Asisten Wanita Ndeso - Bab 95 Pulang Rumah
Di kota yang terletak di bagian selatan ini, musim gugur sangat indah, dan matahari bersinar dengan sangat terang, ketika Asmi masih kecil, ibunya selalu berkata "Macan Musim Gugur".
Matahari musim gugur adalah yang paling kuat, Asmi bangun pagi-pagi dan melihat bahwa Jojo masih tidur, gerakannya menjadi sangat lembut, sejak kembali ke sini, Jojo sepertinya menjadi lebih patuh dan bijaksana, jika Asmi ada urusan dan ingin keluar, Jojo akan membiarkannya pergi, seolah-olah dia telah menjadi pria kecil.
Tadi malam, Jojo masih berkata kepada Asmi bahwa dia akan melindungi mama di masa depan, dan membuat Asmi menangis dengan terharu.
Ya, keputusan paling tidak disesalkan yang telah dibuat oleh Asmi dalam beberapa tahun terakhir adalah melahirkan Jojo, anak yang membiarkan dirinya membayar semua untuknya.
Jojo yang meletakkan kedua tangannya di wajah ketika sedang tidur, benar-benar sangat imut, bagaimana reaksi yang akan dimiliki Fredo jika dia melihat Jojo seperti ini? Asmi tidak berani berpikir, karena dia telah kembali, maka dia harus menghadapinya, tidak peduli apa itu, dia harus menghadapinya dengan tenang.
Setelah mandi, Asmi mengenakan kemeja chiffon dengan lengan pendek yang berwarna putih dan rok selutut yang berwarna hitam, Asmi tidak berdandan, hari ini dia akan membawa Jojo ke kuburan orang tua angkatnya.
Dia dengan intim menepuk pantat kecil Jojo, pantat Jojo sangat lembut, ketika Jojo masih sangat kecil, Asmi selalu suka menyentuh pantat kecilnya.
“Jojo, ayo bangun, coba kamu lihat, matahari sudah bersinar dengan terang." Asmi melihat Jojo perlahan membuka matanya, kemudian menutupnya lagi dan berbalik ke lawan arah, mungkin sinar matahari terlalu terang, dan Asmi dengan lembut menepuk punggung Jojo.
“Ayo bangunlah, Mama akan membawamu pergi bermain hari ini.” Asmi selalu menggunakan nada anak-anak ketika berbicara dengan Jojo, ketika Jojo mendengar bahwa mama akan membawanya keluar untuk bermain, dia segera bangun dari tempat tidur.
Dia mengusap matanya yang mengantuk dan bertanya dengan suara kekanak-kanakan: “Mama mau bawa Jojo ke mana?” Jojo sudah berusia tiga tahun, dan kemampuan untuk berbicaranya sangat kuat, ketika anak lain masih mengucapkan per kata, dia sudah bisa mengucapkan seluruh kalimat.
Dia sudah bisa mengobrol dengan orang dewasa, dan dia tahu semuanya di otaknya yang kecil.
“Mama akan membawamu berjalan-jalan di sini sebentar, kemudian pergi melihat kakek dan nenek, oke?” Asmi melihat Jojo sudah melompat di atas tempat tidur dengan gembira.
“Sudah, jangan melompat lagi, bolehkah kamu melompat setelah Mama selesai mengenakan pakaian untukmu?” Jojo adalah anak yang aktif, meskipun dia sedang berpakaian, tetapi dia juga akan membuat orang dewasa sibuk.
Setelah semuanya sudah beres, Asmi membawa Jojo keluar, sejak menghadiri pernikahan Sasa hari itu, Jojo pada dasarnya tidak pernah keluar lagi, dia menghabiskan sepanjang hari dengan asisten Asmi, Gian di kamar hotel, membangun balok bangunan dan bermain permainan, itu sangat membosankan.
Asmi telah berkata pada Andro, hari ini dia akan pergi ke kuburan orang tua angkatnya, dia ingin membawa Jojo pergi dan tidak perlu Andro menemaninya.
Andro melihat bahwa Asmi sangat tegas, sehingga dia tidak menyebutkan masalah tentang menemani Asmi lagi, dia tahu bahwa masih ada jarak antara dia dan Asmi, dia selalu menunggu, menunggu kapan Asmi bisa sepenuhnya membuka hatinya.
Asmi membawa Jojo makan di luar hotel, dia ingin makan sarapan dari kampungnya, sup bihun darah bebek, bihun gulung kukus, dan somay, semua ini membuatnya tidak bisa tidur dalam beberapa hari ini, dia selalu berpikir untuk memakan ini setiap hari.
Hari ini, dia membawa Jojo pergi sarapan terlebih dahulu, kemudian pergi ke tempat pemakaman orang tua angkatnya.
Setelah berjalan keluar dari hotel, Asmi memanggil taksi, sudah tiga tahun, dan dia sudah melupakan beberapa nama tempat makan, dia mau pergi ke tempat tinggal orang tua angkatnya terlebih dahulu untuk melihat bagaimana kondisi rumah tua tersebut, dan di dekat sana ada menjual pangsit favoritnya.
Pangsit di sana lebih besar dan dagingnya sangat segar, dia ingat bahwa toko itu sudah ada sejak dia masih sangat kecil, tapi dia tidak tahu apakah sekarang masih ada.
Hotel tidak terlalu jauh dari rumah orang tua angkatnya, rumah orang tua Asmi terletak di tempat terpencil di pusat kota, di belakang sekelompok bangunan bertingkat tinggi, bangunan tempat tinggal yang tua masih berdiri di sana, mata Asmi sedikit basah, dan tangannya yang menggandeng Jojo sedikit gemetaran.
Rumah tersebut masih ada, dan di dalam tasnya ada kunci rumah, dia selalu menyimpan kunci tersebut di dalam tasnya, ke mana pun dia pergi, dia pasti akan membawa kunci itu
Di tempat dirinya tinggal selama 25 tahun, ada terlalu banyak tawa dan kenangan.
Asmi membawa Jojo berkeliling di perumahan, tidak ada yang bisa mengenalinya, siapa wanita cantik dan modis ini, para tetangga telah melupakan penampilan Asmi, meskipun mereka tidak lupa, yang mereka ingat juga merupakan Asmi yang tidak berubah selama sepuluh tahun, sepertinya tidak ada yang menghubungkan wanita anggun di depannya ini dengan Asmi.
Di bawah tatapan para tetangga yang lewat, Asmi berhenti di depan rumahnya, lebih tepatnya adalah rumah orang tua angkatnya, dia dengan gemetar mengeluarkan sekumpulan kunci dari tasnya, dan memasukkannya ke dalam lubang kunci.
Mungkin karena sudah lama tidak digunakan, setelah Asmi mencoba beberapa kali, dia masih saja tidak bisa membukanya, ketika dia akan menyerah, dia mendengar suara "Phak" dan pintu terbuka.
“Mama, ini rumah siapa? Apakah ini adalah rumah kita di masa depan?” ketika Jojo melihat ibunya membuka pintu, dia bertanya dengan penasaran.
Asmi perlahan menyentuh kepala Jojo dan tersenyum, “Ini dulunya adalah rumah Mama, ayo kita masuk dan melihat-lihat?” Asmi menarik Jojo dan memasuki rumah.
Tidak ada yang berubah di dalam rumah, semuanya masih sama seperti ketika Asmi pergi, foto orang tua angkat yang tergantung di dinding masih menatapnya dan tersenyum, Asmi mengeluarkan dupa dari lemari di bawah, sepertinya masih bisa digunakan, tetapi korek api sepertinya sudah rusak.
Asmi hanya bisa memasukkan dupa yang tidak menyala ke dalam pembakar dupa, kemudian menyentuh debu tebal pada lemari, seolah-olah dia baru pergi kemarin, dan masih sangat familiar.
“Mama, di sini sangat kotor, sebelumnya Mama tidak suka menjaga kebersihan.” Kata-kata Jojo yang kekanak-kanakan membuat suasana hati Asmi menjadi sangat bahagia, Asmi berjongkok, “Bukan karena Mama tidak suka menjaga kebersihan, tapi karena sudah tidak ada yang tinggal di sini untuk waktu yang lama, Mama dulu sekali pernah tinggal di sini, apakah kamu mengerti?” Asmi tahu bahwa kalimat yang begitu panjang akan membuat Jojo bingung, tapi dia masih mengucapkan kata-kata ini kepada Jojo.
“Mama, aku mengerti, apakah yang di dalam foto adalah kakek dan nenek?” Jojo menunjuk ke foto di dinding dan bertanya pada Asmi.
Asmi sedang menatap foto dengan linglung, ketika Jojo berkata seperti ini, dia tiba-tiba teringat sesuatu, dia menarik Jojo ke sisinya, membungkuk dengan tulus di depan foto dan berkata, "Papa, Mama, aku Asmi, aku telah kembali, maafkan aku karena tidak datang melihat kalian untuk waktu yang lama, ini adalah cucu kalian, namanya Jojo, dia sangat imut, benar? "Asmi perlahan menangis, tetapi dia tidak mengeluarkan suara, karena dia khawatir Jojo akan ketakutan.
Setelah berjalan-jalan di dalam rumah, Jojo berteriak bahwa dia lapar dan ingin makan, Asmi dengan enggan mengunci pintu rumah dan membawa Jojo ke tempat dia biasa makan sarapan.
Ada banyak tempat di gang tua yang tidak berubah, toko bubur itu masih ada, bubur nasi putihnya adalah favorit Asmi, dan toko pangsit itu juga masih ada, dan sudah tidak banyak orang yang makan pada saat ini.
Asmi membiarkan Jojo duduk dan memesan dua mangkuk pangsit.
“Mama, apa itu pangsit?” Meskipun Jojo juga suka makan masakan Cina di Inggris, tetapi pangsit di sana disebut wonton, sehingga dia tidak tahu apa itu pangsit.
“Pangsit adalah makanan favorit Mama ketika masa kecil, nanti Jojo mencoba apakah makanannya enak atau tidak.” Asmi tersenyum dan menatap Jojo yang imut, cinta di dalam hatinya tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Kebahagiaan yang dibawa anak-anak kepada orang dewasa sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Sejak Jojo datang ke dunia, dia telah memberikan banyak kebahagiaan kepada Asmi yang sudah putus asa, melihat perubahan Jojo hari demi hari, melihat pertumbuhan Jojo dari hari ke hari, dan juga kejutan yang diberikan Jojo kepadanya, Asmi akhirnya mengerti betapa bahagianya menjadi seorang ibu.
Terutama pada hari-hari ketika Jojo sedang belajar berbicara, ketika Jojo memanggilnya mama, dia benar-benar sangat bersemangat.
Pangsit telah dihidangkan, tetapi masih sangat panas. Asmi mengambil satu pangsit dengan sendok kecil dan meletakkannya di mulut, kemudian meniupnya, dia sudah merupakan ibu yang teliti, selama itu adalah masalah anak, dia akan melakukannya dengan hati-hati, setelah dia merasa pangsit sudah tidak terlalu panas, dia memasukkannya ke dalam mulut Jojo.
“Mama, aku bisa makan sendiri, Jojo makan sendiri di TK.” Jojo melihat penampilan ibunya dan ingin ibunya melihat bagaimana dia makan sendiri.
“Jojo, apakah kamu yakin bisa? ”Asmi hanya pernah melihat Jojo makan nasi sendiri, dan nasinya berserakan di mana-mana, ini adalah pertama kalinya Jojo makan makanan panas seperti pangsit.
Namun, untuk melatih Jojo, Asmi memberi Jojo sendoknya, “Jojo, ingat, kamu harus mendinginkan pangsit sebelum makan.” Asmi masih sedikit khawatir.
"Aku tahu, Mama, kalau tidak lidahku akan panas." Jojo berkata, Jojo belajar di TK yang dikelola oleh orang Cina, semua anak di TK tersebut adalah anak orang Cina dan berbicara bahasa Mandarin.
Asmi tidak ingin Jojo hanya belajar bahasa Inggris sejak kecil, dia sendiri memiliki pengalaman seperti ini, setelah belajar bahasa Inggris lebih dari sepuluh tahun, pada akhirnya juga tidak berguna, dan sangat lelah dalam proses pembelajarannya.
Asmi melihat bahwa ternyata dirinya telah merendahkan kemampuan Jojo, Jojo dengan terampil mengambil pangsit dari mangkuk, kemudian meletakkan di depan mulutnya dan meniupnya dengan kuat, sampai dia merasa sudah tidak terlalu panas, baru dia memasukkannya ke dalam mulut, meskipun makannya agak lambat, tetapi Asmi sudah sangat puas.
Terkadang, memang harus melepaskan tangan pada masalah anak, tidak boleh melakukan semuanya untuk anak, hal ini dapat memperlambat pertumbuhan anak.
Asmi sangat bahagia melihat Jojo yang makan pangsit dengan senang hati, dan dia juga mulai makan, rasanya masih sama seperti rasa yang dia makan ketika masih kecil, hal ini membuatnya merasa bahwa dia benar-benar telah kembali, dan tidak lagi memiliki perasaan seperti sedang mengambang dan tidak berdaya.
Novel Terkait
Cinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaIstri kontrakku
RasudinAku bukan menantu sampah
Stiw boyCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinMi Amor
TakashiIstri ke-7
Sweety GirlAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya