Asisten Wanita Ndeso - Bab 34 Menangis Dengan Getir
Asmi tinggal di rumah dengan bosan, baru saja, ibunya menelepon dan menyuruhnya kembali untuk makan siang pada siang hari, dia segan untuk menolak undangan tulus ibunya, jadi dia setuju untuk pergi.
Tapi sekarang, dia sedikit menyesal, apa lagi yang bisa dia katakan ketika dia tiba di rumah yang besar dan mewah itu. Asmi merasa bahwa dirinya benar-benar sangat jauh dia dari dunia itu, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tidak akan bisa bergabung ke dunia itu.
Di pagi hari, Asmi minum sebotol susu, sejak hari itu dia muntah, dia meninggalkan bayangan yang tertinggal di hatinya, meskipun dia terlihat agak suram dan berpakaian sedikit jelek, tetapi kemampuannya masih bagus.
Asmi lebih menghargai kemampuannya sendiri, dia adalah wanita yang polos, dan dia tidak tahu bahwa ada banyak hal dalam masyarakat ini yang dilakukan tidak mengandalkan kemampuan, tetapi dilakukan dengan mengandalkan kemampuan lain.
Rani juga sangat bingung, Asmi jelas adalah putri kandungnya sendiri, dan dia bisa memberinya kehidupan yang lebih baik sekarang, tetapi Asmi tidak pernah berinisiatif untuk pulang.
Ini adalah sesuatu yang tidak dia mengerti, dia adalah ibu kandung Asmi, dan Teto adalah ayah kandung Asmi, ini seharusnya adalah kabar baik untuk seorang anak.
Jangan membicarakan tentang Asmi yang ditinggalkan olehnya pada tahun itu, tetapi sekarang ada berapa banyak orang di masyarakat yang ingin masuk ke dalam keluarga seperti itu, Rani benar-benar merasa sangat bingung.
Selama lebih dari 20 tahun, tiada hari dia tidak merindukan Asmi, tetapi Asmi selalu tidak dekat dengannya.
Rani tidak menyangka, dia telah melakukan kesalahan yang begitu besar ketika dia masih muda, untungnya, Asmi bertemu dengan orang baik, Jika tidak, dia pasti akan sangat menyesal.
Rani sedang menyirami bunga di taman, dia mengenakan kardigan kuning dan celana panjang warna vanilla, dia sangat anggun, tapi tetap sangat cantik, Rani adalah wanita yang sangat cantik, ketika dia masih muda, ada banyak anak laki-laki yang mabuk dengan kecantikannya.
Tetapi dia hanya peduli dengan satu orang, yaitu Teto, dan sekarang dia bisa bersama Teto, dia sangat puas, terutama ketika dia mengetahui bahwa Teto tidak menikahi wanita lain untuk menunggunya kembali, dia sangat terharu, memutuskan bahwa Asmi harus kembali untuk mengenali ayahnya.
Postur Rani dalam menyiram bunga sangat elegan, semua mawar yang ada di taman adalah mawar yang disukai Rani, dan warnanya bermacam-macam, musim ini adalah musim bunga mawar yang sedang bermekaran, dari kejauhan, tampak mawar bermekar dengan berbagai warna.
Dan wajah Rani juga merupakan salah satu mawar yang indah. “Rani.” Rani tidak perlu melihat ke belakang untuk mengetahui siapa yang memanggilnya, hanya ada satu orang dalam hidupnya yang akan memanggilnya seperti ini, dan itu adalah Teto.
Teto mengenakan pakaian rumah berwarna coklat, sekarang dia telah mengundurkan diri dari posisinya dan menemani Rani di rumah dengan tenang, dia merasa bahwa dia telah berutang terlalu banyak pada Rani, dia juga sudah tua dan tidak ingin meninggalkan istri dan anaknya demi mengejar karir.
Dia sekarang memiliki seorang istri yang cantik dan juga seorang putri, adakah yang lebih menyenangkan di dunia selain ini? Meskipun putranya pindah keluar dengan kemarahan, putrinya juga tidak dapat menerima orang tua yang tiba-tiba ini, tetapi Teto berpikir bahwa semua ini akan berlalu.
Cinta keluarga yang konstan pasti akan membawa putra dan putrinya kembali. Teto dan Rani merawat bunga dan tanaman di rumah setiap hari, berolahraga bersama, dan tinggal di rumah bersama, dan mereka memiliki kehidupan yang sangat bahagia.
Namun, Teto sering melihat Rani mengerutkan kening ketika dia tidak melakukan apa-apa, dia tahu bahwa Rani pasti sedang memikirkan putri mereka Asmi.
Iya, bagaimana mungkin seorang ibu tidak merindukan anaknya? Teto berpikir bahwa dia harus mengumumkan putri kandungnya ke publik secepat mungkin, agar tidak terlalu memperpanjang masalah.
“Rani , aku pikir sebaiknya kita memulai resepsi sesegera mungkin, dan mengumumkan urusan Asmi kepada media dan masyarakat, agar tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Aku tahu kamu selalu merindukannya setiap hari.” Teto berkata kepada Rani, merangkul lengannya, berbisik di telinganya.
Rani merasa panas dihatinya, orang yang paling mengenalnya adalah Teto, dua puluh tahun yang lalu, jika dia tidak asal menebak dan tidak mempercayai Teto, itu tidak akan menjadi hasil seperti hari ini.
Air mata mengalir dari sudut mata Rani, “Rani , kamu menyesalinya lagi?” Teto mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka muka Rani.
Dia memeluk Rani lebih erat lagi, "Tidak ada hal yang mulus dalam hidup, dan kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok. Jika itu aku, aku juga akan melakukannya seperti kamu, itu semua salahku, aku yang membuat kamu memiliki kesalahpahaman yang mendalam, dan juga putri kita yang memiliki keluarga tetapi tidak ingin kembali. " Teto berusaha keras untuk menemukan alasannya sendiri, berharap ini akan membuat hidup semua orang lebih baik.
“Teto, berhenti berbicara, kita semua mengerti bahwa kebahagiaan bersama sekarang sangat sulit didapat, kita harus lebih menghargainya sekarang, masalah dulu, biarkan dia berlalu saja.” Rani akhirnya merasa bahwa dia dan Teto tidak perlu hidup dalam kesusahan sebelumnya lagi.
Melihat mawar yang mekar penuh di hadapannya, Rani tiba-tiba merasa bahwa hidup itu sangat indah, memiliki seorang suami yang mencintainya, dan telah menemukan putrinya yang telah hilang selama bertahun-tahun, apa lagi yang dibutuhkan dalam hidup? Dia berharap bisa menukar ketulusannya dengan pengertian putrinya.
“Nyonya, Nona sudah sampai.” Tangan Rani yang sedang memegang cerek tertegun, Asmi sudah datang, dia meletakkan cerek di tangannya dan berjalan menuju pintu.
Rumah yang mereka tinggali adalah sebuah vila dengan halaman yang luas, berjalan melalui halaman, Rani melihat Asmi yang pucat.
“Asmi, ada apa denganmu, apakah kamu sakit?” Rani meraih tangan Asmi dan menemukan bahwa tangan Asmi sangat dingin, di pertengahan musim panas ini, sangat jarang ada tangan orang yang begitu dingin.
“Asmi, apakah kamu tidak enak badan baru-baru ini? Aku ingat terakhir kali tanganmu juga sangat dingin, apakah kamu tidak minum tonik penghangat yang aku berikan padamu?” Rani memandang putrinya dengan cemas, meskipun Asmi berpakaian sangat sederhana, tetapi masih bisa dilihat bahwa dia sangat mirip dengan Rani.
Kulitnya sangat putih, tetapi keputihan Asmi terlihat agak pucat, dan meskipun Rani lebih tua, tetapi kulitnya tampak sangat putih, cantik dan sehat yang kemerahan.
“Aku tidak meminumnya.” Asmi menjawab dengan lemah, dia masih tidak tahu bagaimana menghadapi orang-orang yang berhubungan dengannya tetapi dengan kejam meninggalkannya.
"Anak bodoh, apakah kamu tidak punya waktu? Jika kamu tidak punya waktu, pindah kembali dan tinggallah denganku, aku akan menyiapkan semua untukmu setiap hari agar tidak menunda waktumu, tahukah kamu? Ibu sangat mengkhawatirkanmu.” Rani dengan lembut meraih tangan Asmi.
Satu bermarga 蒋 dan satu lagi bermarga Sumirah, cara berbicara mereka hampir sama, sepertinya ini juga seharusnya sebuah takdir.
“Tidak apa-apa, aku mungkin terlalu lelah akhir-akhir ini, dan mungkin aku akan menjadi lebih baik ketika aku beradaptasi dengan kehidupan perusahaan.” Meskipun Asmi tidak pernah memanggil Rani ibu, tetapi dia tetap tidak ingin Rani khawatir.
“Asmi, apakah kamu masih membenci ibu?” Rani menarik tangan Asmi ke dalam vila dan duduk di ruang tamu, Rani terus memegang tangan Asmi.
Asmi juga tidak menolak, dia tahu bahwa ibunya mencintai dirinya, tetapi dia belum bisa menerima kenyataan ini.
Mengapa dia tidak merindukan ibunya? Pada saat itu, ibu angkat tidak merahasiakan dirinya, dia pernah memperingatkan Asmi bahwa tidak peduli kapan dia bertemu dengan ibu kandungnya, dia tidak boleh memiliki rasa kesal, seorang ibu yang dapat melahirkan anak adalah orang yang hebat, dia meninggalkan anak tersebut, pasti dengan harapan anaknya dapat hidup lebih baik dairnya.
Jadi, sejak saat itu, Asmi sama sekali tidak bermaksud untuk membenci ibu kandungnya sendiri, tetapi sampai ketika dia bertemu dengan Rani, meskipun tidak ada kebencian, tetapi, masih ada beberapa celah di hatinya.
Dalam dua puluh tahun lebih, hati seseorang sulit untuk diubah, dia harus mengalami proses adaptasi.
Asmi mendengar bahwa ayah kandungnya Teto sedang memasak di dapur, sejak Teto dan Rani bertemu lagi, mereka berdua telah bersama dan lebih saling menyayangi, lagi pula, mereka telah berusia lebih dari lima puluh tahun, jadi mereka juga lebih tidak banyak memikirkan hal lain.
Keraguan sebelumnya dengan cepat teratasi, dan mereka berdua menjadi lebih mesra dibandingkan saat mereka masih muda.
Teto memecat semua pelayan di rumah, hanya menyisakan satu sopir, Jarwo dan istrinya yang mengikutinya, mereka telah berada di rumah Teto sejak Teto masih kecil, dan Teto juga tidak memecat mereka.
“Asmi, ayahmu ingin mengembalikan identitasmu secepat mungkin, menurutmu gimana? Jika menurutmu tidak apa-apa, kami akan segera mengadakan konferensi pers.” Rani mencoba bertanya pada putrinya, nadanya sangat lambat dan sangat ringan.
“Tidak,” Asmi langsung menolak, dia sedikit bergairah, suaranya agak keras, “Aku masih belum memikirkannya.” Suara Asmi melemah lagi.
"Asmi, apakah kamu masih memiliki kekhawatiran? Jika kamu adalah putri kami, kamu tidak perlu bekerja terlalu keras sebagai sekretaris presiden lagi, kami melakukan ini juga karena kami melihat kamu telah bekerja sangat keras." Rani berkata dengan susah payah, mulai membujuk Asmi.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, aku pasti akan kembali ketika saatnya untuk kembali ke rumah Fajar, hanya saja ini belum waktunya, aku masih belum bisa menerima kenyataan ini, tahukah kamu? Aku sangat tertekan sekarang, aku merasa bersalah pada orang tua angkat yang meninggal.”Air mata Asmi membasahi pipinya.
"Baik, Asmi, ayahmu dan aku tidak akan memaksamu, ketika kamu sudah memikirkannya, kamu bisa memberitahuku kapan saja, aku tidak akan memaksamu melakukan apapun, tetapi kamu harus berjanji pada ibu bahwa kamu harus mencintai dirimu sendiri dan menjaga kesehatanmu.” Rani juga mulai menangis, dan ibu serta putrinya menangis dengan getir.
Novel Terkait
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeUnplanned Marriage
MargeryMy Tough Bodyguard
Crystal SongPria Misteriusku
LylyDon't say goodbye
Dessy PutriMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Superhero
JessiAdieu
Shi QiAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya