Asisten Wanita Ndeso - Bab 55 Meminta Ijin
Begitu masuk kedalam ruang kantor Fredo, Anisa langsung mulai bermanja-manja “Kak Fredo, apakah kamu tahu? Tadi saat aku masuk, sekretarismu Asmi itu tidak sopan terhadapku, ia sama sekali tidak memandangku dengan benar.” Fredo akhirnya tahu apa yang dimaksud dengan orang jahat melapor terlebih dahulu, ia jelas-jelas mendengar sendiri ia yang mulai mencari masalah dengan Asmi.
Bahkan menampar Asmi, tetapi Fredo sama sekali tidak marah, kedatangan Anisa kebetulan dapat menghilangkan segala ketidakadilan dan keraguannya, didalam hati ia menjadi puas, mungkin dengan adanya Anisa, baru bisa memancing lebih banyak lagi hal dari Asmi.
“Sudah-sudah, Anisa, apa yang perlu di emosikan?” Fredo berjalan kemari menghibur Anisa, Anisa setiap hari berdandan dengan penuh perhatian, jika orang lain, dari awal pasti sudah mencintai Anisa dengan sangat dalam, Anisa adalah seorang gadis yang sangat cantik, tetapi dimata Fredo, kecantikannya adalah kecantikan yang dapat ditemukan dimana saja.
Dan juga selalu berdandan, membuatnya memiliki rasa yang tidak rela, tidak seperti Asmi yang lebih terlihat nyata, dapat membuat orang yang mengulurkan tangan langung dapat menyentuhnya.
Kalimat Fredo ini sangat diterima oleh Anisa, dulu saat ia datang ke kantor Fredo, ia selalu memasang wajah yang tidak peduli, jika bukan karena tampangnya yang tampan, jika bukan karena Perusahaan Marini lebih besar dari Keluarga Lim, ia pasti malas menanggapi Fredo, tidak terhitung banyaknya pria muda tampan yang ingin bersujud dibawah roknya, tetapi ia hanya jatuh untuk Fredo.
Fredo memiliki temperamen unik yang tidak dimiliki oleh anak konglemerat lainnya, ia yang begitu mandiri, yang begitu dingin, membuat Anisa tidak dapat berhenti, selalu ingin menjadi lebih dekat lagi dengan Fredo, tetapi, sejak Asmi datang, meskipun diantara Asmi dan Fredo ada sesuatu, tetapi, Fredo terlihat jelas semakin baik terhadap dirinya.
Anisa sangat senang. Ia merasa, asalkan ia tetap bertahan, Fredo pasti akan menyerah kepada kelembutannya, diwaktu itu, Asmi pasti akan langsung tersapu bersih. Mata Anisa tersenyum lebih cerah lagi.
“Anisa, nanti mari kita pergi makan bersama.” Fredo melihat wajah Anisa yang berekspresi seperti sedikit tidak mengerti, ia tahu Anisa selalu merasa tidak puas terhadap sekretarisnya dan dirinya juga selalu membiarkannya melakukan apapun. Akan tetapi, kali ini, ia ingin menggunakan caranya.
Secara jujur, Asmi dalam melakukan sekretaris pekerjaan ini memang cukup bagus, disaat ia belum memiliki rencana lebih lanjut, Fredo sudah memutuskan untuk tetap menggunakan Asmi menjadi sekretarisnya, ia tidak akan membiarkan Anisa sembarangan mencarikan dirinya sekretaris lagi untuk memantau dirinya.
Karena itu, ia harus terlebih dahulu turun tangan, karena itu ia harus terlebih dahulu menenangkan Anisa.
Didepan meja kerja Asmi, Tanu berdiri beberapa saat, ia mulanya berpikiran untuk menghibur Asmi, tetapi siapa yang menduga ternyata Asmi membuka mulutnya terlebih dahulu “Manager Tanu, aku tidak apa-apa, anda tenang saja. Dengar-dengar aku adalah orang yang paling sedikit menerima ajaran dari Nona Lim, aku sudah cukup puas.” Kalimat Asmi ini membuat Tanu menjatuhkan kacamatanya.
Ini juga ada perbandingannya? Mana ada orang yang bisa membandingkan hal ini. Apakah jangan-jangan Asmi setelah ditampar oleh Anisa, mengalami kerusakan diotaknya, bagaimana ia menyampaikan hal ini kepada Sasa?
Tanu kehilangan kata-kata, ia tidak tahu harus bagaimana menjawab perkataan Asmi “Asmi, kamu jangan seperti ini, jika kamu tidak ingin melakukan pekerjaan ini lagi, kamu tidak perlu melakukannya, kamu sangat luar biasa, kemanapun kamu pergi pasti aka nada keberuntunganmu.” Tanu juga merasa sedikit tidak dapat melihat hal ini lagi, Fredo dan Anisa selalu mengganggunya.
“Tenang saja, Manager Tanu, aku sangat bahagia bekerja disini, aku pasti akan tetap melakukan pekerjaanku dengan baik, jika bukan karena dipecat, aku tidak akan pernah pergi.” Asmi secara tidak mudah baru mendapatkan kesempatan menjadi begitu dekatnya dengan Fredo, bagaimana bisa ia menyerah?
Ini adalah hal yang paling dinantikannya selama 10 tahun ini, sekarang mimpinya menjadi kenyataan, apa lagi yang dimohonkan olehnya?
Asmi menundukkan kepalanya mengerjakan sesuatu, tidak menanggapi Tanu, ia tahu Tanu pasti demi kebaikannya, Sasa pasti telah menceritakan cerita perjalanannya mencintai Fredo dalam diam selama 10 tahun itu kepada Tanu, Asmi hanya ingin seorang diri menenangkan diri, berpikir apakah ia harus pergi kerumah sakit memeriksakannya.
Sekarang segalanya begitu tidak pasti, membuat hati Asmi menjadi tidak tenang, jika ada anak, apa yang harus dilakukannya, apakah akan membiarkannya?
Dapat memiliki seorang anak dengan Fredo, adalah suatu hal yang diimpikan oleh Asmi dulunya, tetapi sekarang, jika benar-benar ada, apa yang harus dilakukan?
Bagaimana ia harus memberitahukannya kepada ayah ibu kandungnya? Meskipun dirinya dan Fredo tidak memiliki hubungan darah, tetapi adat berada disana, dirinya dan Fredo tidak akan memiliki akhir yang indah.
Otak Asmi berantakan, sekarang masih belum jam pulang kerja, Asmi bersiap untuk meminta ijin sore hari kepada Fredo, sebelum ada hasil yang pasti, mungkin semua ini hanyalah sekedar pikiran kosongnya saja hanyalah pemikiran yang tidak berarti, ia ingin pergi ke rumah sakit untuk memeriksa dirinya hamil atau tidak.
Disaat Asmi memeras otak untuk memikirkan alasannya meminta ijin, ia mendengar ada suara dari belakangnya, seharusnya itu Anisa kan, ia mendengar suara sepatu hak tinggi. Kulit kepala Asmi seketika menjadi kesemutan, Anisa adalah seseorang yang susah untuk dihadapi, ia sedikitpun tidak ingin berhubungan dengannya.
“Sekretaris Sumirah, aku dan Kakak Fredo mau pergi makan, jika kamu sudah waktunya makan, kamu juga segeralah pergi.” Suara Anisa sangat lembut, ternyata Kak Fredo berada disampingnya, ia langsung berpura-pura menghadapi bawahan dengan baik.
Asmi terkjut, ia tidak pernah melihat Anisa yang begitu tenangnya, ia menggandeng lengan Fredo seperti seekor burung yang menempel pada orang, menyandarkan kepalanya dibahu Fredo dengan bahagia, dengan wajah yang bahagia dan manis, Asmi sedikit sedih, bukanlah dia yang ada disamping orang yang paling dicintainya dan juga, selamanya tidak akan menjadi dirinya.
Sebuah rasa sakit hati naik kemata Asmi, Fredo melihat perubahan yang ada pada ekspresi Asmi “Sudahlah Anisa, mari kita pergi.” Fredo tidak tega menatap wajah Asmi, ia takut dirinya tidak dapat menahannya.
“Direktur.” Baru saja Fredo dan Anisa melangkah selangkah keluar, Asmi berteriak menahan Fredo “Direktur, aku sore hari ini ingin meminta ijin, aku ada sedikit urusan.” Asmi dengan terpatah-patah mengucapkan kata-katanya yang sudah dipikirkannya sejak lama itu.
Fredo tercengang, ijin? Sejak pertama kali bekerja hingga hari ini, Ini adalah pertama kalinya Asmi meminta ijin kepadanya, apakah dia tidak enak badan? Otak Fredo yang paling pertama terpikirkan langsung adalah Asmi tidak enak badan? Tetapi melihat wajah Asmi yang merah, sedikitpun tidak terlihat seperti sedang sakit.
Jangan-jangan berkencan? Lebih bukan gaya Asmi. Tetapi, Fredo merasa memberikan ijin, ia juga tidak rela, tidak memberikan ijin pun seperti tidak berkeprimanusiaan, sedang dalam keraguan.
“Kak Fredo, sekretaris Sumirah pasti memiliki sesuatu yang penting, lihat wajahnya yang terlihat seperti penuh dengan kekuatiran.” Anisa benar-benar berharap jika Asmi bisa sedikit menjauh dari sisi Fredo maka akan lebih baik, ia akan memikirkan segala cara untuk membuat Asmi meninggalkan kedudukan itu secepatnya.
Berani menggunakan Anisa dan menipunya, didalam hati Anisa benar-benar membenci Asmi, karena Asmi sekarang ingin meminta ijin, ia tentu saja harus membantunya memohon belas kasihan.
“Baiklah, selesai pekerjaan yang ada ditanganmu kemudian kamu bisa langsung pergi, akan tetapi ponselmu harus tetap dalam keadaan menyala, jika ada sesuatu, aku akan meneleponmu.” Fredo tetap tidak tenang, ia takut Asmi akan pergi berkencan dengan Joe, ia sedikit kuatir Asmi, takut ia akan termakan perangkap Joe .
Anisa menarik Fredo naik lift, Asmi pun membereskan barang-barangnya, dokumen disiang hari dari awal sudah diselesaikannya, sekarang, yang paling pertama ingin ia lakukan adalah pergi ke rumah sakit, pasti harus memastikan dirinya hamil atau tidak.
Asmi dengan cepat selesai membereskan barangnya, ia mengambil tas nya sendiri, tas yang dipilihkan Sasa untuknya itu, ia sekarang juga sudah terbiasa dengan saran dari Sasa, seseorang mempertahankan rupanya mungkin sama sekali tidak dapat membuat orang itu melihatnya, hanya perlu hatinya sendiri saja yang bertahan maka akan lebih baik.
Asmi naik ke lift khusus untuk pekerja biasa, meskipun Fredo memberitahunya kode untuk lift direktur, tetapi ia tetap saja menolak menggunakannya, mungkin takut akan terjadi sesuatu.
Melihat dirinya yang ada dicermin, Asmi diam-diam tersenyum sendiri, manusia benar-benar indra visual binatang, ternyata kecantikan yang bahkan dirinya sendiri tidak dapat menahan diri untuk melihat lagi dan lagi ini, apalagi para pria yang memikirkan tubuh bagian bawah mereka itu?
Lift berhenti beberapa kali ditengah-tengah, terus-menerus ada orang yang masuk kedalam lift dan turun dari lift, Asmi selama ini selalu bekerja dilantai 77, ia tidak banyak mengenali pekerja yang ada disini dan perusahaan ini begitu besar, diantara pekerja pun juga banyak yang tidak saling mengenali, ini sangatlah wajar.
Lift kembali berhenti, sebuah wajah yang terlihat familiar dimata Asmi masuk kedalam lift, Joe, dengan setelan jas nya berjalan masuk kedalam lift, Joe juga menyadari Asmi yang bersandar dipaling ujung lift. Ia tersenyum tipis kepada Asmi, menganggukkan kepalanya memberi salam.
Orang didalam lift cukup banyak, Joe tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Asmi, tetapi dari cermin didalam lift, ia masih dapat melihat Asmi dengan jelas, dari sorot mata Asmi terlihat sedikit panik, keluar disaat ini, mungkin ada beberapa hal yang harus diselesaikannya. Asmi tidak seperti saat dulu, ia selalu menundukkan kepalanya, ia juga sedang melihati orang-orang didalam lift.
Sampai ke lantai 1, Asmi menghembuskan nafas lega, mungkin Fredo dan Anisa sudah meninggalkan tempat ini kan, ia kemudian baru dengan lega keluar dari lift, ia tidak rela melihat Anisa yang menempel seperti burung disisi Fredo. Meskipun tahu ia tidak dapat merubah apapun, tetapi tetap saja tidak ingin melihatnya.
Joe juga turun dari lift dilantai ini “Asmi.” Joe dipintu menunggu Asmi keluar, orang-orang disekitar dengan pandangan terkejut melihat kearah Asmi, mereka hanya tahu sepertinya sekretaris direktur bernama Asmi Sumirah, tetapi tidak ada orang yang memiliki kesempatan untuk melihat langsung.
Ternyata ia adalah Asmi, orang-orang yang turun dari lift saling berkomentar, Asmi dari awal sudah terbiasa dikomentari dan dicurigai oleh orang-orang, ia tidak pernah menanggapi hal seperti ini, mereka ingin berkomentar, bukanlah hal yang bisa diatur olehnya, yang penting dirinya juga tidak mengalami kerugian apapun, biarkan saja mereka berkomentar.
“Apa kabar, Kepala Departemen Harta.” Asmi dengan wajah tersenyum menyambutnya, Joe tidak pernah menunjukkan wajah dingin seperti Fredo itu, ini membuat Asmi merasa Joe memiliki keramahan yang sangat kuat. Joe menanggapinya, kemudian mempertahankan langkahnya sejajar dengan Asmi.
“Sudah makan siang?” Orang perusahaan yang banyak disaat pasti karena sudah mencapai jam makan, karena itu Joe bertanya seperti ini kepada Asmi, karena Joe tidak pernah melihat Asmi makan didalam kantin perusahaan.
Pekerja di Perusahaan Marini sangat banyak, karena itu dilantai tengah perusahaan, ada sebuah kantin perusahaan, tentu saja makanan yang ada disini cukup baik, sebagian besar pekerja perusahaan akan makan disana, perusahaan setiap bulannya pasti akan mengirimkan tunjangan uang makan dalam jumlah tertentu untuk para pekerjanya.
Joe juga selalu makan disana, dulu ia tidak pernah melihat bayangan Asmi, sejak kembali dari Korea pun juga tidak pernah melihatnya, ia tidak pernah tahu Asmi makan dimana.
Terlalu banyak hal yang ingin diketahuinya dari Asmi, tetapi, ia tidak pernah sekalipun berpapasan dengan bayangan Asmi, hari ini bisa bertemu dengan Asmi, Joe merasa dirinya benar-benar sangat beruntung.
Novel Terkait
My Greget Husband
Dio ZhengPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Cinta Yang Terlarang
MinnieLoving Handsome
Glen ValoraMarriage Journey
Hyon SongAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya