Asisten Wanita Ndeso - Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
Udara di Seoul jauh lebih bersih dibandingkan kota Asmi dan yang lainnya tinggal itu, Asmi melihat langit yang sangat biru itu merasa udara ini sebiru langit itu.
Ditempat mereka tinggal, sudah lama tidak melihat langit yang sebiru ini, beberapa awan yang gembul itu berbaring dengan malas diranjang langit biru yang sangat besar ini, sedang beristirahat, sedangkan Fredo memimpin beberapa orang dari perusahaan ini bergerak-gerak dengan sibuk harus menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan hari ini.
Hari ini mereka akan berpartisipasi dalam Asia New Technology Fair di Seoul, ada banyak sekali tekhnologi baru yang akan dipamerkan untuk pertama kalinya di pameran ini, didalamnya pun ada stand pameran dari Perusahaan Marini, disana ada system sirkulasi air bertekhnologi tinggi yang dikembangkan oleh kelompok Perusahaan Marini. Sistem ini dapat digunakan untuk sirkulasi air yang ada didalam rumah, dapat memaksimalkan penggunaan sumber daya air serta menjaga keamanan dan kualitas air minum.
Seluruh anggota tim publisitas menaruh perhatian mereka kedalam stand ini, sedangkan orang-orang di tim penjualan telah mengatur platform pameran disekitar itu. Asmi melihat Joe sedang sibuk disana, tidak cukup orang dan semua orang sedang dalam perperangan, Direktur Fredo pun keluar.
Asmi sedang membantu tim publisitas untuk memastikan rencana yang paling terakhir, didalam dua rencana yang diajukan, Asmi sendiri lebih munyukai rencana yang kedua, daripada mencoba di pasaran dalam negeri, menguji coba system ini di Korea kemungkinan akan lebih lancar.
Didalam stand setiap orang sangat sibuk, Asmi sebentar lagi masih harus menemani Fredo pergi untuk menghadiri sebuah rapat management tingkat tinggi dan yang hadir disini adalah orang-orang hebat dari perusahaan-perusahaan di Asia, ini membuat Asmi sedikit gugup.
Selain mengikuti beberapa acara dari proyek perusahaan, ia tidak pernah menghadapi dunia yang sebesar ini, Asmi agak sedikit gugup, untung saja ia hanyalah sekretaris, bertanggung jawab atas jadwal Fredo sudah beres dan lagi membuat notes, sisanya, tanpa perintah dari Fredo iapun tidak perlu pergi melakukannya.
Pintu pameran baru saja dibuka, terus-menerus ada orang yang datang untuk melihat-lihat, tugas Asmi sudah selesai, ia melihat sekilas kearah jam tangannya, pukul 10 tepat, di Korea seharusnya pukul 11 kan, perbedaan waktu diantara Korea dan dalam negeri hanya satu jam, dalam negeri lebih awal 1 jam dibandingkan Korea.
Pukul 11 baru dimulai, sangat berbeda dengan dalam negeri, lebih pagi lebih baik, apapun yang dilakukan selalu seperti ini, membuka usaha, menikah, semuanya seawal itu.
Terlebih lagi menikah, Asmi pernah menghadiri pernikahan dari kerabatnya, saat itu sedang musim dingin, langit terang lebih terlambat, pagi hari sebelum pukul 6 pagi sudah melewati pintu, saat itu langit masih gelap, ia melewati pintu dilangit yang gelap seperti itu, bahkan wajah sang mempelai saja ia tidak dapat melihatnya dengan jelas.
Ponsel Asmi bergetar, ia memiliki sebuah kebiasaan, selalu menaruh teleponnya dalam mode getar, Asmi melihat itu adalah Fredo.
“Direktur, ada apa?” Asmi tetap memiliki sikap profesional, meskipun diantaranya dan Fredo terjadi berbagai hal yang tidak menyenangkan, ia tetap bisa mengendalikannya.
“Dalam satu menit akan sampai dipintu pameran, aku menunggumu dimobil.” Fredo tetap dengan suara tanpa ekspresi dan tanpa nada itu berkata, kemudian menutup teleponnya, Asmi masih ingin bertanya mobil apa, ia bagaimana tahu Fredo di Korea mengendari mobil yang seperti apa.
Meletakkan ponsel kedalam tas, Asmi berpamitan keluar kepada rekan kerjanya, hari ini Asmi menyadari rekan-rekannya menyukainya, yang datang kebanyakan adalah rekan kerja yang pria, mereka di dalam perusahaan terbiasa melihat wanita yang mempesona, tiba-tiba muncul seorang wanita yang menyegarkan seperti teratai yang keluar dari air jernih, tentu saja ada banyak sekali perasaan baik. Ditambah lagi saat saling berhubungan mereka menyadari Asmi bukanlah gadis yang berpura-pura, saat mengerjakan pekerjaannya ia benar-benar seperti seorang pria, tidak ada bedanya.
Para rekan kerjanya dengan ramah mengucapkan sampai jumpa kepada Asmi, berharap ia dapat bekerja di divisi mereka sendiri, tetapi malah bekerja sebagai asisten direktur, tidak ada kesempatan untuk mendekatinya.
Asmi merasa sepertinya waktunya terlalu mendesak, dari sini hingga kepintu keluar, apakah itu dapat dijalani dalam waktu 1 menit? Asmi mulai berlari-lari kecil., begitu cantiknya.
Berlari hingga pintu membuatnya sedikit berkeringat, Asmi tidak sempat untuk mengelap keringatnya, matanya menyapu sekitar untuk mencari mobil yang dikatakan oleh Fredo, sebuah suara bel mobil terdengar, tepat didepan Asmi, Fredo menurunkan kaca mobilnya, Fredo duduk dibangku setir, Asmi sedikit terkejut.
Tetapi tetap ikut naik keatas mobil, ia memilih duduk dikursi belakang, didalam hati ia sekarang sedikit menolak berhubungan dengan Fredo sendiri, meskipun didalam hatinya juga adalah begitu banyak kerelaan untuk lebih dekat dengan Fredo, tetapi teringat akan hal-hal yang membuat wajahnya merah hingga keujung telinga, Asmi secara tidak sadar ingin mundur beberapa langkah.
Fredo didalam hatinya memiliki image yang sangat tinggi didalam hatinya, ia tidak ingin membuat image Fredo didalam hatinya itu jatuh.
Fredo dari kaca spion melihat Asmi duduk dibelakang dan memilih tidak duduk dibangku disebelahnya, sedikit tidak senang, Asmi akhir-akhir ini secara sengaja menjauhinya, ini membuat harga dirinya benar-benar terlukai.
Mobil dipenuhi dengan bau mobil baru, Asmi melihat kebawah, melihat keadaan dalam mobil benar-benar sangat bersih, ia tahu Fredo adalah seseorang yang sangat mencintai mobil, mobilnya selalu bersih seperti itu.
“Kamu takut padaku?” Fredo bertanya dengan suram, tidak perlu melihatnya Asmi sudah mengetahui wajahnya saat ini sudah berkerut seperti apa.
“Tidak,” Asmi mengetahui apa yang dimaksud oleh Fredo “Aku suka duduk dibelakang, posisi ini memiliki pandangan yang lebih luas.” Asmi sembarangan mencari sebuah alasan, pandangan di belakang lebih luas, bahkan Asmi pun mengagumi imajinasinya sendiri, pandangan dibelakang bagaimana bisa bagus?
Asmi tersenyum haha, mengira dirinya sudah berhasil terlepaskan “Kenapa kamu tidak bilang jika dibelakang tidak ada orang yang menyebalkan?” Fredo tahu Asmi sengaja menghindarinya “Jangan lupa, kamu sekarang masih adalah sekretarisku, kamu tidak dapat menghindari bersama-sama denganku, lebih baik kamu mempersiapkan hatimu.” Berdasarkan perhatiannya selama beberapa hari ini, Fredo menyadari tidak peduli bagaimana ia memprovokasi Asmi, Asmi pasti menerimanya dengan diam, ini membuat Fredo sedikit terkejut.
Meskipun Asmi datang kerumah Fredo dengan maksud lain, meskipun Asmi dan ibu berhati-hati dan merancang untuk jangka waktu panjang, tetapi ini semua sudah hampir 2 bulan, Asmi sama sekali tidak menunjukkan perasaan tidak senangnya, terlebih lagi terhadap penghinaan Fredo yang berulang kali, ia ternyata tidak memberikan perlawanan, bahkan terlihat menerima hal itu.
Ini membuat Fredo menjadi lebih gelisah “Direktur, kita ini mau pergi kemana, nanti kamu akan ada rapat yang harus dihadiri.” Asmi saat menghadapi pekerjaan, dengan dirinya yang berhubungan dengan orang lain sangat berbeda, menjadi seorang wanita yang sangat professional dan berdedikasi dalam pekerjaannya.
“Rapatku akan ada orang yang datang untuk menghadirinya, kamu duduk diam saja disana, aku sekarang tidak ingin mendengarkanmu berbicara sedikitpun.” Nada bicara Fredo sangat keras, Asmi sudah terbiasa, tidak berpikiran lebih, bos menyuruh dirinya untuk diam tidak berbicara, ia mengikutinya sudah beres.
Asmi menyampingkan kepalanya melihat jalanan Korea diluar jendela, dengan yang dilihatnya di TV tidak jauh berbeda, bangunan tinggi, selalu ada perasaan yang merayunya, Asmi tidak tahu Fredo membawa dirinya kemana.
Jika bukan karena Fredo ada disini, ia benar-benar ingin sekarang juga berhenti dan turun dari mobil, kemudian pergi memeluk Korea, Korea adalah negara yang paling ingin dikunjunginya.
Tetapi, melakukan apapun ia harus selalu melihat raut wajah Fredo, jangan-jangan ia ingin menarikku ke suatu tempat yang tidak ada orangnya, Asmi teringat sebelumnya setiap kali Fredo berada ditempat yang sepi, sorot matanya selalu menunjukkan rasa haus.
Terpikirkan tentang hal ini, Asmi melihat sekilas Fredo, Fredo berada disitu menyetir dengan tenang, tidak mengeluarkan suara, tetapi dari kaca ia melihat Asmi sedang menatap dirinya, ia mengerutkan bibirnya dan tersenyum, Asmi yang diam-diam melihatnya itu terlihat begitu lucu.
Mobil Fredo terus berkendara hingga kurang lebih setengah jam, Asmi melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 11 lebih, di Korea mungkin ini sudah waktunya makan siang, Asmi merasa perutnya sedikit lapar, meskipun hanya berjarak satu jam, tetapi perutnya sudah kelaparan diawal, Asmi bahkan curiga apakah dirinya sedang sakit, beberapa hari yang lalu saat makan sedikit ia langsung merasa perutnya kembung, sekarang, masih belum jam makan ia sudah merasa lapar.
Asmi menganalisi mungkin beberapa hari itu tekanannya terlalu besar, selalu memikirkan hal yang menyedihkan. Ia adalah seseorang yang memiliki mental yang cukup baik, selalu memikirkan alasan yang berasal dari dirinya sendiri dan juga dengan cepat dapat keluar dari rasa kecewa dan rasa sakit hatinya.
Kecepatan mobil perlahan melambat, Asmi melihat keluar jendela, ini adalah tempat yang mewah di Korea Selatan, banyak orang dan ada banyak mobil, suasana hati Asmi yang tergantung perlahan-lahan kembali, selama berada ditempat yang ada banyak orangnya, Asmi sudah tidak merasa begitu takut.
Mobilnya berhenti didepan pintu sebuah toko dengan dekorasi yang kuno dan simple, Fredo mematikan mesinnya dan turun dari mobil, Asmi juga ikut turun “Aku kira kamu tidak akan pernah turun dari mobil.” Wajah Fredo menunjukkan sedikit warna cerah, meskipun hanya sesaat, Asmi dengan cepat telah menangkapnya.
Hati Asmi diam-diam menjadi senang, ia tahu Fredo sebenarnya adalah seseorang yang dingin diluar dan hangat didalam, ia tidak mungkin menutup mata terhadap Asmi. Asmi mengikuti langkah Fredo masuk kedalam, masuk kedalam perlu mengganti sepatu, Asmi melihat Fredo mengganti sepatunya, iapun ikut mengganti sepatunya disampingnya.
Menggunakan sepatu yang disiapkan disana, Asmi melihat kesekeliling dan menyadari ini adalah sebuah restaurant, restaurant yang didekorasi berdasarkan adat Korea, Asmi pernah melihat restaurant ini didalam drama Korea, didalam restaurant ini mengoperasikan makanan tradisional Korea.
Dengan menggunakan sandal jepit mengikuti pelayan itu menuju ke sebelah meja yang berbentuk persegi, Asmi mengikuti cara duduk Fredo dan duduk, itu adalah posisi duduk didalam tradisi orang-orang Korea, bisa berlutut ataupun juga bia melipat kaki dan duduk, Asmi dalam diam berpikir, untung saja dirinya hari ini tidak mengenakan setelan, jika tidak, akan susah sekali untuk duduk.
Asmi dengan senang duduk dan ia benar-benar sangat berterima kasih kepada Fredo, datang ke Korea, meskipun tidak pergi untuk berjalan-jalan, tetapi dapat menikmati makanan Korea yang benar-benar autentik dan paling tradisional seperti ini, juga adalah suatu hal bahagia yang tidak terkalahkan.
Sebenarnya, Asmi sendiri tidak seberapa tertarik dengan berjalan-jalan, dari pada melihat-lihat baju yang cantik, ia lebih rela untuk pergi makan, terlebih lagi snack autentik tempat tersebut.
Asmi meletakkan tas nya diatas lantai, lantai di Korea seluruhnya adalah lantai kayu, meskipun tidak duduk dengan alaspun tidak akan terasa dingin, ini juga adalah tempat yang sangat disukai oleh Asmi, jika ia nantinya sudah menikah dan memiliki keluarga, ia pasti akan membuat seluruh bagian rumahnya dengan lantai kayu.
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyBeautiful Lady
ElsaEternal Love
Regina WangMy Superhero
Jessi1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaYou're My Savior
Shella NaviAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya