Asisten Wanita Ndeso - Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
Pekerjaan masih tetap seperti biasa, sama sekali tidak membuat Asmi menarik diri karena saran Teto hari itu, paginya dia tetap bangun pagi, melihat Sasa yang masih tidur dengan begitu nyenyak, dia sungguh merasa iri.
Dia sama sekali tidak punya kebiasaan bangun siang sebelumnya, meskipun malamnya tidur sangat larut, keesokan harinya dia tetap bangun sekitar jam 6 pagi, tidak perduli di musim yang manapun dia tetap seperti itu, sama seperti jam alarm.
Cuaca hari ini ternyata sesuai dengan perkiraan Asmi, diluar sama begitu kelabu, Asmi membuka jendela dan melihat keluar, hujan diluar sana begitu lebat, Asmi menghela nafas dia paling tidak suka hujan di jam berangkat kerja, dimana-mana basah dan angkutan umum menjadi semakin sesak.
Asmi mencuci muka dan gosok gigi dikamar mandi, hamil sama sekali tidak membuatnya menjadi malas, dia tetap melakukan rutinitas yang biasa dia lakukan, dia pernah melihat diinternet, di masa kehamilan, tetap harus berusaha melakukan rutinitas sehari-hari seperti biasa, termasuk pekerjaan dan pekerjaan rumah yang ringan.
Asmi terus melakukan itu, tidak ada yang tahu kalau dia sedang hamil 2 bulan, bahkan teman baiknya Sasa tidak menyadarinya, Asmi tersenyum pada dirinya yang berada di dalam cermin, wajahnya terlihat lebih gemuk, demi anaknya, sekarang dia mulai makan dengan bebas.
Asalkan itu makanan yang bergizi, meskipun itu daging kambing yang paling dia benci, dia pun mulai memakannya, dia mendengar Sasa sedang menelepon didalam kamar.
“Baiklah, aku ada di rumah Asmi, kamu datanglah menjemputku, kebetulan bisa mengantar Asmi ke kantor.” Sasa sedang berkata dengan manja, Asmi hanya terkekeh, kalau dia tidak salah menebak, itu pasti Tanu.
Setelah Sasa memutuskan sambungan telepon langsung menuju ke kamar mandi, kamar mandi dirumah Asmi sangat kecil, hanya bisa digunakan satu orang. Sehingga Sasa menunggu didepan kamar mandi.
“Aku menyuruh Tanu nanti datang menjemput kita, kamu tidak perlu buru-buru.” Sasa sangat sedih melihat tubuh kurus Asmi, tubuhnya sudah memikul terlalu banyak beban.
Asmi mengangguk, lalu menatap Sasa sambil tersenyum, Sasa tahu yang dimaksud Asmi adalah Tanu “Dia sangat baik, merupakan orang yang bisa diandalkan, namun aku tetap harus mengetesnya terlebih dahulu.” Sasa berkata dengan wajah serius, seolah seorang penguji yang sedang menguji muridnya. Itu membuat Asmi tertawa.
“Aku sudah selesai, gantian kamu sana, sikat gigi sudah kusiapkan yang baru, handuk juga yang bersih.” Sasa mendorong Asmi keluar “Sudah jangan bawel, aku sudah tahu, cepat sana buatkan makanan untukku, sudah hampir mati kelaparan nih.” Asmi didorong keluar oleh Sasa.
Asmi tahu Sasa suka Mie Nyemek buatannya dan ini merupakan masakan andalan dia, dirinnya juga sudah beberapa hari tidak memakannya, dia merasa hanya membuat satu porsi terlalu membuang energi, karena hari ini ada Sasa, maka dia akan membuat sedikit lebih banyak.
“ Asmi, aku mau makan Mie Nyemek, buat banyakan, aku mau bungkus.” Mulut Sasa dipenuhi oleh busa pasta gigi, ia hanya mengulurkan kepalanya lalu menariknya kembali.
“Iya, tahu, Non. Pasti dibuat banyakan, biar kamu makan yang puas sekalian, kalau perlu sampai tidak ingin makan mi dirumah ini lagi.” Asmi tersenyum dengan senang, Sasa selalu begitu riang, riang yang sama sekali tidak memiliki beban dan dia tahu kalau Sasa adalah seorang gadis yang begitu baik dan polos.
Asmi sungguh berharap gadis sebaik dia bisa memiliki akhir yang bahagia dengan Tanu, mereka begitu lucu, begitu perduli dengan sekitarnya.
Sasa datang ke dapur dengan riang, melihat Asmi yang mengenakan apron sungguh special “Asmi, siapa yang bisa menikahi istri yang begitu baik sepertimu pasti dikehidupan yang lalu berbuat kebaikan yang sangat besar, kamu sungguh istri idaman, sayangnya si Fredo, sekarang yang harus disayangkan itu dia bukan kamu.” Begitu Sasa membayangkan wajah Fredo yang arogan langsung merasa tidak nyaman, dia sungguh tidak mengerti saraf mana yang eror sampai Asmi bisa menyukai Fredo selama 10 tahun lebih.
“Sasa, kita tidak membicarakan ini bisa? Kamu bicara lagi, aku tidak akan memasak.” Asmi sengaja berpura-pura marah dan meletakkan spatulanya. “Jangan, nyonyaku, kamu masak saja, cacing di perutku sudah hampir menggeliat keluar.” Sasa segera meminta ampun, dia begitu menyukai mie buatan Asmi.
Mi seperti ini tidak dijual di kios ataupu direstoran, kalaupun ada yang menjual rasanya tidak akan sama, Sasa hanya menyukai buatan Asmi.
“Sasa, jangan bilang kamu datang kesini karena ini makan mi.” Akhirnya Asmi menyadari maksud kedatangan Sasa, anak ini, kalau ingin makan tinggal bilang saja, untuk apa menunggu begitu lama.
“Ketahuan ya, maaf deh, namun memandang aku yang sudah menunggu dua jam lebih, nanti harus buat yang banyak ya untukku.” Sasa selalu seperti itu, selalu seperti anak-anak.
Namun Asmi tahu kalau Sasa adalah gadis yang memiliki kemampuan yang hebat, jangan lihat dia biasanya begitu slebor, ketika melakukan sesuatu dia akan menjadi begitu serius, ketika SMA, Sasa merupakan ketua OSIS di sekolah mereka, setiap hal yang dia lakukan selalu dia selesaikan dengan begitu sempurna.
Ini membuat Asmi merasa begitu salut padanya “Apa, sudah dibawah, kalau begitu kamu langsung naik saja, lantai 2, 201.” Sasa berkata di telepon.
“ Tanu sudah datang, aku tanya dia sudah makan belum, dia bilang belum, jadi aku menyuruhnya langsung naik saja.” Sasa berkata pada Asmi.
“Apa, kamu lihat penampilanku sekarang, bagaimana ini? Kenapa tidak bilang lebih awal.” Asmi agak kesal, bagaimanapun Tanu tetap atasan di kantornya.
Dia segera merapikan pakaiannya, kemudian disusul dengan suara Sasa yang membuka pintu “Kamu sudah datang, cepat masuk, hujannya deras tidak.” Terdengar suara Sasa, Asmi hanya tersenyum, ternyata Sasa juga bisa perhatian pada orang lain, sungguh tidak disangka.
Tanu ikut Sasa masuk ke dalam, dia sungguh tidak menyangka Asmi tinggal di rumah seperti ini, meskipun luarnya terlihat agak tua, namun begitu masuk ke dalam terasa bagaikan masuk ke dunia yang berbeda, dekorasi rumahnya begitu hangat, warna yang digunakan begitu lembut, perabot yang digunakan juga bernuansa korea, kelihatannya kehidupan Asmi baik-baik saja.
Diatas dinding tergantung foto orangtua Asmi, Tanu pernah disuruh Fredo untuk mencaritahu tentang Asmi, dia tahu orangtua Asmi sudah meninggal. Saat ini Tanu baru melihat Asmi yang sedang sibuk di dapur.
“Presdir Tanu, maaf, rumahnya berantakan, duduklah di sofa untuk bristirahat.” Asmi jarang berhubungan dengan Tanu, hanya ketika Tanu naik ke ruang presdir baru bicara beberapa patah kata padanya, selain itu dia ada memperkenalkan teman terbaiknya kepada Tanu yaitu Sasa, kalau berhubungan di kehidupan luar kantor, ini merupakan yang pertama kalinya.
Sasa menarik Tanu duduk di sofa, dia berbisik pada Tanu “Kamu tahu tidak? Aku akan memberitahumu sebuah rahasia mengenai Asmi, tapi kamu tidak boleh memberitahunya pada orang lain.” Sasa melirik kearah dapur, Asmi masih sibuk disana, dia sama sekali tidak bisa membantu.
“ Asmi adalah putri Direktur kalian, apakah kamu tahu soal ini?” Suara Sasa begitu kecil, dia takut Asmi yang ada didapur mendengarnya.
“Apa? Yang kamu katakan adalah Direktur kami? Tidak mungkinkan? Beberapa hari yang lalu Bos Fredo bahkan menyuruhku menyelidiki Asmi ?” Tanu tidak sengaja mengatakan tentang Fredo yang menyuruhnya menyelidiki Asmi.
“Aku tidak bohong padamu, hanya belum dipublikasikan saja, aku sungguh tidak bohong. Untuk apa aku membohongimu dengan hal seperti ini.” Sasa terlihat begitu serius, membuat Tanu mau tidak mau percaya. Namun dia malah dibuat bingung. Asmi dan Fredo ternyata kakak beradik?
Tanu dibuat bingung sepenuhnya, namun bos Fredo sama sekali tidak memberitahunya, dia merasa pasti ada salah paham dibalik ini semua, dihadapan Sasa, dia hanya mengangguk, dia harus pergi ke tempat bos Fredo untuk memastikannya terlebih dahulu.
“Mienya sudah siap Presdir Tanu juga belum makan bukan, ayo cicipi, entah sesuai dengan selera atau tidak.” Asmi membawa 3 mangkuk mie yang masih panas, meletakkannya satu per satu di atas meja, semua dekorasi rumah Asmi bergaya Korea, ketika itu ayahnya masih belum sakit, dia tahu Asmi suka menonton drama Korea, tanpa memperdulikan tentangan dari lingkungan tetangga sekitar, dia merenovasi ulang rumah, semua didesain sesuai dengan gaya Korea, perabotan rumah tangga semua berwarna putih.
Terlihat sangat lembut, Tanu ditarik Sasa kesamping meja makan, selain mie yang masih panas, Asmi juga menyiapkan makanan pendamping, juga ada beberapa telur dadar, terlihat begitu hangat dan lezat.
“Ayo cepat makan, Asmi sangat pintar memasak, aku selalu suka makan mie buatan dia.” Sasa sudah tidak sabar untuk makan. Tanu mengamati ekspresi Asmi terlebih dahulu, merasa tidak ada yang berbeda dengan biasanya, baru mulai makan dengan tenang.
Begitu mie masuk ke dalam mulut, memang tidak salah apa yang dikatakan Sasa, Tanu sudah makan di berbagai restoran mie, namun tidak pernah menemukan rasa seperti ini, mungkin inilah rasa rumahan, rasa yang tidak akan bisa ditemukan di restoran manapun, meskipun mereka punya banyak bumbu, namun karena bumbu ini juga rasa aslinya menjadi hilang.
Tanu melihat Asmi dengan terkejut, kalau dia benar putri dari Teto, adik dari Fredo, berdasarkan sifat Fredo mungkinkah menerimanya?
Ini merupakan pertanyaan yang membuat Tanu pusing, dia bersama dengan Tanu bertahun-tahun, dia sangat paham sifat Fredo, kalau dia sampai tahu Asmi adiknya, yang pertama terpikirkan olehnya adalah kenapa dia melamar pekerjaan di Marini Group.
Fredo tidak seperti Tanu, pertanyaan yang terpikirkan oleh mereka jauh lebih simple dan Fredo sama sekali tidak tahu tentang Asmi yang sudah menyukainya sejak SMP, Tanu berpikir, sepertinya Asmi akan mendapatkan masalah.
Sasa makan satu mangkuk masih merasa kurang, dia pergi ke dapur dan mengambil satu mangkuk lagi, Tanu memanfaatkan kesempatan untuk bertanya “Benarkah kamu adik Fredo ?” Tatapan Tanu penuh dengan rasa ingin tahu.
Asmi tidak bicara, hanya mengangguk, dia tahu masalah ini pasti akan diketahui oleh Tanu cepat atau lambat, hanya saja dia tidak menyangka secepat ini.
“Oh.” Tanu tidak tahu harus mengatakan apa, hanya menundukkan kepala dan makan, Asmi juga tidak tahu harus menceritakannya darimana.
Novel Terkait
Blooming at that time
White RoseAdieu
Shi QiMr. Ceo's Woman
Rebecca WangTakdir Raja Perang
Brama aditioVillain's Giving Up
Axe AshciellyIstri Yang Sombong
JessicaAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya