Asisten Wanita Ndeso - Bab 73 Berjaga Malam
Hujan deras akhirnya reda pada malam hari. Sasa yang berada di bangsal sama sekali tidak mengantuk. Sore harinya dia berbohong kepada ayahnya bahwa dia pergi ke rumah Asmi untuk menemani Asmi, ini adalah alasan terbaik yang dimilikinya.
Dia selalu bercerita tentang Asmi di depan ayahnya. Sejak bersekolah di SMP yang sama dengan Asmi, dia selalu mengungkit nama Asmi. Ayahnya sudah terbiasa membahas tentang Asmi dengannya. Namun, dia tidak pernah membawa Asmi pulang ke rumah. Dia tidak ingin semua orang tahu bahwa dia adalah putri dari keluarga kaya raya.
Sekarang, Asmi telah menjadi nona dari keluarga kaya. Sasa terus memikirkan hubungannya dengan Asmi selama bertahun-tahun ini. Hal-hal dunia selalu di luar dugaan.
Asmi masih belum bangun. Hanya ada kabut yang menyembur keluar dari humidifier. Selain itu, tidak ada gerakan lain di dalam ruangan.
“WOOPWOOP.” Sasa merasakan ponsel di dalam tasnya bergetar. Dia selalu menyetel ponsel ke mode getar karena dia tidak pernah menemukan nada dering yang cocok dengannya.
Sekilas dilihat, panggilan dari Tanu. Dia agak ragu-ragu. Biasanya, dia pasti akan menjawab panggilan ini secepatnya. Tapi berbeda dengan sekarang, haruskah dia memberi tahu Tanu tentang kecelakaan Asmi?
Bagaimana cara dia memberi tahu Tanu tentang kondisi Asmi? Sasa ragu-ragu sebelum menjawab panggilan Tanu, bagaimanapun masalah tetap harus dihadapi.
“Sasa, kenapa kamu lama sekali menjawab telepon? Kamu di mana? Tahukah kamu di mana Asmi? Kenapa dia tidak datang kerja sore ini.” Begitu telepon terhubung, Tanu langsung melontarkan berbagai pertanyaan. Sasa agak tidak tanggap .
"Apa yang sedang kamu bicarakan? Kenapa kamu baru menelepon aku?" Sasa sedikit kesal. Setelah berlalu seharian, Tanu baru meneleponnya pada malam hari. Mereka biasanya bertelepon beberapa kali dalam sehari.
“Sasa, aku mau meneleponmu, tapi apakah aku punya waktu untuk menelepon? Asmi menghilang di sore hari tanpa minta izin, ditelepon pun tidak diangkat. Jadinya aku harus mengerjakan tugasnya. Sore tadi kami mengadakan pertemuan dengan Perusahaan. Itu adalah pertemuan yang penting, tapi ke mana Asmi pergi.” Tanya Tanu dengan cemas. Dia berharap dirinya bisa mengetahui keberadaan Asmi dari Sasa.
Sekarang, Bos Fredo sangat marah. Dia belum pernah melihat Bos Fredo segitu marah. Bos Fredo duduk di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun, seperti gunung es. Tanu bahkan merasa Bos Fredo lebih dingin dari gunung es.
Suhu di kantor telah mencapai titik beku. Tanu mengambil kesempatan untuk menyelinap keluar dari kantor Fredo dan menelepon Sasa.
“Tanu, aku juga tidak tahu di mana Asmi. Dia selalu serius dengan pekerjaannya, jadi dia tidak mungkin kabur dari tanggung jawab.” Sasa merahasiakan kecelakaan Asmi. Dia masih belum tahu bagaimana cara memberi tahu Tanu tentang persoalan itu, apalagi perihal bahwa Asmi sedang hamil. Bahkan dirinya sendiri pun masih kaget sekarang.
Dia yakin bahwa anak itu pasti punya Fredo. Pesta malam itu membuat Sasa yakin bahwa Asmi menempati bagian tertentu di dalam hati Fredo, tapi Fredo sendiri tidak yakin dan tidak akan pernah menerima kenyataan tersebut, apalagi setelah mengetahui bahwa Asmi adalah saudara tirinya.
“Oh, kamu benar-benar tidak tahu?” Tanu mendesah dengan kecewa di ujung lain telepon. “Kalau tidak tahu, lupakan saja. Kalau aku adalah Asmi, aku juga akan lari dari tempat ini. Pria yang disukainya selama bertahun-tahun malah menjadi abangnya sendiri. Menurutku ini adalah kenyataan yang sulit diterima.” Tanu segera terpikir alasan kenapa Asmi pergi dari perusahaan.
Dia tidak pernah menyangka bahwa kepribadian Asmi tidak memungkinkan Asmi meninggalkan perusahaan, kecuali Fredo secara pribadi memintanya untuk keluar dari perusahaan. Kalau tidak, Asmi tidak akan pergi dari perusahaan tersebut.
“Asmi sungguh kasihan.” Sasa menghela nafas. Dia tahu bahwa orang yang terjebak dalam suasana hati terburuk adalah Asmi. Asmi yang hamil tidak kelihatan gemuk, sebaliknya malah kurusan.
“Kamu bisa menemukan Asmi tidak? Apakah dia pulang ke rumah?” Tanu agak cemas. Emosinya agak panas sekarang. Kalau Asmi masih tidak bekerja besok, dia harus sibuk seharian lagi. Siapa suruh Fredo selalu mencari dirinya.
“Aku tidak bertemu dia. Aku juga tidak menghubunginya hari ini. Besok saja. Kalau besok aku punya waktu, aku akan melihat apakah Asmi ada di rumah. Mungkin saja dia pergi ke tempat ibu kandungnya?” Sasa segera mengalihkan perhatian Tanu ke ibu kandung Asmi, Dengan demikian, Tanu tidak akan banyak bertanya lagi.
Tanu sambil berpikir, "Kamu benar. Asmi mungkin pergi ke rumah orang tuanya. Kalau aku adalah Asmi, aku pastinya tidak akan bekerja di bawah pimpinan Bos Fredo juga? Bos Fredo tidak selalu peka terhadap wanita, ditambah dengan Anisa yang selalu mencari masalah setiap hari. Aku benar-benar tidak habis berpikir bagaimana Asmi menahan semua itu. Aku sungguh salut padanya." Terdengar suara kagum Tanu.
Sasa dan Tanu sama-sama merupakan orang yang mudah puas dan mudah merasa bahagia. Setelah membahas bahwa Asmi mungkin saja pergi ke tempat ibunya, suasana hati Tanu terasa jauh lebih baik. Bagaimanapun, Asmi adalah nona dari Keluarga Fajar. Meski hal ini belum diumumkan, tetapi Tanu dan yang lainnya sudah mengetahui fakta ini.
“Sasa, ayo makan bareng besok. Aku menemukan sebuah restoran Italia baru, aku dengar rasanya sangat bagus. Aku akan pesan tempat besok pagi.” Tanu sangat senang karena dia bisa bertemu Sasa lagi.
Sasa tidak langsung memberi jawaban, "Eh, aku tidak punya waktu besok. Besok tim kami akan mengadakan rapat, kemudian aku harus pergi ke luar kota untuk membahas proyek. Aku mungkin akan sibuk sampai malam. Aku akan meneleponmu besok. Kalau aku punya waktu, baru kita keluar bareng." Besok Sasa mau datang ke rumah sakit untuk menjenguk Asmi lagi, tapi dia tidak langsung menolak Tanu.
Tanu jelas agak kecewa. Akhir-akhir ini Sasa selalu begitu sibuk. Jika bukan sibuk dengan pekerjaan, dia selalu bersama Asmi. Dia sepertinya telah mengabaikan Tanu.
“Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu teleponmu besok.” Tanu mematikan telepon dengan enggan. Mereka berdua belum cukup akrab untuk mengucapkan kata-kata manis kepada sesama. Mereka berdua adalah orang yang relatif lugu dalam hal cinta. Jika digantikan pasangan pria dan wanita lain yang mengalami serangkaian masalah yang dilewati mereka berdua akhir-akhir ini, pasangan tersebut agaknya sudah berpacaran.
Setelah menutup telepon, Sasa tinggal di koridor untuk beberapa saat. Udara di bangsal membuatnya sedikit sesak. Apalagi melihat wajah Asmi yang tampak pucat pasi, itu membuatnya semakin sedih. Apa yang harus dilakukan setelah Asmi bangun?
Pikiran Sasa sangat kacau. Fredo dan Asmi jelas adalah kakak beradik, apa yang harus dilakukan terhadap anak.
Di bagian rawat inap rumah sakit selalu ada orang yang datang dan pergi melalui koridor dengan ekspresi tergesa-gesa. Melihat orang-orang itu, Sasa berpikir apakah orang lain juga memandang dirinya dengan cara yang sama.
Sasa melihat ponsel, waktu sudah lewat pukul sembilan. Saat berada di rumah, dia jarang tidur pada jam segini. Biasanya dia suka menonton drama melalui Internet. Dia sering menonton sampai sekitar pukul sebelas, tapi tidak pernah melewati jam dua belas. Dia selalu memegang prinsip bahwa jika seorang wanita ingin terlihat cantik, maka harus beristirahat dan tidur yang cukup.
Dia masuk bangsal dengan langkah ringan. Asmi masih tertidur nyenyak di atas ranjang. Bulu mata yang panjang melentik. Asmi masih terlihat segitu cantik, tapi sekarang kecantikannya tidak tertutup baju dan kacamata lagi. Sekarang dia adalah dirinya yang sebenarnya.
Sasa mengeluarkan sebatang pisang dari tas yang dibawanya. Tidak ada yang bisa diajak bicara di sini, dia juga tidak mau menonton drama karena takut mengganggu Asmi yang masih belum bangun. Jadi, dia hanya bisa menghabiskan waktu dengan makan.
Pisang adalah buah favorit Asmi. Asmi pernah membuat milkshake pisang untuk Sasa. Itu adalah milkshake terlezat yang pernah diminum Sasa. Di bawah pengaruh Asmi, Sasa juga ikut jatuh cinta pada pisang. Saat mereka berdua sedang bersama, pisang adalah makanan yang sering dimakan.
Sasa mengenang momen-momen indah bersama Asmi. Kenangan itu sulit dilupakan. Selama dia pergi ke luar negeri untuk belajar, studinya sangat tegang dan dia bahkan tidak punya teman baik.
Setelah pulang, dia tetap berteman baik dengan Asmi. Sepertinya Asmi adalah satu-satunya sahabat terbaik yang dimilikinya dalam hidup ini.
Teman tidak perlu banyak, satu sudah cukup.
Suasana bangsal hening. Tadi ada suara hujan yang menerpa pohon phoenix. sekarang sudah sepenuhnya sunyi. Keheningan luar biasa menyelimuti Sasa. Dia belum pernah merasakan keheningan seperti ini sebelumnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa.
Ketika dia datang pada sore hari, dia belum makan. Dia terus memikirkan masalah Asmi sampai-sampai melupakan bahwa dirinya masih lapar. Setelah makan pisang, dia merasa semakin lapar. Untungnya, dia membeli sedikit makanan dari toko serba ada sebelum datang ke rumah sakit.
Sasa adalah seseorang yang kuat makan. Asmi selalu berkata seperti ini padanya. Meskipun Asmi tidak gemuk, tapi dia tergolong orang yang berisi.
Berbeda dengan Sasa. Sasa sangat kurus, terutama bagian dadanya. Dia selalu menyebut dirinya sebagai "putri datar”. Meskipun kecantikan zaman sekarang didominasi oleh kurus, tapi biasanya wanita akan merasa rendah diri jika tidak memiliki payudara yang montok.
Namun, Sasa tidak pernah berpikir seperti itu. Dia terima apa adanya, tipe tubuhnya memang seperti itu. Satu keunggulan dari tipe tubuhnya adalah dia tidak pernah menjadi gemuk karena kebanyakan makan. Ini merupakan hal yang paling membahagiakan bagi seorang pecinta makanan.
Ada coklat Ferrero favoritnya, keripik kentang Lay, dan buah-buahan kering seperti plum dan pistachio di dalam tas. Itu semua adalah kesukaannya.
Sasa duduk di sana dan mulai menyantap makanan-makanan itu. Pada akhirnya dia tidak bisa tahan lagi, dia pun menyalakan televisi. Setelah berpindah beberapa saluran, dia tidak menemukan drama yang menarik. Entah apa yang salah dengan skenario dan sutradara saat ini. Semuanya penuh dengan adegan tentang pertarungan antara ibu mertua, menantu perempuan, dan ibu.
Sasa paling tidak suka dengan drama perselisihan antara ibu mertua dan menantu. Dia tidak tahu dari mana asal perselisihan sebanyak itu yang terjadi antar manusia, terutama antar keluarga. Selama manusia memperlakukan satu sama lain dengan tulus, maka tidak akan muncul konflik sebanyak itu.
Akhirnya ditemukan satu saluran yang tidak menayakan drama tentang perselisihan antara ibu mertua dan menantu. "Amazing Detective Di Renjie", genre favorit Sasa, drama tentang detektif yang bersuasana tegang.
Li Yuanfang adalah karakter spoof dalam drama itu. Kalimat “Yuanfang, bagaimana menurutmu?” membuat Li Yuanfang, yang merupakan seorang seniman bela diri yang dingin dan cerdik dalam lakon tersebut, menjadi selebriti populer.
Sasa amat menyukai Li Yuanfang. Bagaimanapun, dia adalah pria termuda dan tertampan dalam drama tersebut.
Sasa mengecilkan suara televisi seminimal mungkin. Dia hanya bisa mendengar sedikit suara. Dia segera terbawa oleh alur cerita. Meskipun dia telah menonton ketiga serial drama ini, tetapi dia selalu berminat untuk menonton ulang. Entah dia mulai dari bagian mana, dia harus menghabiskannya.
Beberapa saat kemudian, Sasa merasa haus. Dia pun mengambil air yang ada di atas meja. Tiba-tiba, dia menemukan tangan Asmi bergerak. Dia memandang Asmi dengan heran dan menemukan bahwa mata Asmi yang terpejam tampak mengalami perubahan.
Bola mata berputar di bawah kelopak, tapi mata belum terbuka. Mulut Sasa ternganga karena terkejut. Pamannya bilang Asmi mungkin akan bangun malam ini. Apakah Asmi sudah mau bangun?
“Asmi, Asmi.” Sasa memanggil nama Asmi dengan tergesa-gesa. Dia membungkukkan tubuh bagian atas hingga berjarak sekitar belasan sentimeter dari Asmi. Dia berharap Asmi segera bangun.
Asmi dapat mendengar panggilan Sasa. Dia merasa dirinya seolah datang dari kejauhan, sekujur tubuhnya terasa sakit. Dia berusaha keras untuk membuka mata, tapi dia gagal.
Dia hanya bisa menggerakkan jari-jarinya dengan lemas. Sasa menemukan tangan Asmi bereaksi. Dia buru-buru membunyikan bel di samping ranjang. Paman mengingatkannya untuk segera memanggil dokter bila terdapat tanda-tanda bangun pada Asmi.
Sasa menggenggam tangan Asmi dengan gugup. Tangan Asmi bergerak di dalam genggamannya. Sasa menjadi semakin gugup. Dia menatap Asmi tanpa mengalihkan pandangan sekali pun. Asmi mungkin saja bangun pada detik berikutnya, jadi dia tidak boleh melewatkan sedetik pun. Dia harus memastikan bahwa Asmi dapat langsung melihat dirinya pada saat bangun.
Dua dokter dan seorang perawat segera tiba di bangsal Asmi. Ini adalah bangsal mewah, selalu ada dua dokter yang bertugas untuk merawat pasien secara bersamaan.
Dokter berjalan ke sisi Asmi, mengeluarkan senter medis dan menyinari pupil Asmi, lalu melihat monitor elektrokardiogram, kemudian mengangguk pada dokter yang satu lagi.
Salah satu dokter melepaskan masker. “Apakah kamu adalah anggota keluarga pasien?” Tanya dokter kepada Sasa.
“Aku sahabatnya, bagaimana kondisinya?” Sasa tidak sabar lagi. Andai saja pamannya bertugas di sini.
Kondisi pasien relatif stabil, keempat anggota badan juga sudah kembali peka. Pasien mungkin akan bangun dalam waktu singkat. Setelah bangun, besok kami akan memeriksanya secara menyeluruh. Kalau dia bangun, segera hubungi kami, kami selalu bertugas.” Setelah dokter selesai berbicara, Sasa sangat ingin berteriak dengan girang.
Tapi begitu memikirkan keheningan di bangsal, dia menahan keinginannya itu. Asmi baik-baik saja, tinggal menunggu bangun.
Haruskah dia menelepon ibu Asmi? Setelah berpikir berulang kali, Sasa menyerah. Lebih baik menunggu sampai Asmi bangun.
Novel Terkait
Dark Love
Angel VeronicaBaby, You are so cute
Callie WangBeautiful Love
Stefen LeeMenaklukkan Suami CEO
Red MapleAdore You
ElinaHidden Son-in-Law
Andy LeeAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya