My Beautiful Teacher - Bab 16 Dadanya Membesar
Apa? Memintaku untuk membantunya mengaitkan bra? aku pun tercengang, tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.
"Aku mohon kepadamu, bantu aku sebentar saja!" Dari dalam kamar mandi lagi-lagi terdengar suara Fela.
Tadi aku masihlah terangsang karena bentuk tubuh Fela, tak disangka dia lagi-lagi memberikanku kesempatan untuk dekat dengan dirinya.
Di dalam hatiku merasa sangat menggebu-gebu, kemudian mengatakan baiklah, lalu dengan segera membuka pintu toilet dan masuk ke dalam.
Pintu kamar mandi masihlah tertutup, memperlihatkan lekukan tubuh Fela yang indah.
Aku pun bertanya dengan gugup : "Apakah aku boleh masuk?"
"Tidak masalah, masuklah."
Saat aku telah membuka pintu kaca buram tersebut, maka aku pun tercengang.
Ruangan yang dipenuhi oleh kabut, Fela dengan rambut nya yang basah terkulai sedang menggunakan tangannya untuk menahan bra yang ada di depan dadanya, yang kemudian menoleh untuk melihatku.
Meskipun terhalangi oleh bra, masihlah dapat terlihat gundukan yang putih penuh itu, tulang selangka nya yang indah, perutnya yang rata dan halus, pahanya yang bulat panjang dan putih, tidak ada yang tidak membuat hatiku tergerak.
Terlebih lagi bagian bawahnya yang hanya memakai sehelai g-string berwarna hitam.
Dari tubuh bagian belakangnya, hanya dapat terlihat seutas tali berwarna hitam, bokongnya yang bulat dan padat, melihat hal ini membuatku dengan segera seperti tercekik, pada saat itu juga milikku pun mengeras bagaikan besi, dengan cepat benda milikku pun berdiri dengan tegak di dalam celana pendek aku.
Fela pun menatap lurus kepadaku, wajahnya pun sedikit merona, kemudian ia pun menghentakkan kaki dengan malu dan berkata : "Aiyaa, masih saja melihat! Cepat bantu aku!"
Astaga, perempuan ini sedang terang-terangan merayuku!
Setelah kesadaranku kembali aku pun berdeham sesaat, kemudian memaksakan diri untuk tenang dan berjalan kesana.
Dia pun segera memutar balik tubuhnya dengan segera menghadapkan punggungnya yang putih dan indah itu ke arahku.
Karena tubuhnya sedikit agak kurus, tulang punggungnya pun menonjol keluar, melihat hal tersebut tidak hanya tidak ada perasaan yang tak terduga, sebaliknya malah ada semacam perasaan seksi yang tak dapat terungkapkan.
Di bawahnya ada pinggangnya yang ramping, yang tiba-tiba mengembang di kedua sisinya, bokongnya yang putih bulat kencang itu tiba-tiba seperti lekukan botol yang mengembang, seutas tali hitam terhimpit ditengahnya, membuat bokongnya yang putih dan padat itu terbelah menjadi dua kelopak, benar-benar memikat.
Saat bersentuhan dengan kulit punggung Fela yang lembut itu, jari tanganku seperti tersengat listrik, dalam sekejap menyebar keseluruh tubuhku.
Walaupun juga pernah berkontak fisik dengan Ramya, akan tetapi itu karena aku yang memulainya.
Seperti Fela yang begitu berinisiatif membiarkanku menyentuhnya, meskipun hanya untuk mengaitkan bra nya, hal ini juga membuat jantungku tak henti-hentinya berdegup dan sangat menggebu-gebu.
Sama halnya juga, dapat terlihat, bahwa Fela sepertinya juga sedikit merasa gugup.
Pada saat aku sedang mengaitkan bra untuk dirinya, setiap kali jariku secara tidak sengaja menyentuh kulitnya, tubuhnya pun akan sedikit bergetar.
Selain itu membantu perempuan melakukan hal semacam ini, aku barulah pertama kali melakukannya, sementara bra yang baru saja dibeli oleh Fela ini memang sedikit kekecilan, aku telah mengaitkannya dalam waktu yang lama tetapi masih saja tidak terkait.
" Wenas, kamu bisa tidak, kalau tidak bisa biar aku sendiri saja."
"Bra yang kamu beli terlalu kecil." Aku masih berusaha keras mencobanya.
"Aku masihlah membelinya berdasarkan ukuran sebelumnya, mungkin dadaku membesar, hihihi." Sudah sampai saat seperti ini pun, Fela ternyata masih memiliki pemikiran untuk menggodaku.
Tanpa aku sadari aku pun berinisiatif untuk maju mendekat kepadanya dan melanjutkan membantunya mengaitkan bra.
Aku tidak mengetahui jika benda milikku itu telah naik hingga terasa benar-benar tidak nyaman, pada saat itu, dengan tidak sengaja, benda milikku mengenai bokongnya yang bulat.
Fela sepertinya merasakannya, tubuhnya yang indah itu bergetar dengan hebat, kemudian tanpa berpikir panjang ia berkata : "Kamu... Kamu sedang melakukan apa?"
Karena mengenai bokongnya yang sangat lembut itu, membuat benda milikku pun semakin mengeras, semacam perasaan yang nyaman pun menjalar ke seluruh tubuh, membuatku tidak dapat menahan diri untuk mengenainya sedikit lebih lama.
"Aiyaa, Tidak... Tidak perlu kamu yang memakaikannya, kamu cepatlah pergi."
Fela pun mendorongku, tangannya yang lain memegangi dadanya, dengan telinga dan wajahnya yang memerah ia pun mengusirku dari kamar mandi, kemudian langsung menutup pintu.
Aku berdiri di depan pintu, hingga saat ini barulah kesadaranku kembali.
Astaga, Bukankah kamu yang berinisiatif merayuku?
Saat ini telah membuatku merasakan begitu tidak nyaman, diluar dugaan masih mengusirku keluar.
Di dalam hatiku merasa murung, dengan memandang kepada benda yang telah terangkat tinggi di dalam celana, di dalam hatiku tanpa dapat ditahan aku pun mengatakan : "Sobat kecil, sungguh telah mengecewakan dirimu."
Aku pun kembali ke ruang tamu, menyalakan sepuntung rokok dan menghisapnya, di dalam pikiranku pun tanpa dapat dicegah muncul gambaran pada saat di dalam kamar mandi tadi.
Meskipun sangat menggiurkan, sangat disayangkan aku tidak bisa melanjutkannya.
Pada kenyataannya, aku juga tidak pernah berpikir bahwa akan melakukan hal semacam itu dengan Fela, hanya saja tadi menerima rangsangan dan ingin membuat diri sendiri merasa nyaman sedikit saja.
Aku pun telah selesai merokok, setelah menunggu beberapa saat, Fela akhirnya pun keluar, di tangannya ia masih membawa bra merah yang tidak dia pakai itu, kemudian menatapku dengan ekspresi yang marah dan malu, lalu bertanya : " Wenas, kamu pria mesum ini, tadi melakukan hal apa terhadapku!"
Dikarenakan tubuhnya mengenakan pakaian tidur berwarna hitam yang setengah transparan, gundukan putih penuh dan bulat serta kulitnya yang putih itu dalam sekejap pun secara samar-samar dapat terlihat, juga masih dapat terlihat bagian bawahnya yang menggunakan g-string, membuat milikku yang baru saja tadi melunak saat ini lagi-lagi kembali mengeras, kemudian aku menelan air liur, lalu berkata : "Aku juga bukannya sengaja, kamu berpakaian seperti ini, takutnya lelaki manapun juga akan sepertiku."
Wajah Fela pun semakin merona : "Kamu masih beralasan? Dan malah membalikkannya menjadi kesalahanku?"
"Bukan bukan, aku meminta maaf kepadamu apakah masih belum cukup? Tadi itu aku yang tidak benar, aku minta maaf kepadamu." Aku dengan segera berkata sambil tersenyum.
"Ini masihlah lumayan baik, menurutmu bagaimana harus ganti rugi kepadaku?"
"Aku akan traktir kamu makan camilan malam." aku pun tersenyum lalu berkata.
"Beberapa hari ini aku diet, tidak makan camilan malam. Begini saja, kamu menggantikanku untuk mencuci pakaian selama satu minggu, dengan begitu maka aku akan memaafkan kamu." Fela memutarkan bola matanya, kemudian berkata dengan serius.
"Baiklah, aku akan membantu kamu mencuci pakaian, lagipula ada mesin cuci."
"Tidak boleh, mesin cuci tidak mencuci dengan bersih, kamu mencuci menggunakan tangan terlebih dahulu, kemudian baru memasukkannya ke dalam mesin cuci." Fela menolaknya.
Dalam sekejap aku tidak tahu harus berbuat apa : "Mengapa aku merasa seperti lagi-lagi masuk ke dalam jebakanmu?"
"Hihi, siapa suruh kamu sebagai lelaki hanya dapat berpikir menggunakan bagian bawahmu itu! Tidak mengobrol lagi, aku akan pergi istirahat." Fela pun membalikkan badannya dengan bangga dan pergi.
Aku melihat bokongnya yang berada di dalam baju tidurnya pun bergerak berubah bentuk, di dalam hati pun tanpa sadar menghela nafas, rubah betina ini, cepat atau lambat suatu hari ini pasti akan jatuh ke dalam tanganmu.
Aku pun mematikan lampu ruang tamu, kembali ke dalam kamar dan menyalakan monitor untuk melihat-lihat.
Ramya dan suaminya telah tertidur, beberapa hari ini sama sekali tidak melakukan hubungan intim, di dalam kamar pun hanya terlihat gelap gulita.
Aku pun menghela nafas, rangsangan yang tadi diberikan oleh Fela kepada tubuhku membuat rasa rindu aku kepada Ramya semakin bertambah.
Hanya saja disayangkan, dia adalah istri orang lain, tidak dapat berinisiatif untuk melemparkan dirinya ke dalam pelukanku.
Aku pun mematikan laptop, tepat saat bersiap untuk tidur, aku tidak tahu bahwa dari luar akan terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok!
" Wenas, kamu sudah tidur belum?"
"Sudah tidur." Aku pun segera menjawabnya.
"Kalau sudah tidur bagaimana bisa menjawabku, cepat buka pintu, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."
"Mengenai apa, kamu bicara dari luar juga sudah bisa."
"Buka pintu lah, hal baik!"
Aku agak merasa tidak tahu harus bagaimana dengan Fela, hanya dapat bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu, kemudian bertanya : "Ada apa?"
Fela yang berdiri di depan pintu masih mengenakan baju tidur yang begitu transparan itu, akan tetapi sangat disayangkan dia telah mengganti bra yang lain, oleh karena itu dua gundukannya yang putih penuh itu sudah tidak terlihat.
Akan tetapi walau demikian, g-string yang ada di bagian bawah tubuhnya masihlah mengeluarkan godaan yang begitu luar biasa dari bawah pakaian tidurnya.
Fela pun terkekeh, dari sisi tubuhku ia menerobos masuk, setelah masuk ke dalam kamar, ia pun langsung duduk dipinggir ranjangku dan berkata sambil tertawa : "Aku tidak dapat tidur dan ingin mengobrol denganmu."
"Ini termasuk hal baik apa?" aku pun bertanya.
" Wenas, Kamu lihat aku baik-baik, aku adalah seorang wanita cantik, menemanimu yang seorang pecundang ini mengobrol di dalam kamarmu, apakah itu tidak merupakan suatu hal baik?" Fela berkata sambil membusungkan dadanya.
"Jika kamu memaksa maka kamu termasuk wanita cantik, tetapi sama sekali tidak besar." Aku pun mengejeknya.
"Apa maksud mu?"
"Tidak sebesar milik guru Ramya." Aku pun tertawa sambil memandang dadanya.
Fela akhirnya merespon, ia berkata dengan penuh amarah : "Kamu Wenas sialan, jika memprotes dadaku kecil langsung saja katakan, dadaku bagian mana yang kecil? Hari ini aku akan perlihatkan kepadamu!"
Setelah selesai mengatakan hal tersebut ia pun mulai melepaskan kancing yang ada pada pakaian tidurnya, membuatku dalam sekejap pun tertegun.
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranEternal Love
Regina WangCinta Yang Terlarang
MinnieCintaku Pada Presdir
NingsiGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangMy Beautiful Teacher×
- Bab 1 Mengintip
- Bab 2 Katup Air Rusak
- Bab 3 Minum Anggur
- Bab 4 Gerakan Di Kamar Mandi
- Bab 5 Pengakuan Di Atas Gunung
- Bab 6 Kesalahpahaman Larut Malam
- Bab 7 Dalam Jangkauan
- Bab 8 Asis Yang Kesal
- Bab 9 Tidak Tau Diuntung
- Bab 10 Peminat Sewa Yang Baru
- Bab 11 Godaan Fela
- Bab 12 Wanita Muda Yang Berseni
- Bab 13 Orang Aneh
- Bab 14 Pengalaman Hidup
- Bab 15 Toilet Wanita
- Bab 16 Dadanya Membesar
- Bab 17 Mengobrol
- Bab 18 Pertunjukan Pinggir Jalan
- Bab 19 Gedung Pengajaran
- Bab 20 Bar Romantis
- Bab 21 Membuat Masalah
- Bab 22 Terluka
- Bab 23 Belum Mulai pun Sudah Berpisah
- Bab 24 Panggil Aku Kakak
- Bab 25 Tiga Lembar Tiket Bioskop
- Bab 26 Kesalahan Adalah Kesalahan
- Bab 27 Mantan Pacar Fela
- Bab 28 Gym Seni Bela Diri
- Bab 29 Pelatih Yang Keras
- Bab 30 Keterampilan Khusus
- Bab 31 Sisi Lain Ramya
- Bab 32 Pergi Ke Suatu Tempat
- Bab 33 Memecahkan Kesalahpahaman
- Bab 34 Merasa Tercerahkan
- Bab 35 Bobby
- Bab 36 Bertarung
- Bab 37 Berpikiran sempit
- Bab 38 Serangan balik putus asa
- Bab 39 Luar dingin dalam panas
- Bab 40 Kecelakaan
- Bab 41 Persyaratan Asis
- Bab 42 Penemuan Theo
- Bab 43 Bergegas Ke Hotel
- Bab 44 Tidak Tahan Lagi
- Bab 45 Tertangkap Basah
- Bab 46 Memilih Untuk Memaafkannya
- Bab 47 Pencuri
- Bab 48 Menggeledah Tubuh
- Bab 49 Orang Yang Benar Akan Bersikap Benar
- Bab 50 Rencana Gagal
- Bab 51 Penyewa Baru
- Bab 52 Guru Tony
- Bab 53 Diva Masa Depan
- Bab 54 Curahan Hati
- Bab 55 Teknik Pedang
- Bab 56 Reuni Teman Sekolah
- Bab 57 Menunjukkan keterampilan bela diri
- Bab 58 Tiga pengawal
- Bab 59 Rizal Membuat Onar
- Bab 60 Keputusan yang menyakitkan
- Bab 61 Mabuk
- Bab 62 Negosiasi
- Bab 63 Pesan Terakhir
- Bab 64 Harapan Yang Tinggi
- Bab 65 Undangan Dari Lastri Wahyuni
- Bab 66 Bertemu Ramya Lagi
- Bab 67 Mencambuk Wanita
- Bab 68 Mengajari Awang
- Bab 69 Listrik Putus
- Bab 70 Hal Yang Aneh
- Bab 71 Kehilangan Akal Sehat
- Bab 72 Bahu Yang Bisa Disandar
- Bab 73 Panggilan Telepon Dari Hafid Waka
- Bab 74 Tamu Yang Tidak Diundang
- Bab 75 Dojo Jangga
- Bab 76 Lebih Mudah dan Terampil
- Bab 77 Peringatan Instruktur Louis
- Bab 78 Membayar
- Bab 79 Meminta Maaf Dengan Canggung
- Bab 80 Panti Asuhan
- Bab 81 Semangkuk Sup Daging
- Bab 82 Pengakuan Cinta Yang Sangat Mendadak
- Bab 83 Ditangkap
- Bab 84 Serangan Diam-Diam
- Bab 85 Membuat Masalah Pada Saat Putus Asa
- Bab 86 Memotong Alat Kelamin
- Bab 87 Kematian Awang
- Bab 88 Kompetisi Bela Diri Nasional
- Bab 89 Dompet Dicuri
- Bab 90 Acara Pembukaan
- Bab 91 Bertemu Adalah Jodoh
- Bab 92 Ada Yang Menyewa Tempat
- Bab 93 Rayakan Ulang Tahun Guru
- Bab 94 Tinju Satu Inchi
- Bab 95 Kompetisi Secara Resmi
- Bab 96 Lawan Di Babak Pertama
- Bab 97 Kekuatan Yang Hebat
- Bab 98 Mengubah Kekalahan Menjjadi Kemenangan
- Bab 99 Shao Lin Chang Quan
- Bab 100 Mencapai Ketenangan
- Bab 101 Tidak Mau Kalah
- Bab 102 Menang
- Bab 103 Sahabat Baik, Anita
- Bab 104 Memandang Rendah
- Bab 105 Mendapatkan Ucapan Selamat Tinggal
- Bab 106 Kakak dari Ardi
- Bab 107 Teknik Pedang Mematikan
- Bab 108 Takdir
- Bab 109 Aura Pembunuh
- Bab 110 Petarung Yang Kuat
- Bab 111 Tiga Puluh Empat Besar
- Bab 112 Teknik Bantingan Dan Pelepasan Tulang