Asisten Wanita Ndeso - Bab 53 Tidak menarik
Asmi tidak menyangka, ini adalah hari terakhir ia berada di Korea, ia hanya memiliki 3 hari perjalanan bisnis di Korea, diawal dan diakhir, seketika hanya satu hari yang tersisa, dan juga hari ini masih harus menemani Fredo makan, didalam hati Asmi berencana, malam ini ia pasti harus keluar sekali, meskipun hanya berjalan kesana kemari di jalanan Korea, juga membuat kedatangannya di Korea ini menjadi tidak sia-sia
Asmi tidak mengerti pelayan itu sedang berkata apa, ia hanya mendengar Fredo menggunakan Bahasa Korea berkomunikasi dengan lancar dengan si pelayan, pelayan itu mengenakan baju tradisional Korea Hanbok, yang disebut dengan Hanbok sebenarnya berasal dari China, hanya saja turun-menurun di Korea, hingga hari ini, dibeberapa hari besar, para pria wanita orang tua maupun anak-anak pasti akan mengenakan baju Hanbok ini, sedangkan di China malah tidak ada tradisi ini.
Asmi merasa orang dimasa lampau mereka dalam hal melestarikan budaya dan tradisi sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Korea, pantas saja orang-orang ingin mengajukan Dragon boat festival sebagai warisan dunia, itu adalah hari perayaan tradisional China, semua orang China tahu, Dragon Boat Festival ini adalah untuk memperingati Qu Yuan.
Asmi dengan sedikit terkejut melihat Fredo yang memesan makanan, Bahasa Koreanya benar-benar sangat lancar, meskipun Asmi tidak mengerti, tetapi melalui pengalamannya melihat Korean drama selama bertahun-tahun, ia merasa suara Fredo benar-benar enak didengar.
Setelah Fredo selesai memesan makan, ia dengan perasaan sedikit puas melihat sekilas kearah Asmi, Bahasa Koreanya itu dilatihnya setelah ia menjadi direktur, perusahaan memiliki banyak sekali hubungan dengan Korea, jika mencari seseorang khusus untuk menjadi translator, Fredo selalu merasa sang penerjemah itu tidak bisa menyampaikan ide yang sebenarnya dengan pemilihan kalimat yang tepat, karena itu, ia sendiripun belajar Bahasa Korea, sekarang menggunakan Bahasa Korea untuk berkomunikasi bukanlah menjadi masalah.
Setiap tahun harus ke Korea beberapa kali, ini juga membuat kemampuan berbahasa Koreanya semakin kuat dan semakin lancar.
“Direktur, anda hebat sekali, saya tidak menyangka anda juga bisa berbahasa Korea.” Asmi mentap Fredo lurus, didalam hatinya penuh dengan rasa memuja, seperti seorang anak kecil yang memuja idolanya, karena Asmi juga pernah mencoba belajar Bahasa Korea, dan juga ia merasa dirinya telah menonton begitu banyaknya drama Korea, pasti mudah untuk mempelajarinya, tidak disangka, ternyata dirinya menghadapi begitu banyaknya kesulitan.
“Hm.” Fredo seperti tertawa tetapi seperti meremehkan juga, yang pasti Asmi merasa Fredo bangga dengan dirinya sendiri, “Hal ini bagiku adalah hal yang mudah, tidak seperti seseorang yang setiap hari menonton drama Korea tetapi tidak bisa mempelajarinya.” Fredo tertawa sekilas akan hal ini, ia sepertinya mendengar Asmi dan Adda membicarakan pengalamannya menonton drama itu.
“Eh.” Asmi sedikit terkejut, Fredo bagaimana bisa tahu dirinya suka menonton drama Korea? Apakah pembicaraannya dengan Adda terdengar olehnya? Asmi juga tidak begitu mempedulikannya, dengar ya sudah, dirinya menyukai drama Korea ini adalah kenyataan.
“Sekretarisku tidak bisa Bahasa Korea dan kualifikasinya juga begitu buruknya, tentu saja aku sebagai direktur ini harus turun tangan sendiri.” Mata Fredo menujukkan sorotan mata yang meremehkan, tetapi Asmi hari ini benar-benar membuat matanya bercahaya, “Wanita tercantik”, otak Fredo tiba-tiba teringat akan puisi ini.
Asmi yang ada didepan matanya ini seperti seorang bidadari yang jatuh kedalam bumi, rambut hitam panjangnya yang bercahaya, dress sifon nya yang berwarna hijau, juga mata dengan bulu mata hitamnya yang berkedip-kedip. Fredo secara tidak sadar telah mabuk didalamnya, ia bahkan sedikit tertegun.
Asmi tidak menyadarinya, ia hanya perhatian melihat menu makanan, Fredo mentraktirnya makan, ini adalah pertama kalinya, ia sendiri merasa sedikit terkejut, karena itu, ia membawa menu makanan itu untuk menutupi rasa gugupnya. Sebenarnya, hatinya sekarang sedang berputar-putar, seolah-olah seperti ada seekor kelinci yang sedang melompat-lompat didalam hatinya.
Tidak lama kemudian, pelayan datang untuk menghidangkan peralatan makan, ini berbeda dengan peralatan makanan di China yang berwarna putih tak berubah, ini perlatan berwarna hitam dan terlihat sedikit kuno, Fredo dengan alami mengangkat teko dan menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, air didalam teko itu sebenarnya adalah teh gandum, didalam restoran tradisional Korea, seluruhnya menggunakan teh ini.
Asmi melihat pelayan yang menyajikan makanan untuk mereka, ia dan Fredo tidak berbicara, mereka berdua dalam diam bersama-sama mengangkat sumpitnya.
Ikan panggang ala korea, masih ada juga daging babi bakar ala Korea, kemudian seporsi teobokki pedas, pancake kimchi, seporsi Kimbab Tuna, dan juga sebuah sup, Asmi masih belum bisa memastikan sup apa ini, tetapi sepertinya agak mirip dengan sup rumput laut.
Sup rumput laut adalah sup yang diminum biasanya saat perayaan ulang tahun seperti itu, Asmi kebetulan menyukai sup miso yang memiliki rasa bervariasi. Dan juga pancake kimchi, serta bumbu celup di makanan Korea.
Asmi merasa air liurnya bahkan sepertinya akan segera mengalir keluar, Fredo masih memesan satu set menu, dimana setiap orangnya mendapatkan sepiring kecil makanan seperti itu, didalamnya juga mendapatkan 1 nasi tiap orangnya, dan juga ada beberapa hidangan dingin, semuanya adalah yang sering terlihat didalaam drama Korea.
Melihat ini semua, Asmi menjadi lebih lapar, melihat Fredo yang belum menggerakan sumpitnya, ia pun tidak enak untuk memulai terlebih dahulu.
“Hari ini adalah hari ulang tahunku, tetapi aku tidak memiliki seseorang untuk menemaniku melewatinya.” Fredo menundukkan kepalanya, ia terlihat membicarakannya dengan santai, tetapi Asmi malah didalamnya mendengar sedikit rasa pahit.
Apakah, direktur utama Teto Fajar tidak pernah merayakan ulang tahun untuk Fredo? Kenapa Asmi melihat wajah sedih Fredo? Asmi sangat tidak mengerti, “Direktur, jika kamu berada di China, nona Anisa Lim pasti akan merayakannya untukmu.” Asmi tidak mengerti bagaimana dirinya bisa menahan nama Anisa Lim dan Fredo bersama-sama.
Karena ini adalah ulang tahun Fredo, kenapa ia memilih dirinya untuk menemaninya makan? Asmi merasa hatinya cukup panas, Fredo akhirnya memandang dirinya? Ia tidak benci lagi padaku? Asmi lagi dan lagi bertanya pada dirinya sendiri, didalam hatinya terasa manis seperti madu.
Sebuah halo merah mendarat diwajah putih bersih Asmi, dress nya yang hijau itu membuatnya semakin putih, wajahnya yang merah pun membuatnya terlihat lebih cantik memukau. Fredo dengan bodoh melihat Asmi, ia tidak pernah menemukan Asmi begitu menawan, termasuk pesta kemarin malam, Asmi tidak senyata saat ini yang membuatnya bisa mencapainya.
Makanan Korea seluruhnya sejenis makanan dengan rasa yang sedikit hambar, Asmi yang memakannya merasa jauh labih segar, rasa berminyak beberapa hari ini seketika tersapu habis, ia makan dengan lahap, juga tidak peduli seberapa jeleknya dirinya saat sedang makan, yang terpenting untuk saat ini adalah memenuhi perutnya.
“Benar-benar tidak pernah melihat dunia luar.” Fredo mulanya sedang menikmati, kemudian saat melihat rupa Asmi makan, seketika ia membencinya, setiap kali pandangannya terhadap Asmi akan berubah, ia selalu lagi dan lagi membuat Fredo kembali kepada titik dasar, kemudian tidak dapat bangkit kembali.
“Aku memang tidak pernah melihat dunia luar, ini adalah pertama kalinya aku keluar jauh dari rumah, pertama kalinya keluar negeri, aku memang adalah nenek Liu di dalam taman, kenapa?” Asmi baru pertama kalinya membalas perkataan Fredo, dulu ia selalu mendengarkan perkataan Fredo.
Sekarang jarak diantaranya dan Fredo sudah semakin dekat, ia juga tidak begitu takutnya terhadap Fredo, malah mulai bersandiwara dengannya.
“En,” Fredo menilai-nilai Asmi dari atas ke bawah, tiba-tiba teringat akan cara berbusana Asmi yang dulu, memang mirip dengan nenek Liu didalam taman, tiba-tiba ia tertawa, tidak disangkanya Asmi ternyata adalah seseorang yang memiliki jiwa humor. “Seperti perkataanmu memang cukup mirip, saat itu jika sedang mengambil gambar (Ruangan Merah*novel) kamu mendaftarkan dirimu, kamu pasti akan terpilih sebagai nenek Liu, tidak menutup kemungkinan juga kamu akan terkenal dan menjadi sukses kan?”
“Daripada berada di Perusahaan Marini mungkin akan jauh lebih baik, iya kan?” jari-jemari Fredo yang memegang sumpit sedikit bergetar, ia melihat Asmi dan sedikit terkejut, ia jarang sekali melihat senyuman Asmi.
Jelas-jelas ia melihat Asmi yang berbicara dengan orang lain itu pun tertawa, terutama saat dengan Tanu, tetapi saat ia muncul, senyuman diwajah Asmi seketika membeku, wajah yang awalnya terlihat cerah itu seketika menjadi gelap.
“Apa yang tidak bagus dari nenek Liu.” Mulut kecil Asmi cemberut, ia sangat menyukai nenek Liu, “Aku sangat suka dengannya, jika tidak ada balas budi dari nenek Liu, bukankah kekayaan wanita itu akan menjadi debu?” Asmi membantah Fredo, ia adalah fans sejati dari nenek Liu, secara keseluruhan dari karya itu, ia merasa nenek Liu adalah orang yang sangat tulus menunjukkan perasaannya.
“Iya, wanita tidak tahan dengan kekasaran sepertimu ini yang pasti akan menyukai nenek Liu, aku tidak ingin berdebat denganmu, aku mau makan, bahkan untuk makan saja juga tidak bisa tenang.” Fredo tidak ingin membicarakan permasalah (Ruangan Merah), ia tidak suka melihatnya, malah disaat kuliah, teman baik Tanu setiap hari melihatnya, bahkan setiap hari menceritakan kepadanya semua orang yang ada didalam novel itu.
Saat itu ia berusia kepala 2, apalagi sekarang, ia lebih tidak dapat mendengarkan hal ini, apalagi membicarakan hal ini dengan seorang wanita, bahkan 3 hari 3 malam mungkin tidak akan cukup.
Karena itu, ia dengan segera mengalihkan topik pembicaraan ini, mungkin nantinya ia tidak akan memiliki kesempatan untuk membicarakan hal ini lagi, ia memperkirakan hari-hari damainya bersama Asmi sudah akan habis.
Ayahnya pasti memiliki alasannya sendiri masih belum mengumumkan hal ini, jika suatu saat hal mengenai Asmi adalah putri dari Teto Fajar sudah diumumkan, maka urusan umum perusahaan apakah akan diberikan kepada Asmi juga, apakah Asmi akan masuk kedalam tingkatan management perusahaan?
Ini adalah hal yang paling dikuatirkan oleh Fredo, jika Asmi benar-benar adalah putri ayahnya, Fredo merasa ayahnya sangat bersalah kepada ibunya, ini adalah hal yang paling tidak bisa dimaafkan oleh Fredo.
Ia merasa ayahnya telah mengkhianati ibunya, ibunya sendiri meninggal begitu awal, Fredo saat itu masih tidak dapat mengingat segalanya, ia sendiri merasa apakah sebenarnya ibunya meninggal karena depresi dari pengkhianatan dari ayahnya?
Fredo yang teringat akan hal ini membuatnya tidak memiliki wajah yang bagus untuk ditunjukkan kepada Asmi, seorang diri mulai makan, tidak mengucapkan sepatah katapun, hanya makan.
Sebuah rasa keraguan muncul, jelas-jelas tadi masih terdapat senyuman diwajahnya, kenapa dalam waktu satu menit langsung menjadi seperti ini.
Asmi berkali-kali berpikir dan merasa Fredo sedikit bertentangan, tetapi ia tidak tahu sebenarnya apa yang dipikirkan Fredo didalam hatinya, jika ia mengetahuinya, ia pasti akan menghilangkan kabut gelap yang ada dihati Fredoitu. Tetapi, Fredotidak mengatakannya, Asmi selalu tidak berani membuka mulut untuk bertanya terlebih dahulu.
Ia selalu merasa Fredo yang seperti ini, pasti ada hubungannya dengan dirinya.
Acara makan ini, sangat membuat beban, suasana hati Asmi yang mulanya sangat baik seketika dikagetkan dengan wajah gelap Fredo, ia tidak lagi memiliki semangat untuk mencicipi kenikmatan makan Korea yang telah ia impikan, ia hanya dapat merasakan setiap suapan itu terasa hambar.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya