The Richest man - Bab 39 Pengobatan
Di atas tempat tidur rumah sakit, tabung oksigen dan infus Nabila telah dilepas, tetapi wajahnya masih terlihat pucat, dan luka di lengannya penuh dengan bekas luka, yang terlihat sangat mengerikan.
Alvero berbaring dengan meletakkan tangan Nabila di samping wajahnya, setelah sekian hari, hanya pada saat inilah dia dapat merasakan bahwa gadis ini masih hidup.
“Stasis darah di kepala sudah dibersihkan sepenuhnya, dan pasien secara bertahap akan sembuh, dengan tingkat kelangsungan hidup lebih dari empat puluh persen.”
Melihat harapan yang semakin besar, suasana hati Alvero secara bertahap menjadi tenang, Dokter dari Jerman itu menjelaskan beberapa tindakan pencegahan kepada paramedis yang merawat Nabila dan berbicara kepada Alvero lalu pergi.
Operasi terbaru dijadwalkan pada malam ini, yang juga merupakan tantangan besar bagi para dokter ini, bagaimanapun juga, untuk melakukan operasi yang sulit selama beberapa hari, bukanlah sesuatu yang mudah bagi orang-orang biasa.
Ketika semua orang pergi, Alvero dengan tenang memandangi gadis yang berada di atas tempat tidur rumah sakit, dan setelah beberapa saat, menghela nafas.
“Jika malam itu aku pulang, aku akan menyelesaikan beberapa masalah ini, dan kamu tidak akan berbaring di sini bukan? Masih bisa bercanda tawa seperti sebelumnya, dan memperlakukan aku dengan lembut dan penuh perhatian.”
Tidak tahu apakah kata-kata ini untuk dirinya atau untuk Nabila, tetapi setelah itu, tidak ada suara yang terdengar.
Menahan kepahitan hati, melepaskan tangannya, jari-jari Nabila sedikit terangkat.
Alvero pikir penglihatan dirinya salah, dan segera dengan fokos melihatnya lagi, Nabila benar-benar bergerak, menyentuh wajahnya dengan penuh semangat, tetapi tangannya lembab.
Menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di rumah sakit, Alvero berjalan menuju sebuah perumahan yang dekat dari rumah sakit, melihat satpam sedang berjaga di gerbang, sama sekali tidak ada masalah dengan satpam, dan Alvero mengangguk dengan puas.
“Halo, maaf, bisa buka gerbangnya, aku datang kemari menyewa rumah!”
Alvero tidak bisa masuk tanpa kunci gerbang, dia hanya bisa meminta satpam untuk membukanya, tetapi satpam yang bertanggung jawab atas gerbang ini, meliriknya dan dengan tidak sabar melambaikan tangannya.
“Kamu pikir ini pasar sayur, tidak ada rumah murah yang bisa kamu sewa, ikuti jalan ini sampai ujung, di sana ada perumahaan untuk orang biasa!”
Melihat pakaian Alvero, satpam itu merasa bahwa Alvero tidak mampu menyewa rumah di sini, bahkan jika dia masuk, itu akan membuang-buang waktu, jadi satpam itu memberitahu perumahaan lain dengan harga sewa yang rendah.
Meskipun ekspresi satpam itu tidak nyaman, tapi dia tetap sopan, Alvero mengedipkan matanya dan terus menyuruhnya untuk membuka gerbang, satpam itu merasa terganggu olehnya, setelah menuliskan beberapa informasi dasar, satpam itu membiarkan Alvero masuk.
“Aku sudah bicara biak-baik denganmu, tetapi kamu mempersulitku untuk masuk ke dalam!”
Alvero menggelengkan kepalanya dan mengabaikan satpam itu, dia berjalan menuju alamat yang diberikan.
Lima menit kemudian, seorang berbadan gendut yang penuh dengan aura orang kaya baru muncul di depan Alvero, aroma parfum yang kuat membuat Alvero bersin tiga kali berturut-turut.
“Apakah kamu yang mengatakan ingin menyewa rumah di sini!” Pria itu berkata dan menatap Alvero dengan tatapan menghina.
“Iya benar!”
Mengusap hidungnya yang tidak nyaman, sulit bagi Alvero untuk membayangkan, bahwa rumah yang disewakan pria seperti ini tidak cocok untuk orang tinggal, pria itu sedikit bingung.
Adapun sikap pria itu terhadapnya, Alvero tidak terkejut, harga sewa rumah di sini kurang lebih enam belas juta untuk satu bulan, setidaknya ini masih wajar, Alvero merasa bahwa pakaian yang dibelinya beberapa hari kemarin terlalu ketat untuk dipakai, dia menyuruh Mia untuk membawanya pulang dan memakainya saat waktu makan malam.
Ketika keluar hari biasa, dirinya masih memakai pakaian itu ketika pergi bekerja.
“Anak muda, mungkin kamu cari tempat yang salah bukan? Kamu menyewa rumah di sini selama beberapa bulan, itu sudah cukup bagimu untuk membeli rumah di perumahaan orang biasa! Apakah kamu menyewa rumah di sini untuk pacarmu?”
Lebih baik pria ini tidak berbicara, ketika dia berbicara perkataannya sangat pedas seperti mulut wanita, ditambah dengan citranya, Alvero merasa bahwa kesabarannya telah mencapai batas.
“Apa yang kamu katakan benar, kalau begitu aku tidak akan menyewa rumah di sini!”
Sebelumnya Alvero sudah biasa menyewa rumah, jadi ketika dia bertemu masalah seperti ini, dia melakukannya secara kondisional, tapi sekarang, sebenarnya dia bisa membeli lebih dari sepuluh rumah, buat apa repot-repot menyewa?
Yang paling penting adalah, yang tinggal di sini tidak hanya dirinya sendiri, jika nanti ada masalah, lebih baik membeli rumah, tidak masalah bagaimana dirinya membangun rumahnya sendiri, agar tidak berdebat dengan orang lain.
Sekarang tanah yang disisakan Keluarga Nabila belum dihancurkan, karena tanah itu sudah diambil, itu tidak bisa ditinggalkan, jadi hal pertama yang dilakukan adalah mencari tempat tinggal untuk keluarga Nabila.
Rumah barusan itu mempunyai tiga kamar tidur dan dua aula, yang kebetulan cocok untuk keluarga Nabila, jadi tanpa berpikir panjang, Alvero langsung datang kemari.
Ketika membicarakan masalah untuk membeli rumah, tidak mungkin bagi Alvero untuk membeli rumah ini untuk keluarga Nabila, tapi tidak apa-apa untuk menyewakannya kepada mereka dengan harga murah.
Kepikiran hari itu, daerah perumahan kelas atas yang Alvero lewati ketika sedang berbelanja, di dalamnya ada bangunan bertingkat tinggi dan ada perumahaan villa, hanya saja didistribusikan di dua area yang berbeda, pemandangannya juga sangat langka.
Tidak jauh dari sana, ada lapangan golf, jika tinggal di sana, akan terasa nikmat.
Berdiri di pintu departemen penjualan, Alvero menghela nafas, benar-benar perumahan kelas atas, desain departemen penjualan ini sangat mewah.
Hanya orang kaya yang bisa menikmatinya, pandangan Alvero berangsur-angsur tertuju ke atas meja pasir yang berada di tengah, memandangi rumah-rumah kecil, bebatuan, hutan dan danau yang indah di dalamnya.
“Sebenarnya kamu mau masuk atau tidak? Jika kamu tidak masuk, bisakah kamu untuk tidak berdiam diri di sini?”
Tiba-tiba, pikirannya terganggu, Alvero kembali menatap wanita di belakangnya, yang menatapnya dengan tidak sabar, dari waktu ke waktu, dia menghembuskan nafas di depannya, seolah-olah ada bau sesuatu pada tubuh Alvero.
“Kamu masuk saja duluan!”
Alvero belum memikirkannya dengan baik, rumah bagian mana yang akan dibeli, jadi dia memberikan wanita itu untuk jalan duluan, tetapi wanita itu masih berdiri di sana dengan wajah menghina, dia seperti sedang berusaha mencari kesalahan.
“Jika kamu ingin pergi, pergi jauh-jauh, apakah kamu tidak mencium bau badanmu itu, kamu sudah berdiri lama di sini, ketika aku berjalan melewatimu, baunya lekat di tubuhku.”
Melihat wanita ini berkata dengan serius, Alvero menundukan kepala dan mencium pakaiannya, bukankah ini baru saja diganti saat berasa di depan, memangnya ada bau apa?
Melirik wanita itu, Alvero terlalu malas untuk mempedulikannya, dia langsung berjalan lurus ke dalam, di dalamnya ada tiga vila, Alvero merasa bahwa semuanya bagus, bersiap untuk mencari orang di dalam dan menanyakannya.
Begitu wanita itu melihat bahwa dia diabaikan, di sisi lain, dia mulai berteriak.
“Sayang, cepat kemari, ada orang yang menggangguku, pakaian baru yang kamu beli hari ini kotor!”
Selesai berbicara, melihat seseorang keluar dari kerumunan dan berlari menghampiri wanita itu.
Novel Terkait
Cinta Yang Paling Mahal
Andara EarlyMy Superhero
JessiThick Wallet
TessaTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelBehind The Lie
Fiona LeeLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieThe Richest man×
- Bab 1 Pacar Matre
- Bab 2 Identitas Sebenarnya
- Bab 3 Pengasuh Pribadi
- Bab 4 Kartu ATM Platinum
- Bab 5 Bocah Miskin?
- Bab 6 Porsche!
- Bab 7 Topi Berwarna Hijau
- Bab 8 Patek Philippe (Merek Jam Tangan)
- Bab 9 Berpura-pura
- Bab 10 Penghinaan
- Bab 11 Kejadian Besar
- Bab 12 Andalan
- Bab 13 Hinaan
- Bab 14 Menurunkan Panas Dalam
- Bab 15 Gesek Kartu
- Bab 16 Berikan Struk
- Bab 17 Keluhan
- Bab 18 Edisi Terbatas
- Bab 19 Tak Berdaya
- Bab 20 Sinis
- Bab 21 Ulang Tahun
- Bab 22 Teman Sekamar
- Bab 23 Menghasut Hati Orang
- Bab 24 Kertas Catatan
- Bab 25 Omelan
- Bab 26 Quality Time
- Bab 27 Aman
- Bab 28 Rumah Sakit Swasta
- Bab 29 Hubungan
- Bab 30 Berdasar
- Bab 31 Diam
- Bab 32 Pacar
- Bab 33 Sun Corporation
- Bab 34 Berharap
- Bab 35 Acuh tak acuh
- Bab 36 Pembayaran
- Bab 37 Ruang Perawatan Intensif
- Bab 38 Tingkat Keberhasilan
- Bab 39 Pengobatan
- Bab 40 Istri
- Bab 41 Hebat
- Bab 42 Pakaian Kerja
- Bab 43 Melaporkan
- Bab 44 Bahaya
- Bab 45 Hubungan Yang Baik
- Bab 46 Uang Busuk
- Bab 47 Anjing
- Bab 48 Modal
- Bab 49 Berapa Umurmu
- Bab 50 Menyeringai
- Bab 51 Pertunjukan Yang Bagus
- Bab 52 Malu dan Marah
- Bab 53 Akting
- Bab 54 Anggota Keluarga He
- Bab 55 Mendesak
- Bab 56 teguran
- Bab 57 Alamat
- Bab 58 Ibu-ibu
- Bab 59 Enggan
- Bab 60 Itu palsu
- Bab 61 Sopan Santun
- Bab 62 Bimbang
- Bab 63 Menyela Pembicaraan
- Bab 64 Tercengang
- Bab 65 Berubah Pikiran
- Bab 66 Tidak bisa menahan tawa
- Bab 67 Fleksibel
- Bab 68 Melindungi dan Menjaga
- Bab 69 Hati yang Terluka
- Bab 70 Trik jahat
- Bab 71 Berani juga
- Bab 72 Tiba-tiba tersadar
- Bab 73 Bos Besar
- Bab 74 Pengenalan
- Bab 75 Tersesat
- Bab 76 Tidak Bisa Mengenali Status Seseorang
- Bab 77 Akhir Yang Tragis
- Bab 78 Tersenyum Pahit
- Bab 79 Kekasih Masa Kecil
- Bab 80 Menangis Tanpa Air Mata
- Bab 81 Tuan Muda Keluarga He
- Bab 82 Bermimpi
- Bab 83 Jahat
- Bab 84 Senang Atas Penderitaan Orang Lain
- Bab 85 Tidak Bisa Menunggu
- Bab 86 Memberi Keringanan
- Bab 87 Kejahatan
- Bab 88 Menyindir
- Bab 89 Memancing
- Bab 90 Beraksi
- Bab 91 Kepala Pusing
- Bab 92 Sayang Anak
- Bab 93 Tidak Berdaya
- Bab 94 Kebingungan
- Bab 95 Soba
- Bab 96 Kepalan Tangan yang Keras
- Bab 97 Inisiatif
- Bab 98 Mengkhianati Keluarga He
- Bab 99 Melarikan diri
- Bab 100 Mengecewakan
- Bab 101 Tidak Bisa Menahan Tawanya
- Bab 102 Segala Sesuatu Memiliki Penakluknya
- Bab 103 Siapakah Orang itu
- Bab 104 Tamat