Asisten Wanita Ndeso - Bab 51 Sound Of Silence
Perusahaan Marini, Tanu dua hari ini sangat berantakan, direktur tidak ada ditempat ia kemudian baru menyadari direktur memiliki banyak sekali hal yang harus diselesaikan, ia akhirnya mengerti pentingnya dari seorang direktur.
Tanu setiap hari memiliki banyak sekali dokumen yang harus diperiksanya, ia teringat setiap kali melihat si bos besar Fredo, ia selalu terlihat tidak memiliki beban pikiran, seolah-olah direktur sangat mudah untuk dilakukan, Tanu menyadari Fredo sebenarnya adalah seseorang yang sangat hebat, tanpa memiliki sebuah kemampuan dalam titik tertentu, tidak mungkin bisa menduduki posisi direktur dengan tentram.
Terlebih lagi Fredo masih begitu muda, saat ia baru saja menduduki posisi direktur, banyak sekali direktur-direktur yang tidak memandangnya dengan baik, mengira seseorang yang baru saja lulus dari kuliah sama sekali tidak memiliki pengalaman didalam dunia sosial, bagaimana bisa memegang tanggung jawab yang sebesar ini?
Kenyataan membuktikan keputusan Teto benar, setelah Fredo menerima pekerjaan ayahnya itu, dengan segera ia dapat beradaptasi dengan kedudukannya ini, ini memiliki hubungan besar dengan Fredo yang disetiap hari libur dan akhir minggu menjalankan magang di Perusahaan Marini, Fredo adalah seseorang yang memiliki opini, karena ayahnya telah menginginkan dirinya untuk mewarisi kedudukannya, ia tentu saja harus mempersiapkan segalanya dengan baik.
Saat itu, saat masih belum masuk kedalam kuliah, Fredo demi perusahaan melakukan seluruh persiapan terlebih dahulu, saat berada di universitas, segala pelajaran utama dan pelajaran pilihannya berhubungan dengan operasi perusahaan, diwaktu luangnya ia bahkan telah mengambil gelar MBA.
Ini adalah diluar kemampuan Tanu, untung saja, sebelum Fredo pergi, ia telah memberikan instruksi untuk urusan yang penting, karenanya ia tidak membuat Tanu begitu kesulitan, ia hanya perlu memberikan intruksi sesuai dengan yang dikatakan oleh Fredo sudah ok.
Tanu yang sibuk melupakan wanita cantik disebelahnya—— Sasa, ia sudah setengah hari tidak menelepon Sasa, disiang hari setelah Tanu selesai mengerjakan urusannya, ia berbaring diatas kursi dikantornya beristirahat.
Ia tidak pernah merasakan lelah badan dan mental, jangan-jangan dirinya sudah menua? Tanu bertanya pada dirinya, bukankah baru berumur 26 tahun, masih adalah masa keemasan dari hidup seseorang, tetapi Tanu tetap merasa dirinya sudah menua.
Seperti sebuah daun dimusim gugur yang berterbangan, tidak menemukan arahnya sendiri. HP nya berbunyi, Tanu dengan segera mengangkatnya, ia menebak dalam pikirannya pasti Sasa, sejak si bos besar Fredo dan Asmi pergi, Sasa seperti seolah-olah menguap diudara menghilang, sesibuk apapun Tanu ia pasti akan meluangkan waktu untuk menelepon Sasa, tetapi Sasa jika bukan telepon sibuk maka teleponnya mati.
Tanu kebingungan, tidak tahu apakah ia telah melakukan kesalahan kepada Sasa? Didalam otaknya ia berpikir berkali-kali, setelah memastikan dirinya tidak memiliki kesalahan apapun terhadap Sasa, ia baru kemudian menjadi tenang, tetapi masih saja kuatir.
Saat melihat ponselnya, ternyata benar Sasa, Tanu menyiapkan posisinya, nanti dirinya pasti harus mengakui kesalahannya kepada Sasa dan memberitahu posisinya selama dua hari ini.
“Halo, Tanu.” Suara Sasa terdengar sedikit serak, terdengar tidak bertenaga, membuat hati Tanu seketika menjadi panik, apakah jangan-jangan Sasa sakit? Raut wajah Tanu seketika menjadi gelap, kakinya yang terletak diatas meja pun diturunkannya.
“ Sasa, ada apa denganmu? Kamu sedang tidak enak badan? Sakitkah?” Tanu dengan panik bertanya, sorot matanya menunjukkan rasa penuh kecemasan, ia dari posisi duduknya pun secara tiba-tiba menjadi berdiri.
Sasa mendengar perkataan Tanu menjadi terharu “Tidak ada, hanya 2 hari ini pekerjaan didalam perusahaan sedikit banyak, setelah sibuk kesana-kemari akhirnya berhasil mendapatkan satu projek yang besar, aku sekarang benar-benar ingin menikmati sebuah makanan dengan baik.” Sasa sudah 2 hari tidak pulang kerumah, demi sebuah design didalam perusahaan, ia sudah semalaman tidak tidur.
“Baiklah Sasa, apa yang ingin kamu makan, aku akan pergi menjemputmu, akupun juga sudah beberapa hari tidak memiliki nafsu makan, kamu tidak mengangkat teleponku, hatiku benar-benar sangat sakit.” Tanu berkeluh-kesah kepada Sasa mengenai apa yang dia alami beberapa hari ini.
Sebenarnya dirinya mengalami hal yang tidak ada bedanya dengan Sasa, yang satu adalah menyelesaikan design dan yang satunya lagi adalah membantu direktur mengurus semua urusan yang ada diperusahaan, keduanya benar-benar sangat sibuk.
Tanu mengambil kunci mobilnya dan dengan segera melesat kedalam lift “Bos, anda terbang secepat ini mau pergi kemana?” Adda sekretaris Tanu keluar dari ruang teh, banyak pegawai diperusahaan yang makan dikantin perusahaan, didalam ruang teh juga terdapat berbagai macam minuman dan teh yang bisa dinikmati sepuasnya.
“Aku ingin bertemu dengan seseorang yang sangat penting.” Tanu sangat bersemangat, segala rasa penat dan lelah yang tadi ada seketika tersapu bersih, yang sekarang paling ingin ditemu olehnya adalah Sasa.
“Seorang wanita kan.” Adda memiliki pemikiran didalam hatinya, ia baru pertama kali melihat manajer panik seperti ini, manajer sedang dengan gelisah menunggu lift.
“Bagaimana kamu bisa tahu aku akan menemui seorang wanita, bukannya pria?” Tanu tertebak oleh Adda dan tidak terima.
“Ini… siapa yang tidak tahu hal ini, manajer wajah anda mengeluarkan bunga, tentu saja ini adalah waktunya untuk menemui wanita cantik, hal kapan ini, kenapa disembunyikan begitu dalamnya, seharusnya kan memberikan traktiran.” Adda dan Tanu memiliki hubungan pertemanan yang sangat dalam, kekompakkan antara atasan dan bawahan seperti itu.
Adda sudah menikah beberapa tahun, ia dan suaminya memiliki hubungan yang sangat romantis, dalam hal pekerjaanpun sangat mendukung Adda.
“ Adda, kamu tenang saja, tunggu waktu yang tepat, aku pasti akan mentraktir seluruh orang diperusahaan.” Tanu dengan bahagia menunggu lift, tidak sempat mengatakan sampai jumpa kepada Adda, ia sudah melangkah masuk kedalam lift.
“Sasa, aku sudah dibawah perusahaan kalian, kapan kamu akan keluar?” Wajah Tanu penuh dengan senyuman lebar, ia sudah dua hari tidak melihat Sasa, ia merasa tubuhnya kekurangan sesuatu. Ini adalah hal yang belum pernah dirasakannya, ia sebelumnya tidak pernah menjalin hubungan, tidak pernah berinisiatif untuk mengejar seorang wanita.
“Segera, aku sekarang sedang dalam perjalanan turun.” Sasa disiang hari hanya memiliki waktu 2 jam makan siang, ia harus memperhatikan waktunya, karena tidak ada orang yang mengerti identitas dirinya yang sebenarnya, ia harus lebih berusaha untuk membuat orang-orang disekitarnya melihatnya.
Perusahaan Dargo adalah perusahaan investasi yang cukup besar dikota ini, dengar-dengar direktur utama Liam Dargo masuk dari latar belakang seorang dosen ekonomi.
Ia sangat rendah hati dalam melakukan segala hal, bertindak ada yang tahu keluarganya tinggal dimana, akan tetapi, mengandalkan pengetahuan dibidangnya sendiri, melewati hanya beberapa tahun saja perusahaan investasi Liam sudah melejit, membantu keluarga Lim untuk mengambil beberapa proyek besar, Perusahaan Marini belum pernah berkerja sama dengan Perusahaan Dargo.
Duduk didalam mobil dan menyalakan CD, yang diputar olehnya adalah lagu inggris 《Sound of Silence》didalam film “The Graduate”, ini adalah film yang sangat disukai oleh Tanu, kedua lagu inggris yang ada didalamnya sangat disukainya.
Ia menyandarkan kepalanya kesandaran kursi, dalam diam menunggu kedatangan Sasa, Sasa membawa tasnya keluar, Sasa sendiri adalah seorang gadis yang apa adanya, dibawah pengaruh Asmi, ia selalu dengan wajah tanpa riasan menyapa langit, selain menghadiri pesta, ia pada dasarnya tidak menggunakan make up.
Musim panas, hanya menggunakan BB cream dan lain-lain, tidak pernah menggunakan make-up yang berlebihan, seharusnya ini juga adalah alasan yang paling mengikat Tanu kan, sedikit sekali pria yang menyukai wanita dengan riasan yang tebal, menjadi yang natural tetap adalah yang terbaik.
Sasa mengenakan sebuah dress pendek berwarna kulit, didalam perusahaan besar seperti ini, kebanyakan wanita mengenakan busana yang sangat tertutup, setiap hari selalu mengenakan setelan berwarna hitam, membuat Sasa hampir tidak dapat bernafas, ia pernah melakukan magang di Wall Street di Amerika, semua pekerja wanita disana mengenakan busana yang sangat modis dan berani.
Sasa melihat film yang akhir-akhir ini ramai ditayangkan《Go Lala Go》, style dan cara berbusana Du Lala didalam film tersebut cukup bagus, ini adalah kehidupan pekerja kantoran yang beragam, kamu bisa menggunakan busana setelah juga bisa membuat diri menjadi lebih terlihat lembut.
Terlebih lagi produk aksesoris yang diatas itu, dengar-dengar itu semua dapat dibeli di internet, hanya saja orang-orang diperusahaan ini mungkin terlalu mirip dengan ayahnhya, kuno, terlihat sangat serius.
Sasa baru saja sampai dipintu masuk langsung melihat mobil Tanu, ia selalu berhenti di perhentian mobil yang cukup jauh, tidak begitu menarik perhatian, sejak ia ingin Sasa berhenti disini, ia terus-menerus mendengarkan perkataannya itu dan berhenti disini.
Sasa takut ayahnya akan melihatnya, ia berpikir tunggu hingga waktu yang tepat baru akan mengungkapkannya kepada ayahnya, dikeluarganya hanya ada dia seorang anak, ia tidak ingin ayahnya sendiri menjadi kecewa.
Sasa membuka pintu mobil dan duduk diposisi duduk disebelah supir, dimobil terputar lagu 《Sound of Silence》, Sasa dengan penasaran melihat kearah Tanu “Sejak kapan seleramu menjadi tinggi seperti ini?” Sasa tidak pernah mendengar Tanu mendengarkan lagu setua ini.
Tanu melengkungkan ujung bibirnya, saat ia tersenyum, dibagian wajahnya sebelah kiri terlihat lesung pipit yang benar-benar menarik “Kalau begitu kamu yang masih belum memahami diriku, aku memang seanggun itu, sepertinya kamu belum cukup mengenalku, nanti kamu harus sering mencariku keluar, aku akan membuatmu tercengang melihatku.” Tanu menyalakan mesin mobilnya dan mobilnya berjalan keluar.
“Kita pergi makan dimana?” Aku dengar suaramu seperti seseorang yang tidak makan apapun selama beberapa hari.” Tanu sambil mengendarai mobilnya sambil mencari waktu kosong memiringkan kepalanya melihat ekspresi Sasa.
“Iya, pekerjaan kami divisi advertising benar-benar sangat banyak dan orang-orang yang memiliki pemikiran sangat sedikit, yang memiliki pemikiran dan berani untuk mengutarakannya malah lebih sedikit. Kamu tidak tahukan atasan-atasan kita adalah orang yang kuno seperti apa, kami bahkan memanggilnya nyonya Maria Ide.” Sasa mengatakannya dengan sangat bersemangat, iapun tidak dapat menahan dirinya sendiri dan tertawa.
“Nyonya Maria Ide ? Kalian ini pembajakan, sekarang negara kita sedang menindaki pembajakan.“ Tanu teringat saat ia berada di bangku kuliah, ia pernah mendengar guru sastranya pernah membicarakan sebuah karya, judul dari karya itu ia sudah lupa, tetapi nama “Nyonya Maria Ide ” itu tetap teringat didalam ingatannya.
“Benarkah? Kamu saat kuliah bukankah belajar jurusan perekonomian? Atau belajar sastra?” Sasa merasa sedikit lucu, akan tetapi dari Tanu, ia dapat melihat sosok seorang sastrawan muda.
“Aku dari kecil menyukai sastra, jika bukan karena ayahku melarangku, aku pasti memilih jurusan sastra mandarin, hanya saja disekolah kami, selain pelajaran dari jurusan, kita masih harus memilih satu lagi pelajaran luar, dengan begitu baru bisa lulus, akupun memilih pelajaran di sastra mandarin. Saat kelulusan, nilai dibidang sastra mandarinku jauh lebih baik dari pada murid-murid yang ada dijurusan ini loh.” Tanu dengan wajah penuh kesombongan berkata.
Novel Terkait
I'm Rich Man
HartantoMy Superhero
JessiKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoWonderful Son-in-Law
EdrickHidden Son-in-Law
Andy LeeTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya