My Beautiful Teacher - Bab 81 Semangkuk Sup Daging
Tangan itu disimpan di lemari es sampai sudah tampak sangat pucat, bagian jari yang dipokok begitu rata, tampak jelas sekali tanda-tanda daging dan darah di sana.
Aku terkejut dan seluruh tubuhku dalam sekejap tiba-tiba terasa nyeri sampai ke kulit kepala.
Kenapa di lemari esnya ada tangan manusia, tangan itu asli atau tangan palsu?
Tapi sama sekali tidak terlihat seperti tangan palsu, karena kuku di jari-jari itu terlihat sangat jelas.
Pemandangan di gambar cctv ini benar-benar menyeramkan sekali.
Dengan bertelanjang, Lastri yang begitu kurus itu di tengah malam membuka lemari es dan mengambil satu buah tangan. Ini benar-benar hal yang sangat menakutkan dan aneh.
Lalu, aku melihat senyuman aneh di sudut bibirnya.
Karena menundukkan kepala, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya. Jantungku langsung berdegup dengan kencang. Wanita ini tidak mungkin sampai membunuh orang kan ketika dia berjalan sambil tidur.
Segera setelah itu, aku melihatnya berjalan menuju dapur dengan membawa tangan itu. Lalu, dia mulai mengeluarkan pisau dapur dan memotong jari-jarinya menjadi potongan kecil, lalu memotongnya lagi dan lagi, memotong seluruh tangan sehingga tidak bisa dikenali lagi kalau itu adalah tangan manusia.
Lastri langsung menumbangkan semua pengetahuanku tentangnya. Otakku langsung kosong dan putih, seperti merasa ini adalah hal yang tidak nyata, perasaan seperti sedang bermimpi.
Aku pun mencubit lengan tanganku, aku merasakan sakit, dan ini berarti bukan mimpi.
Tepat pada saat ini, aku tiba-tiba teringat sup daging yang diberikan Lastri kepadaku dan Ladira kemarin malam. Saat itu, aku tidak mengenali daging apa itu ketika memakannya. Hanya merasa kalau rasanya benar-benar masih fresh dan lezat sekali. Karena aku tidak pernah makan daging keledai, jadi aku pun percaya saja ketika Lastri memberitahuku kalau itu daging keledai.
Sekarang ketika melihat dia memasak di dapur, ada perasaan mual yang sangat besar datang dari perutku.
Aku bergegas ke tempat sampah, menundukkan kepala dan muntah. Aku berusaha memuntahkan semua makanan yang aku makan kemarin dan hari ini.
Setelah aku merasa lebih baik, aku berkumur dengan teh dan kembali ke komputerku lagi. Jantungku berdebar dengan sangat kencang.
Benar saja, Lastri mulai membuat sup lagi. Dia memasukkan daging manusia yang telah dicincang itu ke dalam panci lalu menambahkan beberapa bahan penyedap makanan, dan perlahan merebusnya.
Pada saat yang sama ketika aku merasa tidak enak dan mual, di otakku mulai berpikir tidak karuan.
Siapakah pemilik tangan ini?
Mengapa Lastri membunuh orang.
Setelah membunuh orang, kenapa memotong dagingnya dan memasaknya menjadi sup daging, dan kenapa juga harus menyajikannya kepadaku dan menyuruhku memakannya?
Aku mungkin memiliki jawaban untuk dua pertanyaan terakhir ini.
Aku selalu merasa kalau Lastri tidak mungkin tiba-tiba menggila dan membunuh orang. Kecuali, jika dia berjalan dalam keadaan tidur.
Sedangkan membuat sup daging ini untuk menghilangkan jejak jasad orang yang meninggal ini.
Pada saat ini,aku ingat ketika dua hari lalu ketika aku pergi ke rumahnya pagi hari, ketika aku mendesaknya untuk menelepon Dokter Waka. Aku melihat dua tetes darah di salah satu tangannya. Dia bilang kalau dia tidak sengaja melukai dirinya. Aku pun tidak terlalu memedulikannya. Sekarang jika dipikir-pikir, mungkin saja darah itu disebabkan saat daging itu dicincang
Kosku sekarang menjadi tempat membunuh orang dan menghilangkan jejak jasad orang. Haruskah aku melapor ke polisi, lalu bagaimana aku bisa menjawab semua hal aku ketahui kepada polisi?
Yang terpenting adalah kamera di kamar kosku itu. Kalau polisi pergi menggeledah TKP, pasti mereka akan menemukan kamera itu. Maka kalau begitu, aku juga harus masuk ke penjara.
Aku pun bingung dan kacau sekali, sementara ini aku menahan ide untuk melapor polisi. Kalaupun memang harus melapor ke polisi, setidaknya bukan sekarang.
Nanti saja ketika Lastri tidak ada di rumah, lalu aku ambil kesempatan itu untuk melepaskan kamera yang aku pasang di sana.
Sup daging di dalam panci sudah mendidih. Lalu, Lastri kembali ke ruang kerjanya. Kali ini, aku melihat wajahnya dengan ekspresi tenang yang luar biasa. Tidak ada rasa bersalah atau panik karena membunuh dan merebus mayat orang. Membuatku bergidik sekali.
Wanita ini benar-benar mengerikan. Dia membunuh kucing dan orang saat berjalan dalam tidur, tapi ketika dia sadar dia masih saja bisa setenang ini.
Lastri mulai menatap layar komputernya dan mengetik di keyboard, dia terlihat sangat fokus.
Aku sedang duduk di depan komputer, melihat diam ke adegan di cctv di layar komputerku.
Satu jam kemudian, ponselnya berdering, mungkin itu adalah suara alarmnya.
Dia segera menaruh hasil karyanya, bangkit dan kembali ke dapur, mematikan kompor gas dan menuangkan semua sup daging di panci ke dalam mangkuk keramik besar yang mana itu adalah mangkuk yang berisi sup daging yang kami makan hari itu.
Dipisahkan dengan layar monitor, aku hampir bisa mencium bau harum yang fresh dari sup itu.
Tapi kali ini malah membuatku sangat jijik, dan hampir muntah lagi.
Lalu, dia keluar dari dapur membawa sup daging itu pergi. Dia membuka pintu ruang tamu lagi.
Jantungku berdebar, apa yang mau dia lakukan. Jangan-jangan mau memberiku sup daging lagi.
Jantungku berdegup sangat kencang. Jika dia membawakan sup daging itu lagi kesini, aku akan bersikeras untuk tidak membuka pintuku, berpura-pura sudah tidur dan mengabaikannya.
Sudah tahu jelas kalau itu adalah sup daging manusia, mana mungkin aku masih mau memakannya.
Wanita ini benar-benar kurang ajar sekali. Dia bisa-bisanya memanfaatkanku untuk menghilangkan jejak jasad manusia.
Yang awalnya ku pikir Lastri cantik, seksi, dan berbakat. Hanya saja punya sedikit kebiasaan aneh yaitu sleepwalking. Sekarang aku malah merasa dia seperti wanita cantik berhati busuk. Yang sangat menakutkan dan mengerikan seperti iblis.
Benar saja, dia keluar membawa sup daging itu. cctv sudah kehilangan jejaknya.
Jantungku sangat berdebar-debar, aku hampir tidak bisa bernapas menunggu dalam hening ketukan pintu yang mungkin akan terdengar.
Lalu, aku mendengar langkah kaki melewati pintu rumahku. Tapi dia tidak mengetuk pintu rumahku.
Dia mau pergi kemana, apa jangan-jangan mau membuang sup daging yang baru saja dimasaknya itu, atau mau memberikannya untuk makan anjing.
Didorong oleh rasa ingin tahu, aku pergi ke ruang tamu, membuka pintu sedikit hingga tampak sebuah celah, lalu melihat Lastri turun.
Lastri turun, tapi aku tidak berani mengambil kesempatan ini untuk menyelinap ke rumahnya dan melepas kamera.
Karena butuh waktu cukup lama untuk melepaskan kamera. Nanti kalau dia tiba-tiba kembali dan menemukan perilaku ini. Maka mungkin aku lah yang akan menjadi jasad selanjutnya.
Aku merinding sendiri, lalu menutup kembali pintuku.
Aku duduk di sofa, menyalakan rokok dengan tangan yang sedikit gemetar, dan mulai merokok.
Aku kira aku sudah sangat berani. Bahkan ketika menghadapi Bobby, Rizal, bahkan Toah, meskipun mereka memiliki latar belakang yang begitu luar biasa, tapi aku tetap tidak takut dengan mereka. Namun, begitu menghadapi wanita seperti Lastri, ada semacam ketakutan yang muncul dari hatiku.
Tepat setelah selesai merokok, aku mendengar ketukan pintu.
Aku tertegun sejenak, Lastri turun. Lalu siapa yang mengetuk intuku saat ini, apa jangan-jangan dia kembali lagi ya.
“Pak kos, buka pintunya, ini aku.” Suara Milen terdengar dari luar. Ini membuatku menarik napas lega.
Aku berjalan mendekat dan membuka pintuku. Aku tidak tahu sama sekali kalau yang berdiri di luar pintuku, selain Mileh, ada juga Lastri dengan mangkok keramik besar di tangannya.
Dengan senyum ramah dan antusias di wajah Lastri, dia berkata, "Aku khusus membuatkan sup daging untuk makan malam kalian. Awalnya aku ingin memintamu turun ke bawah dan makan bersama di rumah Milen, tapi di rumahnya sedikit berantakan. Jadi, aku membawa sup daging ini ke atas lagi. Masih sama saja dengan formula asli kemarin, dengan tekstur daging yang seperti kemarin, pasti akan membuatmu makan terus tannpa berhenti.”
"Iya benar sekali, pak kos. Aku baru saja mencium aromanya, aromanya sangat harum sekali."
Meski Milen terlihat sedikit lesu, tapi nafsu makannya kelihatannya sudah dibangkitkan lagi karena sup daging Lastri ini. Tampak harapan besar untuk makan di matanya.
Aku tanpa sadar langsung menelan ludahku. Jantungku berdebar dengan sangat kencang.
Tentu saja aku tahu kalau sup daging ini terbuat dari daging manusia. Tapi Milen seperti tertutup dalam tempurung, dia sama sekali tidak tahu apa-apa.
“Dari tadi membawa mangkuk ini, terasa sedikit panas. Kamu biarkan kami masuk dulu ya.” Lastri bicara dan langsung masuk ke dalam. Di tengah keterkejutanku, dia tersenyum dan menaruh sup daging itu di atas meja.
Milen melihat ekspresiku, yang tampak ada yang tidak beres, dia pun bertanya, "Kamu kenapa?”
“Tidak apa-apa, hanya perutku saja terasa tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa merasakan kelezatan makanan buatan Lastri lagi.” Aku buru-buru dengan cepat menjelaskan.
“Tidak apa-apa. Setelah makan ini, pasti perutmu tidak sakit lagi. Ayo makan. Milen mungkin tidak akan bisa menghabiskannya sendirian.” Kata Lastri sambil pergi ke dapur, lalu dia datang lagi dengan dua mangkuk dan sendok. Lalu, dia menyerahkan sebuah mangkuk besar kepadaku.
Walaupun baunya enak sekali, tapi ketika melihat sup daging di dalam mangkuk itu, hatiku bergetar dan rasanya ingin membuang sup dalam mangkok itu.
Novel Terkait
After Met You
AmardaI'm Rich Man
HartantoCinta Tapi Diam-Diam
RossieMy Lady Boss
GeorgeLoving The Pain
AmardaAdieu
Shi QiMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang