My Beautiful Teacher - Bab 42 Penemuan Theo
Tiba-tiba, seorang pemuda berambut datar dengan anting di telinga kanannya, tersenyum berjalan mendekat dan duduk di samping Ramya.
Wajah Ramya sedikit berubah, dia tiba-tiba berdiri, dan berkata dengan marah: "Asis, apa maksudmu?"
"Apakah kata-kataku masih belum cukup jelas? Asalkan kamu melayaniku dan Rizal Wong dengan baik di sore hari, dua milyar akan menjadi milikmu, bisa dilunasi dalam 10 tahun tanpa bunga, bagaimana menurutmu?" Asis tersenyum licik.
Ramya menjadi kesal, dia sangat marah dan tidak dapat mengatakan apapun, berbalik dan hendak pergi.
Tapi baru mengambil beberapa langkah, Asis langsung tersenyum dingin dan berkata: “Ramya, sebaiknya kamu pikirkan dulu. Sekarang, tidak ada yang bisa membantumu kecuali aku! Kalau kamu tidak bisa membayar kompensasi, suamimu hanya bisa masuk penjara!"
Tubuh Ramya bergetar dan berhenti melangkah.
Matanya memerah, meskipun dia punya firasat sebelum datang, tapi dia selalu berharap syarat yang diajukan pihak lain tidak seperti yang dia pikirkan.
Namun, syarat Asis tidak hanya sama seperti yang dia pikirkan, malah bertambah seorang pria asing.
Kalau dulu, meskipun memberikan dua milyar, dia juga tidak akan berhubungan seks dengan Asis, tapi sekarang suaminya masih di pusat penahanan, dia tidak memiliki ruang untuk berpikir.
Akhirnya, Ramya menarik napas dalam-dalam, berbalik dan duduk kembali ke tempat duduknya, mencoba mengendalikan emosinya dan berkata: "Aku bisa menyetujui persyaratan kalian, tapi aku mau 3 milyar!"
Asis mengerutkan kening, meskipun dia adalah generasi kedua yang kaya, dia biasanya sangat boros, meskipun meminta pada ayahnya, dan mencari alasan ingin mengganti mobil, ayahnya tetap hanya memberinya dua milyar.
“Tidak apa-apa, aku akan mengeluarkan satu milyar.” Rizal Wong tersenyum, “Oh ya, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Rizal, temannya Asis, sangat senang bisa bertemu dengan Guru Ramya.”
Dia mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan dengan Ramya, tapi tatapannya terus tertuju pada dada Ramya yang montok dan pahanya yang seputih salju.
Kalau saat ini aku berada di lokasi, aku akan sangat terkejut, aku tidak menyangka Asis dan Rizal saling mengenal.
Ramya tidak mengulurkan tangannya, wajahnya menunjukkan ekspresi jijik: "Aku tidak perlu tahu siapa kamu, sekarang aku hanya menginginkan uang."
Rizal tersenyum, "Guru Ramya benar-benar seorang wanita yang lugas, aku sangat menyukainya."
Asis juga menyipitkan matanya dan tersenyum: "Guru Ramya, temanku ini jauh lebih kaya dariku. Selama kamu bisa melayani kami dengan baik, keuntungan yang akan kamu dapatkan di masa depan jauh lebih dari 3 milyar."
Ramya merasa sangat putus asa, tapi tetap berkata dengan dingin: "Jangan omong kosong lagi, segera pergi dan ambil uang."
"Tidak masalah, mari kita pergi bersama."
Asis membayar tagihan, dan ketiganya meninggalkan restoran bersama.
Asis dan Rizal menarik 3 milyar uang tunai dari bank terdekat dan menenteng dengan dua tas besar.
Asis menenteng uang itu dan tersenyum berkata, "Dalam beberapa jam, uang ini akan menjadi milikmu. Guru Ramya, senangkah dirimu?"
Ramya berekspresi dingin, dia merasa sangat tertekan, nanti dia mungkin akan menghadapi siksaan dari kedua pria ini.
Suamiku, maafkan aku! Tapi aku tidak punya pilihan.
Rizal berjalan ke samping Ramya dan mengambil kesempatan memeluk pinggangnya yang ramping.
“Apa yang kamu lakukan?” Ramya mendorong Rizal.
Rizal tersenyum dingin: "Menurutmu apa yang ingin aku lakukan? Uangnya telah ditarik keluar, tidakkah kamu mau bekerja sama dengan patuh?"
Wajah Ramya menjadi sangat merah, dia mengertakkan gigi, dan akhirnya tidak melawan lagi, dia hanya bisa membiarkan Rizal memeluk pinggangnya.
Asis mengambil uang, dan ikut di belakang mereka, wajahnya penuh dengan senyuman puas.
Sebenarnya, dia dan Rizal baru bertemu akhir-akhir ini, bukan hubungan teman baik.
Karena Asis adalah guru pendidikan jasmani, dia bermain bola basket dengan sangat bagus. Ketika pergi ke gym dengan beberapa teman, kebetulan bertemu Rizal.
Rizal melihat ahlinya sangat bagus, jadi bermain dengannya, dan keduanya perlahan-lahan menjadi kenal.
Asis tahu keluarga Rizal memiliki latar belakang yang dalam, dia mendengar Rizal memiliki pertemanan yang mendalam dengan Putra dari Perusahaan Santoso, demi menggapai Perusahaan Santoso, Asis sengaja mengundang Rizal ke sini hari ini.
Melihat segala sesuatu berlangsung seperti rencana yang dia harapkan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang?
Dan tepat pada saat ini, seorang pemuda berkacamata kebetulan lewat, dia terkejut ketika melihat Rizal memeluk pinggang Ramya.
Bukankah ini tetangga wanita Wenas yang sudah menikah?
Mengapa dia bisa bersama dua pria asing? Mungkinkah dia hanya terlihat lembut, tapi sebenarnya adalah wanita murahan yang tidak tahu malu?
Pemuda berkacamata segera mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan.
Saat ini, aku dan Fela sedang makan siang di rumah, ponselku berdering, dan ternyata Theo yang meneleponku.
Theo adalah teman yang memasang kamera denganku di rumah Ramya, dan juga seorang rekan yang menjual komputer denganku sebelumnya.
Aku sedikit bingung, tidak tahu mengapa Theo mencariku saat ini, aku segera menjawab telepon.
Begitu telepon terhubung, Theo langsung berkata, "Hei, Wenas, coba tebak siapa yang aku lihat?"
“Siapa?” Aku merasa bingung dengan kata-kata Theo yang tidak jelas.
"Hehe, kamu tidak mungkin bisa menebaknya, kekasih impianmu, wanita muda Ramya yang telah menikah selama tiga tahun? Aku akan memberitahumu satu hal, tapi kamu harus tenang dan jangan marah."
Hatiku agak kaget, dan terburu-buru bertanya: "Apa yang terjadi? Cepat katakan."
Dari situasi pagi hari, setelah Ramya mematikan ponselnya, aku selalu merasa agak aneh, suaminya baru saja menabrak mati seseorang dan masih di tahanan.
Saat ini, dia sedang membutuhkan bantuan orang lain, dan masih banyak hal yang harus ditangani. Bagaimana mungkin bisa mematikan ponselnya begitu saja?
"Tadi aku bertemu dengannya di pinggir jalan, dia sedang bersama dua pria asing. Salah satunya memeluk pinggangnya dan terlihat sangat mesra. Aku merasa mereka akan pergi ke hotel! Hehee, tanpa terduga Ramya sebagai guru sekolah, wanita yang sudah menikah, malah bergaul sembarang di luar, Wenas, menurutku kamu benar-benar salah menyukai orang!"
Mendengar apa yang dikatakan Theo, wajahku tiba-tiba berubah, aku segera bertanya, "Apakah kamu salah melihat?"
"Tidak mungkin salah, lihat wajah dan sosoknya, kalau itu bukan Ramya, aku makan ponselku!"
"Bersama pria mana?"
"Aku tidak tahu. Wenas, jangan panik, dunia ini memiliki tanaman di mana-mana, mengapa kamu hanya tertarik pada satu bunga…….."
Sebelum Theo selesai berkata, aku memotong pembicaraannya: "Seperti apa kedua orang itu, bisakah kamu mengatakannya?"
"Salah satunya tinggi dan kuat, dengan wajah yang agak panjang dan Rolex di pergelangan tangannya. Satunya lagi adalah pemuda berambut datar dengan anting di telinga kanannya."
Aku terkejut, kalau uraian Theo benar, itu mungkin adalah Asis dan Rizal.
Mengapa Ramya bisa bersama Asis dan Rizal saat ini?Dan, bagaimana mereka kenal?
Ramya dalam masalah serius sekarang, urusannya belum diselesaikan, bagaimana bisa bertemu dengan dua bajingan itu?
Apa mungkin......
Sebuah pikiran buruk tiba-tiba melintasi pikiranku, aku terburu-buru berkata, "Theo, aku minta tolong padamu, sekarang kamu segera mengejar mereka dan melihat ke mana mereka pergi."
Novel Terkait
Villain's Giving Up
Axe AshciellyCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoLove In Sunset
ElinaIstri Pengkhianat
SubardiHis Soft Side
RiseI'm Rich Man
HartantoYour Ignorance
YayaMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang