Asisten Wanita Ndeso - Bab 42 Perselisihan
Fredo masuk ke dalam lift khusus CEO dengan ekspresi penasaran, dia memperhatikan diri sendiri melalui cermin di dalam lift. Wajahnya sangat bersih dan tidak memiliki bekas apapun, pakaiannya juga demikian, dikarenakan rumahnya ada pembantu yang mengurus semua ini, sehingga dirinya juga tidak perlu terlalu memikirkan masalah tersebut.
Fredo terbayang dengan reaksi Asmi ketika naik lift bersama dirinya pada semalam, pada hari itu, wajah Asmi sangat pucat, seolah-olah sangat takut dengan dirinya.
Fredo sedikit menyesal, seharusnya dia tidak boleh begitu galak terhadap Asmi, bagaimanapun Asmi hanya seorang wanita yang lemah lembut, belum tentu juga akan membawa pengaruh yang buruk bagi bisnisnya.
Setelah itu terdengar bunyi lift, lantai tujuh puluh tujuh telah tiba, Fredo beranjak keluar dari lift, langkahnya sangat besar dan tubuhnya juga tegap, celana yang pas badan membuat kakinya terkesan panjang.
Dalam kategori penilaian terhadap seorang pria, postur tubuh Fredo tergolong sangat ideal. Dia memiliki kaki yang panjang dan pundak yang lebar, sehingga sangat serasi dengan baju apapun.
Fredo melihat sebuah tas ransel yang berada di samping meja Asmi, sehingga mengetahui bahwa Asmi telah datang. Asmi memang seorang asisten yang sangat rajin, dia datang ke kantor pada waktu yang lebih pagi, bahkan di hari sabtu juga hadir dan lembur secara inisiatif untuk mempersiapkan dokumen yang diperlukan pada hari senin.
Fredo mengetahui hal ini melalui rekaman kamera pengawas yang berada di perusahaan. Pada zaman sekarang, rata-rata setiap perusahaan memiliki sistem keamanan sendiri, kamera pengawasnya juga akan dipasang pada setiap sudut perusahaan.
Fredo juga menyadari hal ini dengan tanpa sengaja, pada beberapa waktu yang lalu, ada sebuah proyek perusahaan yang tersebar keluar, sehingga dia mengambil data rekaman kamera pengawas untuk menyelidiki hal ini, akhirnya malah menyadari bahwa ternyata Asmi selalu lembur di hari sabtu.
Fredo mengerut alis, dia tidak tahu di mana keberadaan Asmi, bagaimanapun sudah waktunya kerja, namun Asmi malahan tidak bekerja di tempatnya sendiri. Oleh sebab itu Fredo sangat emosi dengan hal tersebut.
Fredo mendorong pintu kayu yang berada di depan ruangannya, dia melihat seorang wanita yang sedang membersihkan debu pada gelas, wanita tersebut sedang menunduk kepalanya. Berdasarkan penilaiannya terhadap Asmi, wanita tersebut pastinya bukan Asmi, karena rambut wanita ini sangat lurus dan terurai dengan indah, di atas kepalanya masih ada sebuah jepitan kupu-kupu yang menawan.
“Kamu siapa ?” Pemikiran pertama yang muncul dalam benak Fredo adalah asisten dirinya telah dipecat oleh orang lainnya, namun hal ini tidak mungkin terjadi, bagaimanapun saat ini Anisa masih berbaring di dalam rumah sakit, sehingga tidak mungkin memilih asisten yang baru untuk dirinya.
Meskipun Anisa memiliki waktu untuk melakukan hal ini, dia juga tidak bakal memilih wanita yang memiliki kriteria seperti ini. Berdasarkan pengalaman Fredo dalam beberapa tahun ini dan juga dikarenakan banyak wanita yang berada di dalam perusahaannya, dia sudah bisa menyimpulkan bahwa penampilan wanita tersebut memang tergolong sangat cantik.
Asmi yang terkejut langsung mengangkat kepalanya. Pada waktu sekarang, bukannya Fredo masih di dalam perjalanan ya ? Jangan-jangan jam tangan dirinya bermasalah ? Asmi memperhatikan jam tangannya dengan refleks.
Waktunya jam delapan lewat lima belas, jam tangannya tidak bermasalah. Namun mengapa CEO mereka bisa tiba di kantor pada waktu sekarang ?
Fredo merasa sangat tidak asing dengan wanita di hadapannya, apalagi sepasang mata yang jernih. Meskipun telah dibatasi oleh kacamata, Fredo tetap dapat merasakan tatapan wanita ini yang sangat jernih.
Jangan-jangan dia Asmi ? Benar, dia Asmi. Fredo bertanya berkali-kali kepada dirinya sendiri, namun dia tetap saja tidak berani memercayai penilaian sendiri.
“Buat apa kamu di sana ?” Fredo membentak dengan kuat, dia tidak ingin membiarkan Asmi melihat reaksi dirinya yang begitu ragu. Namun bagaimanapun orang tersebut adalah Asmi, mereka pernah memiliki interaksi yang paling mesra. Fredo memang pertama kalinya dalam kejadian itu, seharusnya Asmi juga demikian.
Asmi berdiri tegap. Meskipun dia mengenakan sepatu tanpa tumit, namun tubuhnya malah terkesan tegap daripada hari biasanya. Pakaian yang dikenakan Asmi dulunya terkesan gemuk, sehingga tidak ada kesan tegap seperti saat ini.
Wajah Asmi sedikit merah, dia terus melotot dada sendiri dan mulai menyesal. Seharusnya dirinya tidak boleh mengikuti kata-kata Sasa untuk mengenakan pakaian yang begitu ketat, dia merasa dadanya sudah hampir sesak nafas karena terus terseret oleh pakaian yang ketat ini.
Fredo terbengong ketika menatap adegan di depan matanya. Barusan ketika Asmi masih belum berdiri, Fredo sudah kesusahan dalam meredakan emosional dirinya apabila melihat bagian atas tubuh Asmi. Saat ini Asmi telah berdiri tegap di hadapannya, Fredo bahkan sudah terbengong kaku. Apakah wanita di hadapannya benar-benar adalah Asmi ?
Fredo pernah menyaksikan kecantikan Asmi. Namun pada saat itu Asmi masih berada di bawah tubuhnya. Dia dapat menyaksikan kulit Asmi yang putih dan mulus hanya melalui jarak yang dekat, beserta dadanya yang berisi dan kulitnya yang lembut. Setelah itu Fredo masih bisa terbayang dengan matanya yang indah dan bulu mata yang lentik. Namun pada saat itu pemikirannya terlalu kacau, sehingga sudah langsung melupakan wajahnya ketika melewati kejadian itu.
Dia hanya ingat dengan perasaan ketat dan lembap pada bagian bawah tubuh Asmi, titik ini merupakan kenangan yang tidak akan dapat dilupakan.
“CEO, kalau tidak ada keperluan lain aku keluar dulu, ruangannya sudah dibersihkan, aku keluar sekarang.” Asmi berharap sekali bisa terbang keluar ruangan ini, dia sama sekali tidak ingin lama menetap di ruangan ini.
Fredo berdiri di tempat yang tidak jauh dari pintu dan membelakangi jalan keluar, sehingga apabila Asmi ingin beranjak keluar, pastinya harus melalui sisi Fredo. Oleh sebab itu Asmi menahan nafas dan bergerak ringan untuk menuju ke arah pintu. Pada saat melalui sisi Fredo, Fredo tidak bereaksi apapun. Akhirnya Asmi menghela nafas lega dan bersiap-siap untuk membuka pintu.
Namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang muncul dari belakang pinggang Fredo dan langsung menangkap tangan dirinya “Kenapa kamu tidak memakai bajumu lagi ? Di mana kamu mendapat baju seperti ini ? Lumayan ketat juga ya, mau menggoda siapa ? Sudah pernah menggodaku, seharusnya aku sudah bukan target godaan kamu lagi kan ?” Meskipun nada bicara Fredo kesannya sangat santai, namun api amarah sudah membara di dalam hatinya.
Mengapa dulunya Asmi malah sengaja mengenakan pakaian yang akan direndahkan oleh semua orang ? Saat itu Fredo sudah mulai mencurigai hal ini, Fredo beranggapan bahwa Asmi memang memiliki tujuan tertentu. Sepertinya tujuan Asmi adalah mendekati dirinya dengan perlahan-lahan, lalu terjadi hubungan mesra dengan dirinya, setelah itu Asmi baru mengubah penampilannya agar Fredo dapat jatuh cinta kepadanya.
Setelah melihat Asmi yang hanya menunduk dan tidak berbicara, Fredo mengira kalau Asmi telah mengakui semua tuntutan ini dan tidak ingin membela diri. Api amarahnya semakin membara, dia bahkan sudah ingat menerkam Asmi ke dalam perutnya sendiri.
“Kenapa ? Ketahuan ya ? Aku sudah berhasil menebak niat busukmu ya ?” Kata-kata Fredo bagaikan pedang tajam yang menusuk ke dalam hati Asmi.
Asmi tidak dapat membela dirinya, siapa juga yang mau percaya dengan pertahanan seorang wanita selama waktu sepuluh tahun ? Siapa juga yang dapat mengingat dengan kejadian masa lalu yang terjadi pada waktu kecil ? Asmi tidak ingin menjelaskan apapun untuk dirinya lagi.
Asalkan dirinya yang mengerti dengan kenyataan, apa dayanya juga kalau Fredo tidak mau memercayainya ? Lagi pula dirinya dan Fredo sudah tidak memiliki kemungkinan lagi.
Asmi menahan air matanya sendiri agar tidak jatuh menetes. Dia berusaha mengendalikan emosional diri. Air matanya terus bergenang di dalam matanya. Asmi tidak habis berpikir, mengapa Fredo selalu berprasangka buruk terhadap dirinya ? Asmi berusaha untuk menarik tangannya sendiri dan berlari keluar dari ruangan CEO.
Setelah itu Asmi kembali ke tempat duduk sendiri. Namun bagian lambungnya mulai terasa mual, sehingga dia buru-buru berlarian ke arah kamar mandi. Tidak tahu juga apa yang terjadi, dalam waktu dekat ini Asmi selalu merasa mual ketika suasana hatinya sedang buruk atau pada saat makan.
Kebetulan pada saat ini Tanu baru saja menginjak masuk, ruang CEO berada di lantai tertinggi dalam gedung tersebut, sehingga luas tempatnya cenderung lebih sempit daripada lantai bawah. Setelah berjalan masuk sudah bisa melihat pemandangan yang sangat luas dan tumbuhan kehijauan dan juga meja kerja Asmi yang berada di depan mata.
Tanu melihat Asmi yang sedang menutup mulut sendiri dan berlarian ke kamar mandi. Sepertinya dalam waktu dekat ini reaksi wajah Asmi cenderung pucat dan lemah, Sasa pernah bilang kalau lambung Asmi kurang sehat, mungkin saja penyakit maag mulai kambuh lagi. Tanu merasa sedikit sedih apabila melihat bayangan punggung Asmi yang kurus dan lemah. Asmi sangat berusaha dan rajin dalam masalah pekerjaan, apabila keadaan ini terus berlangsung, kondisi kesehatan Asmi pasti akan semakin memburuk.
Tanu menggeleng kepala dan masuk ke dalam ruangan Fredo. Saat ini api amarah Fredo masih belum mereda, Fredo sendiri juga tidak habis berpikir, mengapa dirinya malah begitu emosi ketika melihat Asmi yang telah berpakaian demikian, jangan-jangan dirinya menyukai penampilan Asmi yang seperti dulu ?
Jawabannya tentu saja tidak. Tidak akan ada orang yang menyukai penampilan Asmi seperti pada sebelumnya, pemikiran yang terus muncul di dalam benak hati Fredo yaitu, apakah dirinya adalah orang pertama yang pernah menyaksikan penampilan Asmi pada saat ini ? Asmi bahkan dapat menyodorkan diri terhadap dirinya yang masih asing baginya, kalau begitu apakah Asmi juga akan bertindak demikian terhadap lelaki lainnya ?
Fredo sangat emosi, saat ini ada sebuah pemberitahuan baru yang muncul di layar komputernya, namun Fredo sama sekali tidak peduli, dalam hatinya hanya ada reaksi Asmi yang terkesan kasihan pada barusan.
Asmi benar-benar sangat cantik, dia memiliki aura yang terkesan suci, mata bulat seperti bayi yang terkesan polos, hidung mancung yang terkesan anggun, bentuk lengkungan di pinggang juga sangat sempurna dan juga pahanya yang panjang dan langsing, kakinya yang bahkan tidak menimbulkan suara apapun ketika sedang berjalan.
“Kenapa ? Bos besar kita sedang memikirkan apa ?” Fredo sedikit terkejut karena Tanu yang diam-diam masuk ke dalam ruangannya.
“Sejak kapan kamu juga tidak bersuara apapun ketika berjalan ? Kenapa kamu bisa masuk ? Kenapa aku bisa tidak mendengar suaramu ?” Fredo menenangkan diri dalam seketika, dia tidak terlalu kaget dengan kedatangan Tanu, bagaimanapun Tanu pasti akan kemari untuk membahas masalah Asmi dengan dirinya.
“Kamu terus melamun untuk memikirkan asisten cantikmu, mana bisa mendengar suara langkah kaki seorang pria ?” Tanu tertawa sendiri, dia merasa Fredo pasti sedang memikirkan Asmi yang cantik.
“Aku sudah bilang berapa kali padamu, Asmi bukan wanita yang sederhana, tetapi kamu tidak pernah mau percaya, sekarang sudah ketahuan kan ? Dia pasti bermaksud tertentu, ke depannya kamu pasti bakal lebih kaget lagi tentang permasalahan dia.” Fredo sangat yakin sekali kalau Asmi adalah wanita yang licik.
Jika bukan demikian, Anisa juga tidak bakal begitu waspada terhadapnya. Lagi pula Asmi sudah bisa menginjak ke dalam keluarga Fajar ketika baru saja mulai bekerja di perusahaan, Asmi dan ibunya pasti memiliki rencana yang licik.
“Aku pernah menyuruhmu menyelidiki latar belakang Asmi, kenapa tidak ada berita lanjutan ?” Fredo tetap saja sangat emosi, sehingga reaksi wajahnya juga sangat seram.
“Aku kiranya kamu lupa lagi, aku sudah selesai menyelidikinya dari dulu, kamu yang tidak bertanya lagi padaku. Kiranya kamu hanya sengaja memerintah tugas ini kepadaku, kamu juga tahu sendiri, aku pernah sangat menyukai Asmi.” Tanu tidak pernah menyembunyikan perasaan dirinya apabila menghadapi Fredo.
Dari hasil pemberitahuan Sasa, Tanu telah mengetahui perasaan spesial yang dimiliki Asmi terhadap Fredo, namun Tanu sudah pernah bersumpah di hadapan Sasa bahwa dirinya tidak akan memberitahukan hal ini kepada Fredo.
Tanu merasa sedikit ragu, dia sudah merasakan kebencian Fredo terhadap Asmi, namun dia malahan tidak dapat memberitahukan kenyataannya kepada Fredo. “Bos, kamu jangan berprasangka buruk terhadap semua orang. Berdasarkan hasil penyelidikanku, Asmi sudah ditinggal oleh ibu kandungnya ketika masih kecil, dia diadopsi oleh sepasang suami istri yang baik hati, anak suami istri itu sudah meninggal dunia ketika masih kecil, oleh sebab itu suami istri tersebut sangat baik dengan Asmi.” Tanu bahkan terus berdiri karena terlalu bersemangat.
Saat ini Tanu duduk di atas kursi dan lanjut bercerita “Suami istri itu membesarkan Asmi dan membiayai Asmi hingga mencapai pendidikan gelar master. Jadi latar belakang pendidikan Asmi sudah pasti asli, mengenai hal ini kamu bisa tenang. Tetapi tidak lama setelah itu kedua orang tuanya meninggal dunia secara bergiliran, akhirnya Asmi juga hidup sendirian. Sudah ini saja.” Tanu menjelaskannya dengan sekaligus, sehingga merasa sedikit haus.
Sasa yang menceritakan semua ini kepadanya, dulunya Sasa sering bermain ke rumah Asmi, sehingga sangat mengenal dengan anggota keluarga Asmi.
“Sahabatnya Asmi yang memberitahukan semua ini kepadamu kan ?” Fredo mengeluh dengan gaya sinis. Dia juga tahu kalau Tanu hanya bisa mengetahui berbagai hal ini saja.
Apakah Tanu tahu bahwa sekarang Asmi telah memiliki ibu kandung ? Apakah dia tahu bahwa ibu kandungnya Asmi sedang bekerja untuk siapa ? Apakah Tanu tahu mengenai hubungan dirinya dan Asmi ?
Namun saat ini Tanu malahan sudah berani angkuh di hadapannya, sehingga Fredo juga berkata pada Tanu dengan gaya sombong “Kamu hanya melihat hal yang terjadi di depan mata, masih banyak lagi yang tidak kamu ketahui. Sobat, kamu masih terlalu muda, jangan mudah percaya dengan adegan di depan mata.” Fredo berjalan menghampiri dan menepuk pundak Tanu, lalu menasihati dirinya bagaikan seorang kerabat tua.
Tanu semakin bingung lagi, sebenarnya kejadian apa yang hanya diketahui oleh Fredo dan tidak diketahui oleh dirinya ? Dia bahkan sudah pernah menyelidiki pada kawasan tempat tinggal Asmi, tetangga di sekeliling juga memberikan penghargaan yang sangat besar kepada keluarga Asmi. Fredo sendirinya tidak pernah berkunjung ke sana, berdasarkan apa dia mengambil kesimpulan seperti ini ?
“Tetapi …” Tanu masih ingin menjelaskan lagi, namun Fredo sudah menyilangkan tangan sendiri dan mengisyaratkan dirinya untuk diam.
Tanu yang tidak berdaya hanya menutupi mulut sendiri, dalam otaknya mulai muncul bayangan Asmi yang berlari ke arah kamar mandi. Dia sudah berjanji kepada Sasa untuk menjaga Asmi, namun sekarang malahan tidak dapat memberikan bantuan apapun kepada Asmi.
Saat ini dia bahkan hanya bisa membiarkan Fredo salah paham terhadap Asmi, Tanu merasa dirinya memang tidak berguna sekali.
“Bos, seandainya kamu begitu tidak suka dengan Asmi, mengapa masih membiarkan dia berjabat sebagai asisten kamu ? Mendingan pecat saja.” Tanu merasa masih mending apabila membiarkan Fredo memecat Asmi, dengan demikian Asmi juga tidak perlu begitu tersiksa.
Fredo mengangkat alis matanya dan berkata “Pecat dia ? Tidak mungkin. Enak saja dia.” Wajah Fredo yang seram mulai muncul reaksi licik. Dia harus membuat Asmi terus memberontak di dalam tangannya, siapa suruh Asmi yang duluan mencari masalah dengannya ?
Dia pasti akan membuat Asmi merasakan akibat yang menyengsarakan, saat ini wajah Fredo muncul sedikit jejak licik yang tidak dapat dilihat oleh Tanu.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelLove In Sunset
ElinaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesPredestined
CarlyI'm Rich Man
Hartanto1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya