kepalaku, sejak ia membantuku menghadapi para preman itu, dapat terlihat bahwa sebenarnya instruktur Louis adalah seseorang yang dingin diluar tetapi hangat didalamnya.

Biasanya secara permukaan terlihat lebih dingin dan serius, tetapi jika menggunakan hati untuk berbicara, tetap bisa merasakan kehangatan dan kebaikan dari dalamnya.

“Oya, aku memiliki satu pertanyaan untukmu, kamu saat itu memiliki alasan apa memiliki untuk belajar bela diri?” instruktur Louis bertanya.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu