Asisten Wanita Ndeso - Bab 62 Cinta Asmi Sumirah

Villa Keluarga Fajar yang berada di pegunungan kembali tenang seperti semula, Asmi duduk di sofa bergaya Eropa, mulai bercerita pada orang tuanya, “Kejadiannya bermula 10 tahun lalu, aku dan Fredo berada di sebuah sekolah menengah, orangtua asuhku selalu memberikan pendidikan terbaik, mereka memasukkanku ke sebuah sekolah menengah terbaik di kota, disana aku mengenal teman baik bernama Sasa, hanya dia yang tidak merendahkan aku yang datang dari keluarga biasa.”

“Sekolah itu memiliki permintaan yang tinggi terhadap murid mereka, bukan hanya kualitas pelajaran yang bagus, bahkan biayanya juga sangat tinggi, banyak anak yang belajar dengan baik namun tidak bisa masuk sekolah itu karena biayanya yang mahal. Tapi, orangtua asuhku bekerja sangat keras agar aku bisa mendapatkan pendidikan terbaik dan masuk sekolah itu.”

“Ketika itu aku berpakaian begitu sederhana, bahkan terlihat cukup lusuh, ada beberapa murid laki-laki yang suka menggangguku, dan setiap kalinya selalu Sasa yang maju dan mengusir murid-murid itu, namun suatu hari, aku tidak sengaja menginjak sepatu seorang anak laki-laki, dia mempersulitku, ucapannya juga sangat tidak enak didengar, bahkan menyuruhku membersihkan sepatunya dengan lengan bajuku sampai bersih.” Ketika Asmi mengingat kenangan itu rasanya begitu indah, ada senyum tenang yang menghiasi wajahnya.

“Ketika itu aku sangat marah, aku tidak sengaja, juga karena tidak hati-hati, namun dia sama sekali tidak ingin mendengarkan penjelasanku, dan disaat ini muncul seorang anak laki-laki, aku tidak tahu namanya, dialah yang membantuku, dia menakuti anak laki-laki itu, kepalan yang dia tunjukkan terlihat begitu kuat wajahnya begitu bersinar. Namun, tanpa mengatakan apapun dia langsung pergi.”

“Sejak saat itu aku langsung terkesima olehnya, aku berusaha keras mencaritahu namanya, dia adalah Fredo, sejak saat itu, aku tidak pernah melupakan nama itu sekalipun, aku seolah merasa aku hidup untuknya, setiap hari di sekolah, asalkan bisa melihatnya sejenak, aku akan langsung merasa penuh energy, saat pelajaran juga menjadi begitu fokus. Ketika mendengar Fredo mendapat peringkat satu di sekolah, aku juga berusaha keras untuk bisa giat belajar, hanya agar jarakku dan dia bisa sedikit lebih dekat.”

“Ada lagi, aku terus mempertahankan bentuk rambut seperti pertama kali bertemu dengan Fredo, itu agar aku bisa terus mempertahankan perasaan nyata yang sudah kuyakini selama beberapa tahun ini.” Asmi dalam sekejap mengatakan begitu banyak hal, entah orangtuanya paham apa yang ia pikirkan atau tidak.

Dia menceritakan tentang dirinya, karena tidak ingin merebut apa yang dimiliki oleh Fredo, dia begitu mencintai Fredo, tidak perduli dia tahu atau tidak, benih cinta itu sudah tertanam didalam hatinya sejak10 tahun lalu, bahkan sudah tumbuh ada sejak awal, sekarang sudah tumbuh mnjadi sebatang pohon yang besar.

“Asmi, aku sungguh tidak menyangka kamu mengalami semua itu, dandanan yang begitu buruk dulu sudah membuatku meremehkanmu. Aku pikir kamu seperti itu karena sengaja ingin mendekati Dodo ?” akhirnya Teto menemukan jawaban dari teka teki selama ini.

Itu membuatnya semakin kagum pada Asmi, ternyata putrinya tidak berbeda jauh dengan dirinya, begitu teguh dalam hal percintaan.

“Asmi, aku sudah mengerti, kamu tidak ingin merebut apapun dari Dodo, namun ini semua memang seharusnya kamu miliki.” Teto melihat wajah Asmi yang begitu teguh langsung tahu, tidak perduli apapun yang ia katakan Asmi tetap tidak akan menerimanya.

“Ayah, perusahaan begitu besar sungguh membutuhkan Fredo, aku hanya cocok menjadi seorang sekretaris, aku tidak cocok memiliki kuasa apapun, ayah biarkan aku menjadi sekretaris untuk sementara dulu. Nanti aku akan pikirkan apa yang sebenarnya aku inginkan.” Asmi sudah membuat rencana untuk dirinya, mengenai posisi sekretaris ini dia juga tidak akan bertahan terlalu lama disana.

dia akan mencari sebuah tempat untuk melahirkan anaknya, dia sungguh tidak menyangka dirinya akan mengalami hal yang dialami oleh Rani ketika muda, namun paling tidak Rani mengetahui kalau Teto mencintainya, sementara Asmi tahu Fredo sama sekali tidak mencintainya.

Ini merupakan kesedihan baginya, mengapa Yang Maha Kuasa memperlakukannya seperti ini.

“Asmi, aku dan ibumu sudah paham, kami berharap kelak kamu bisa menceritakan apapun pada kami tanpa menyembunyikannya, didunia ini kami adalah satu-satunya keluargamu, percayalah pada kami, mengenai Dodo, kami akan berusaha membuatnya bisa menerimamu. Kamu jangan khawatir ya.” Teto sungguh tidak menyangka Asmi diam-diam mencintai Fredo, bahkan sudah 10 tahun.

Ini sungguh membuatnya serba salah, yang paling sulit dikendalikan oleh manusia adalah perasaan, dia tidak mungkin mengikat Fredo dengan paksa hanya karena putrinya menyukai Fredo, meskipun dipaksa, apakah Fredo akan memilih Asmi ? Ini merupakan permasalahan yang rumit.

“Ayah ibu, kalian tidak perlu mengkhawatirkan masalahku, aku hanya tidak ingin membuat Fredo menderita, aku berharap kalian bisa mengeti perasaanku.” Asmi berkata dengan tatapan memohon kearah Teto dan Rani .

“Baiklah putriku, kami mengerti, kami akan melakukan apa yang kamu katakan, namun kamu jangan terlalu memaksakan, kalau memang tidak mungkin maka menyerahlah, Tuhan selalu adil pada manusianya, kalau kamu dan Fredo tidak mungkin, pasti akan muncul pria yang jauh lebih mencintaimu.” Rani menarik Asmi kedalam pelukannya dan mengusap lembut rambutnya.

Kenapa hubungan percintaan mereka berdua bisa begitu tidak lancar, Rani merasa sedih, awalnya menemukan putrinya adalah hal yang menggembirakan, namun siapa yang menyangka didalam hati putrinya ada hubungan yang begitu rumit dengan Fredo .

Dia berharap putrinya bisa sekera berjalan keluar dari ingatan masa lalunya, jangan terus hidup dalam masa lalu, Fredo sudah memiliki Anisa, dan dia sangat membenci Asmi, Asmi sama sekali tidak memiliki harapan.

“Asmi, kamu begitu cantik, begitu hebat, pasti akan bertemu dengan orang yang kamu suka.” Rani merapikan anak rambut Asmi ke belakang telinganya, daun telinga putrinya begitu mungil dan merona, membuat orang yang melihat ingin menyayanginya.

“Asmi, kamu tenang saja, aku tidak akan membicarakan tentang dirimu yang akan mengurus perusahaan lagi, namun apakah Fredo tahu kalau kamu diam-diam menyukainya? Apakah kamu pernah memberitahunya?” Teto melihat Asmi yang terlihat sedih, dia ikut merasa sedih, ingin rasanya menggantikan Asmi menerima semua kepedihan itu.

Asmi tidak bicara, hanya menggeleng sambil menitikkan airmata, dia tidak pernah berpikir untuk memberitahu Fredo tentang ini, awalnya dia hanya berharap bisa melihat Fredo dari kejauhan saat berada di kantor, dengan begitu saja dia sudah merasa puas.

Siapa yang menyangka akan terjadi hal yang begitu kebetulan. “Asmi, hidup manusia sudah ditentukan oleh takdir, kamu bisa bertemu dengan Dodo juga adalah pengaturan takdir, mungkin saja kalian masih memiliki harapan, kita tunggu saja bagaimana takdir merubah semuanya.” Sejak Teto menikah dengan Rani, dia menjadi begitu percaya pada takdir.

Dia percaya Dodo dan Asmi dipertemukan oleh takdir pasti memiliki tujuannya sendiri, hanya saja sekarang masih belum bisa terlihat jelas.

“Asmi, aku dan ayahmu mengerti perasaanmu, kamu pindah dan tinggal bersama kami ya? Dodo pindah keluar, kamu juga tidak ada disini, aku dan ayahmu sungguh kesepian.” Rani menunjukkan ekspresi kesepian, villa yang begitu besar, selain mereka berdua hanya ada pasangan suami istri supir.

Sekarang Asmi belum memikirkan untuk pindah tinggal bersama mereka, “Ibu, kelak aku pasti akan pindah kemari, namun bukan sekarang, sekarang kau tidak ingin membuat Fredo sedih, kalau aku pulan kemari, maka semua orang akan tahu kalau aku adalah putri Keluarga Fajar, dan itu akan membuat perasaan Fredo semakin buruk. Mungkin untuk sementara waktu dia akan berpikiran terbuka. Ketika itu aku baru pindah kemari, dan saat itu masih belum telat kalau aku pindah masuk.” Asmi masih terus memikirkan Fredo .

Namun Fredo tidak pernah mengetahui niatnya, selalu saja salah paham padanya, membuatnya sedih, dan Asmi sama sekali tidak menyesal, karena mencintai seseorang adalah sesuatu yang terasa manis.

“Asmi, jangan membuat dirimu terlalu lelah, bagaimana kalau aku yang pindah untuk tinggal bersamamu untuk beberapa hari, agar aku bisa menjagamu.” Rani melihat putrinya semakin lama semakin kurus, dia sungguh tidak tenang melihatnya tinggal seorang diri, dia yakin dia pasti tidak makan dengan teratur.

“Ibu, sebaiknya kamu temani saja ayah, kalian sudah bertahun-tahun tidak bertemu, kalian harus lebih banyak saling menjaga, aku bisa menjaga diriku dengan baik, kalian tenang saja.” Asmi meletakkan tangan ayah dan ibunya mnejadi satu, lalu meletakkan tangannya diatas tangan mereka.

“Kita adalah sekeluarga, harus hidup dengan baik, menghargai setiap hari yang ada didepan kita, ayah dan ibu tenang saja, Asmi pasti akan menjaga diri dengan baik.” Asmi melihat alis Teto dan Rani yang mengkerut sudah merenggang.

Melihat ayahnya tidak lagi merasa sedih karena kejadian tadi, Asmi baru bangkit berdiri dan bersiap pergi, hanya saja hari sudah larut, entah masih ada angkutan umum atau tidak.

“Asmi, sudah begitu larut, aku suruh Budi yang mengantarmu saja, karena kamu tidak ingin tinggal disini, aku dan ayahmu juga tidak akan memaksamu.” Rani melihat Asmi tidak ada keinginan tinggal disini.

“Baiklah.” Asmi melihat jam, disaat seperti ini tidak akan mudah untuk mendapatkan kendaraan umum, dan dia ingin kembali ke rumahnya yang kecil itu.

Meskipun bersama dengan orangtuanya sekarang sangat menyenangkan, namun dia tetap tidak bisa mengubah kebiasaannya, tempat dimana dia tinggal selama 25 tahun, bagaimana mungkin dia bisa meninggalkannya dnegan semudah itu?

Budi sudah menyalakan mobil, lalu Rani membawa satu kantung besar makanan yang lezat, dia tahu biasanya Asmi makan dengan sederhana, sehingga tiap kali Asmi datang, dia akan menyiapkan banyak barang lebih awal untuk dibawa pulang oleh Asmi .

“Ibu, lain kali tidak perlu menyiapkan begitu banyak barang untukku, aku sudah besar, aku tahu harus memperhatikan diri sendiri.” Asmi merasa tidak enak hati, karena dia tidak pernah melakukan apapun untuk orangtua kandungnya.

Diluar lampu begitu gemerlap, namun hati Asmi terasa begitu kosong, Fredo tidak memahaminya membuatnya sangat sedih, lalu ada banyak hal yang tidak bisa ia ungkapkan dengan jujur, sungguh membuatnya merasa begitu murung.

Dia membuka jendela mobil, membiarkan angin malam menerpa rambutnya, angin itu terasa begitu nyaman ketika menyentuh wajah Asmi . Membuat Asmi merasa seperti Fredo yang sedang menyentuh dirinya.

“Nona, kalau sempat sering-seringlah pulang melihat-lihat, anda bisa menghubungiku untuk menjemputmu, yang paling diharapkan orangtua sekarang hanya anak mereka yang sering pulang menengok mereka, itu sama sekali tidak bisa tergantikan oleh uang dan barang apapun.” Budi yang sedang menyetir tiba-tiba berkata.

Putranya sudah pindah dan tinggal di Amerika, disana dia juga menikahi seorang wanita asal Amerika, seorang anaknya lagi ada di Hongkong dan tinggal disana, kedua anaknya sangat jarang pulang.

“Aku mengerti Paman, aku pasti akan sering pulang.” Asmi mengangguk, dia tahu saat ini Budi pasti jauh lebih sedih daripada dirinya.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu