Asisten Wanita Ndeso - Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
Asmi selalu bekerja sambil berbaring akhir-akhir ini. Bahkan dia juga tidak mendongak ketika Fredo masuk. Fredo merasa sangat aneh. Bagaimanapun, dia adalah Presdir, walaupun Asmi adalah adiknya sendiri, dia seharusnya tidak memperlakukan dirinya seperti ini.
Dulu, Asmi selalu berdiri dengan hormat dan menyapanya. Apakah dia punya rencana lagi? Fredo selalu emosi ketika teringat Asmi dan ibunya, mereka pasti memiliki tujuan dan Fredo berpikir bahwa dia tidak akan membiarkan mereka berdua berhasil.
Fredo berjalan ke kantor dengan marah “Fredo, kembalilah untuk makan malam, aku sudah lama tidak bertemu denganmu, aku sangat merindukanmu.” Suara Teto sedikit tua, Fredo terpikir bahwa dia belum kembali untuk makan sejak dia pindah.
Pikirkan itu, dia merasa sendiri harus kembali untuk melihat bagaimana situasi di rumah sekarang. Dia mendengar bahwa Asmi tidak tinggal di rumah, tetapi masih tetap tinggal di rumah orang tua angkatnya. Apa rencana Asmi sebenarnya?
Fredo merasa bahwa hari ini memang harus kembali untuk mengekspos wajah asli mereka “Baiklah, ayah, aku akan kembali setelah bekerja.” Fredo masih sangat mencintai ayahnya, meskipun Fredo memutuskan bahwa ayahnya yang mengecewakan ibunya, tapi selama bertahun-tahun, ayahnya sangat memperhatikan dirinya, membuat Fredo selalu tidak bisa melepaskannya.
Saatnya kembali untuk melihat-lihat, tidak tahu apakah akhir-akhir ini tekanan darah tinggi ayahnya membaik atau tidak? Fredo berpikir dia harus membawa sebotol anggur merah ketika dia kembali. Dia mendengar bahwa ayahnya akan minum anggur merah baru-baru ini. Anggur merah bagus untuk menurunkan tekanan darah..
Fredo melirik ke pintu, tidak tahu apakah Asmi menerima telepon atau tidak? Ayahnya telah meneleponnya, dia pasti juga akan menelepon Asmi. Sejak perjalanan ke Korea itu, Asmi telah berubah total dari sebelumnya, tidak hanya pada pakaiannya, membuat mata orang bersinar, dia memang wanita cantik.
Ada juga sedikit perubahan dalam pekerjaan. Dulu, ketika Fredo lewat, dia biasa melihat Asmi membaca dokumen atau materi yang tidak asing di sana. Baru-baru ini, Asmi sedikit malas, terkadang makan di sana dan terkadang mencari sesuatu di sana. Begitu dia melihat Fredo, dia segera menutup situs webnya. Fredo tidak memiliki rasa ingin tahu dan tidak ingin tahu apa yang dilihat Asmi.
Tapi perubahan Asmi membuatnya semakin yakin akan rencana Asmi. Dia perlahan-lahan membuat ayahnya menerimanya, kemudian menunjukkan wajah aslinya. Ini terlalu palsu, Fredo bersyukur dia tidak ditipu oleh Asmi.
Asmi selalu merasa lapar akhir-akhir ini, jadi dia membawa sesuatu untuk dimakan di kantor. Sekarang dia akan memperhatikan nutrisi dan tidak akan membawa apapun dari rumah lagi. Karena cuaca semakin panas, barang yang dibawa akan rusak. Dia juga tidak makan di kantin, tapi selalu pergi ke toko makanan ringan di lantai bawah.
Dia kehilangan nafsu makannya jika di tempat yang banyak orang. Mungkin dia akan bertemu dengan seseorang di kantin, karena orang-orang di perusahaan akan makan di sana.
Terlebih lagi, ketika tidak ada yang bisa dilakukan, Asmi akan mencari beberapa situs parenting untuk melihat masalah apa yang harus dia perhatikan dan apa yang harus dia makan selama hamil untuk mendapatkan nutrisi.
Dia tahu dari buku bahwa biasanya setelah lima bulan kehamilan orang baru bisa melihat dari bentuk badannya. Jadi dia tidak perlu khawatir dengan ini. Yang paling dia khawatirkan adalah bagaimana menjelaskan kepada orang tuanya dan bagaimana dia harus memberi tahu ibunya? Mengatakan bahwa itu adalah anak Fredo?
Bagaimanapun juga, dalam sebuah keluarga, meski bukan kakak adik kandung, tetapi tetap tidak bisa diterima oleh orang. Ini adalah hal tersulit bagi Asmi.
Dia memeras otaknya selama beberapa hari dan tidak bisa memahaminya, melihat dirinya sudah hamil hampir tiga bulan, tetapi, dia masih tidak berani mengatakannya pada siapa-siapa, hanya bisa menikmati kesenangan kehamilan sendirian.
Asmi juga menerima telepon dari Teto. Di mata Asmi, Teto adalah pria baruh baya yang sangat elegan, dia tidak lambat dalam berbicara, tapi bisa langsung ke inti pembicaraan. Dia sangat ramah pada orang-orang, membuat Asmi tidak merasa tidak nyaman di rumah itu. Selain itu, dia memperlakukan Asmi dengan sangat baik dan tidak pernah memaksa Asmi untuk melakukan apapun.
Bahkan Asmi tidak ingin pindah untuk tinggal bersamanya, dia juga menerimanya dengan sangat baik. Dan selalu menasihati Rani untuk tidak terlalu terburu-buru. Bagaimanapun, Asmi telah tinggal di rumah itu selama 25 tahun, kebiasaan selama 25 tahun sulit diubah.
Asmi tidak tahu bahwa Teto sudah menelepon Fredo, hanya memintanya pulang untuk menjenguk ibunya. Dia selalu menjenguk ibunya setiap minggu, biasanya pada sabtu pagi, terkadang dia akan di sana sepanjang hari untuk menemani Rani berbicara, terkadang hanya sebentar saja.
Dia tahu bahwa Fredo hanya kembali ke rumah itu sesekali dan memilih ketika dia tidak berada di sana. Setelah mengetahui ini, Asmi tidak takut akan bertemu dengan Fredo, karena Fredo pasti akan mengatur waktu.
Asmi buru-buru mengurus pekerjaannya. Di perusahaan besar, setiap orang memiliki pembagian kerja yang jelas dan memiliki pekerjaan yang harus dikerjakan dengan baik. Jadi, bagi Asmi, tidak perlu terlalu lelah untuk menyelesaikan pekerjaan. Ini tidak dimiliki oleh perusahaan Asmi sebelumnya. Di perusahaan sebelumnya, Asmi adalah Oman yang maha kuasa, dia harus mengurus segalanya, tapi masih mendapat gaji kecil.
Waktu sibuk selalu berlalu dengan sangat cepat. Asmi mengangkat tangannya untuk melihat jam tangannya, sudah waktuya pulang kerja. Asmi menyusun dokumen yang akan ditandatangani oleh presdir dan menyerahkannya pada Fredo untuk ditinjau. Fredo juga akan selalu menyelesaikan pekerjaannya sepanjang hari dalam sehari.
Terutama sebelum pulang kerja, dia akan mengatur hal-hal yang harus dikerjakan besok baru pulang kerja. Dia melihat bahwa Asmi juga seperti ini, inilah alasan mengapa dia masih menggunakan Asmi. Jika ada Asmi, sangat mengurangi banyak masalah.
Fredo menandatangani namanya pada dokumen itu. Hati Asmi sudah terbang ke makanan lezat. Dia sudah sedikit lapar, perutnya sepertinya mengeluarkan suara lapar. Di kantor besar ini, suaranya sangat keras, membuat wajah Asmi memerah karena malu.
Fredo mengangkat kepalanya dan melihat Asmi dengan jijik. Meskipun dia jauh lebih cantik dari sebelumnya, tapi Fredo tetap merasa bahwa penampilannya yang dulu lebih cantik. Setidaknya tidak akan membuat jantungnya berdetak dengan begitu tidak tenang, dia mengerutkan mulutnya. Fredo sangat tidak senang dan membuang dokumen yang sudah siap ditandatangani ke samping.
Fredo tidak melihat Asmi lagi, Asmi sudah terbiasa dengan dinginnya Fredo. Terus kenapa? Sebelumnya dia tidak ada kesempatan untuk melihat Fredo, tapi setidaknya sekarang dia bisa melihatnya setiap hari dan memiliki anak Fredo, ini sudah cukup bagi Asmi.
Asmi tidak sedih, pertemuan di kantor menjadi masa paling membahagiakannya setiap hari. Dia tahu bahwa sejak dia kembali dari Korea, Fredo tidak pernah melakukan tindakan intim dengan dirinya sendiri, mungkin Fredo mulai menyesal sekarang, Asmi, ah, Asmi, kamu adalah adik Fredo.
Begitu dia duduk di meja, Asmi mendengar suara yang membuat orang sakit kepala. Suara sepatu hak tinggi yang berirama membuat setiap saraf Asmi sangat tegang. Nona Anisa datang lagi, baru-baru ini, dia semakin sering keluar masuk Marini Grup. Asmi berusaha keras untuk melebarkan cemberutnya.
Dia tidak ingin menyinggung Anisa. Di pesta itu, Asmi telah melihat kesombongan Anisa. Anisa mengenakan gaun pendek merah muda, dia tahu itu adalah produk baru dari Chanel khusus kelas atas, dia melangkah kaki panjangnya menuju Asmi, dia hanya berhenti sebentar. Asmi berdiri, tersenyum sambil mengangguk “Nona Anisa telah datang.”
Anisa mengangguk puas, matanya penuh jijik. Tidak menyangka Asmi begitu licik, berpura-pura membuatnya tertipu. Setelah mendapatkan kepercayaan Fredo, dia tidak sabar menunjukkan wajah aslinya.
Anisa menggertakkan gigi dengan kebencian saat ini, jika dia tidak berada di depan kantor Fredo, dia sudah menampar Asmi. Sekarang dia harus menahannya, menunggu kesempatan untuk mengeluarkan Asmi.
Anisa menarik napas, wajahnya tiba-tiba penuh dengan senyuman “Sekretaris Sumirah terlalu sopan, kamu adalah sekretaris kak Fredo, bukan sekretarisku, tidak perlu perlakukan aku seperti ini.” Anisa memberi isyarat pada Asmi untuk duduk, Asmi sedikit kaget.
Bukankah Anisa selalu suka mencari masalah padaku? Mengapa dia begitu ramah hari ini? Asmi sedikit curiga, tapi dia masih ragu untuk duduk. Tidak peduli bagaimana Anisa memperlakukan dirinya sendiri, dia tidak memiliki eksprektasi yang berlebihan, dia hanya ingin bekerja dengan baik di perusahaan sebelum perutnya terlihat.
Dengan cara ini, dia masih bisa melihat Fredo setiap hari. Ini adalah masa paling bahagia dalam sepuluh tahun ini, bisa melihat orang yang disukainya, apa lagi yang bisa dibandingkan dengan ini?
Asmi tercengang saat melihat Anisa masuk ke kantor Fredo, punggung Anisa sangat indah, Asmi merasa bahwa dia adalah orang yang tepat untuk Fredo, pasangan yang sangat cocok.
Asmi menoleh dan menghela napas. Dia dengan tenang menunggu pulang kerja di sana. Ketika waktunya tiba, dia bisa pergi ke vila, mungkin Rani menyiapkan banyak makanan lezat untuknya. Meskipun dia selalu menjaga jarak dengan Rani, tapi dia tahu, Rani saat itu meninggalkan dirinya sendiri karena memiliki kesulitan.
Rani berpikir bahwa dia mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak bisa membesarkan putrinya lagi. Pada awalnya, Asmi tidak terlalu tersentuh, sampai baru-baru ini dia hamil, dia benar-benar menyadari kasih sayang yang tidak dapat dipisahkan oleh seorang ibu kepada anaknya.
Dia juga baru memahami perjuangan ibunya dan perlahan menerima Rani. Sejak tahu dirinya hamil, dia menelepon Rani setiap hari, membuat Rani merasa sangat hangat. Mungkin telah mendapatkan pengertian Asmi dan berharap dia kembali ke rumah ini secepat mungkin.
Novel Terkait
His Soft Side
RiseYama's Wife
ClarkPengantin Baruku
FebiBehind The Lie
Fiona LeeKembali Dari Kematian
Yeon KyeongAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya