My Beautiful Teacher - Bab 40 Kecelakaan
Ketika baru saja mendaftar, Tuan Louis juga pernah mengajukan pertanyaan ini padaku.
Saat itu aku hanya menjawab dengan asal-asalan agar tetap fit.
Tapi setelah bergaul dengan instruktur Louis selama sebulanan, aku dengan jelas merasakan keseriusan dan tanggung jawabnya, pekerjaannya yang teliti, dan kecintaannya yang dalam terhadap seni bela diri.
Aku berpikir sejenak dan menjawab dengan serius: "Pacarku adalah penyanyi tetap di sebuah bar. Kadang-kadang orang membuat masalah dan menghancurkan tempat tersebut. Kami mengalami kerugian karena ini, jadi aku ingin menjadi lebih kuat, setidaknya bisa melindungi pacarku dan diriku sendiri. Di sisi lain, itu juga karena pacarku menyalahkanku tidak melakukan apapun setiap hari, memintaku menurunkan berat badan. Ketika aku datang ke gym di sebelah, aku melihat sasana seni bela diri, jadi masuk dan melihat. Aku melihat kamu mengajari anak kecil berlatih gerakan tinju dengan serius, jadi aku memutuskan untuk mengikutimu belajar seni bela diri."
Mendengar jawabanku, instruktur Louis mengangguk, dan bertanya: "Lalu bagaimana menurutmu setelah belajar seni bela diri selama sebulanan?"
"Bagaimana itu?"
"Bagaimana pendapatmu terhadap seni bela diri?"
"Dulu aku berpikir semua ini hanyalah hal sepele, tapi setelah belajar, aku menemukan bahwa anda sangat praktis. Setiap kali datang belajar seni bela diri, aku menjadi semangat."
instruktur Louis menunjukkan sedikit senyuman: "Kelihatannya kamu juga menyukai seni bela diri, dan sangat berbakat, belajarlah baik-baik, aku sangat mendukungmu."
"Terima kasih, instruktur Louis."
Lima menit kemudian, aku pamit dengan instruktur Louis, setelah keluar dari sasana bela diri, aku naik taksi, dan kembali ke rumah, tanpa terduga menerima telepon dari Ramya.
Hatiku tergerak, sebulanan ini aku tidak berkontak dengannya, tapi sesekali bertemu di luar rumah. Setelah malam itu menolak Ramya, aku bahkan tidak melihat pemantauan di komputer, tapi tanpa terduga dia akan meneleponku lagi, tidak tahu apa yang terjadi.
Apakah ingin curhat denganku lagi?
Hal ini menyebabkan gelombang pergolakan di hatiku yang tenang. Setelah berpikir-pikir, aku mengangkat panggilan telepon itu.
"Wenas, sesuatu….... sesuatu terjadi, suamiku menabrak mati seseorang. Kami….... kami sedang membuat transkrip di kantor polisi, aku benar-benar tidak tahu apa yang seharusnya aku lakukan. Dan aku harus membayar, katanya itu biaya pemakaman. Suamiku bermain saham dan kalah, sekarang aku tidak punya uang sama sekali, kamu….... bisakah kamu datang ke kantor polisi?"
Begitu telepon terhubung, langsung mendengar tangisan dan suara Ramya yang cemas
Hatiku menjadi suram, aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi pada keluarga Ramya.
"Tenang dulu, jangan cemas. Berapa biaya pemakamannya?"
"Katanya 80 juta."
"Oke, aku akan segera ke sana, kamu dan suamimu jangan panik, aktif saja bekerja sama dengan polisi."
Setelah menutup telepon, aku segera menelepon Fela, memberitahunya tentang situasi Ramya, dan memintanya membawa dompet di laci dan pergi ke kantor polisi bersamaku.
Fela sangat terkejut ketika mendengar ini: "Bagaimana….... bagaimana ini bisa terjadi?"
"Sekarang aku juga tidak jelas dengan situasinya, mari kita pergi bersama, tunggu aku di gerbang komunitas, aku naik taksi dan pergi menjemputmu."
Kemudian menjemput Fela di gerbang komunitas.
Fela telah menelepon Ramya dan mengetahui bahwa pria yang tertabrak adalah pria berusia tiga puluhan. Awang Ramsudin tidak melanggar lalu lintas, tapi mobil pihak lain yang mengemudi ke arah yang berlawanan, dan sebuah truk besar datang tepat di seberangnya, memainkan lampu sens menyebabkan Awang tidak dapat melihat dengan jelas, menabrak pihak lain terbang beberapa meter jauhnya, dan mati di tempat.
"Haiks, bagaimana Kakak Ramya bisa terjadi hal seperti ini? Benar-benar terlalu buruk, aku merasa akan kehilangan banyak uang!"
"Untungnya tidak sampai masuk penjara, kita akan tahu keadaan sebenarnya setelah pergi ke kantor polisi."
Biasanya aku membayar menggunakan Alipay di ponsel, aku tidak pernah membawa dompet, dan kartu bank ada di dalam dompet.
Ketika tiba di kantor polisi, aku duluan pergi ke ATM dua bank terdekat untuk menarik 80 juta, lalu masuk ke kantor polisi bersama Fela, dan melihat Ramya dan Awang.
Wajah Awang terlihat pucat, rambutnya berantakan, dan tidak berhenti merokok, mungkin masih belum kembali tenang dari pengalaman yang mengerikan itu.
Mata Ramya memerah, sepertinya baru saja menangis.
Aku mengambil 80 juta dan menyerahkannya pada Ramya.
Ramya memegang tanganku dan mengucapkan terima kasih.
Setelah membayar uang dan menyelesaikan transkripsinya, Ramya dapat pergi untuk sementara waktu, tetapi Awang belum bisa pergi, Polisi mengatakan harus menahan di pusat penahanan.
Ramya ketakutan dan segera berkata, "Pak polisi, bukankah kamu mengatakan suamiku tidak perlu masuk penjara, mengapa harus pergi ke pusat penahanan?"
"Masalahnya belum ditangani dengan baik, jadi belum bisa melepaskannya, tapi kamu tidak perlu khawatir, suamimu akan dibebaskan dalam seminggu atau paling lamanya setengah bulan."
Ketika meninggalkan kantor polisi, Ramya tidak bisa menahan diri menangis.
Dia naik taksi bersama kami, aku dan Fela tidak berhenti menghiburnya.
"Hiks, kalau aku tidak menyaran untuk keluar makan malam, Awang tidak akan pergi bersamaku, kalau tidak mengemudi, dia tidak akan menemui hal seperti itu, ini semua salahku…..." Ramya hampir meneteskan air matanya lagi .
Aku dan Fela hanya bisa menghiburnya.
Ramya memegang erat tanganku, terlihat tidak berdaya dan putus asa.
Fela melihat dan tidak menghentikannya, dia hanya menghela nafas tidak berdaya.
Melihat Ramya seperti ini, aku juga sangat tertekan.
Di malam hari, dia tidak pulang, tapi tinggal bersama Fela dan tidur di rumah kami.
Beberapa hari berikutnya, kami mendampingi Ramya menghubungi polisi, perusahaan asuransi, dan keluarga almarhum.
Kemudian, kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan menyelesaikannya secara pribadi.
Namun, keluarga almarhum menuntut ganti rugi 4 milyar, Ramya hampir pingsan ketika mendengar ini.
Bagaimanapun, keluarga mereka tidak memiliki tabungan sama sekali, meskipun menjual rumah sendiri, juga tidak cukup.
Kalau tidak ada uang untuk kompensasi, aku khawatir Awang benar-benar akan masuk penjara.
Selama periode ini, hasil kompensasi perusahaan asuransi juga keluar, mereka dapat memberikan kompensasi sekitar 600 juta, tapi dibandingkan dengan jumlah besar sebanyak 4 milyar, 600 juta benar-benar tidak dapat menyelesaikan masalah.
Kemudian, kami berdiskusi dengan keluarga almarhum lagi, dan mereka akhirnya berkurang 600 juta dan meminta Ramya memberikan kompensasi sebanyak 3,4 milyar.
Meskipun begitu, setelah dikurangi kompensasi perusahaan asuransi, dia masih perlu mengeluarkan 2,8 milyar untuk menyelesaikan masalah ini.
Malam itu, Ramya tiba di rumahku dan berkata dengan suasana hati yang sangat tertekan: "Lala, Wenas, terima kasih atas bantuan kalian beberapa hari ini, tanpa kalian aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana, tapi 2,8 milyar terlalu banyak bagiku. Aku benar-benar malu meminjam uang dari kalian lagi, tapi aku benar-benar tidak memiliki cara lain, jadi tolong bantu aku, aku…... aku dan Awang pasti akan berusaha mengembalikannya di masa depan."
Sebenarnya meskipun Ramya tidak mengatakannya, kami juga akan meminjamkan uangnya, tapi aku dan Fela juga menghitung tabungan kami.
Fela memiliki tabungan 100 juta, dan tabunganku juga tidak terlalu banyak. Setelah memotong 80 juta biaya pemakaman, aku hanya tersisa 120 juta.
Aku memberi tahu Ramya, kami hanya memiliki tabungan sekitar 220 juta, Fela berkata: "Meskipun uangnya sedikit, tapi kamu dapat meminjam dengan teman dan saudara, aku yakin mereka akan membantumu."
Ramya menunjukkan ekspresi kecewa, kemudian Fela mengeluarkan 220 juta dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam dan berkata: "Terima kasih, aku…... aku akan memikirkan solusinya lagi."
Namun, apa yang tidak diketahui aku dan Fela adalah ketika kembali ke rumah, Ramya menelepon beberapa kali dan meminta bantuan, tapi hanya meminjam sedikit uang, dia sudah hampir putus asa.
Tiba-tiba, dia teringat seseorang, dia mengertakkan gigi, dan menelepon Asis.
Novel Terkait
Angin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangCinta Yang Tak Biasa
WennieLove and Trouble
Mimi XuCinta Tapi Diam-Diam
RossieUnlimited Love
Ester GohMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang