Asisten Wanita Ndeso - Bab 67 Asap Hijau

Di depan pintu, Tanu meragu untuk sejenak. Tetapi dia tetap membuka pintu pada akhirnya, kalau tidak mengetahui jawaban, Tanu tidak akan bisa melakukan pekerjaan apa pun.

Setelah membuka pintu, Tanu tersedak dan langsung batuk. Seluruh ruangan dipenuhi oleh asap, Fredo sedang duduk di sana sambil merokok.

Setelah batuk dengan keras beberapa kali, Tanu melambaikan tangannya untuk mengusir asap di sekelilingnya "Bos Fredo, kamu sedang buat apa? Kamu mau membakar ruanganmu?" Wajah Tanu memerah karena tersedak dengan asap.

Tanu segera membuka jendela dan menghirup udara segar yang berada di luar jendela. Wajah Fredo gelap seperti langit yang sedang hujan di luar.

Tanu tahu dia datang pada waktu yang tepat, dia paling mengerti personalitas bos Fredo, setelah berjuang bersama selama bertahun-tahun, bos Fredo hanya akan merokok pada saat dia merasa ragu.

Pada saat seperti itu, dia hanya akan merokok satu atau dua batang. Sedangkan dari rokok di dalam ruangan saja Tanu bisa tahu bos Fredo sudah merokok lebih dari setengah kotak untuk kali ini.

Karena asap rokok, Wajah Fredo terlihat sedikit buram karena asap, tetapi Tanu bisa merasakan keraguan di wajah Fredo. Apakah Fredo mengalami masalah yang sulit diselesaikan? Dia tidak pernah terlihat begitu kesusahan di masalah bisnis, kalau ada masalah bisnis, dia akan mencari segala cara untuk menyelesaikannya.

Fredo tidak berbicara dan hanya terus merokok.

"Bos, kamu merokok terlalu banyak hari ini. Apakah kamu mengalami masalah? Beri tahu adikmu ini, aku akan menyelesaikannya untukmu" Setelah berkata, Tanu pun tertawa. Tujuan dia berkata seperti ini memang untuk membuat Fredo tertawa.

Setelah tertawa, Tanu baru sadar Fredo sama sekali tidak bereaksi dan hanya terus merokok. Tanu tidak pernah merokok dan tidak menyukai orang lain merokok, melihat Fredo begitu, dia merasa agak tidak tega.

Ada masalah apa yang bisa membuat Fredo menjadi begitu? Dia tidak pernah melihat Fredo bertingkah seperti itu.

Rokok sudah mau habis, Fredo tidak mempedulikan Tanu. Tanu mana bisa mengerti suasana hati Fredo sekarang? Bagaimana dia bisa memberi tahu Tanu seberapa sakit hatinya sekarang?

Tangan Fredo bergematar untuk sejenak, rokok tadi membakar jari telunjuknya. Fredo menekan rokok tersebut ke dalam asbak dengan kuat.

"Bos Fredo, kamu sudah merokok berapa batang? Aku baru tidak datang untuk beberapa menit, apa yang terjadi? Saham perusahaan mengalami penurunan? Atau departemen mana yang melakukan kesalahan besar?" Tanu sudah sangat cemas, tetapi, Fredo menyalakan sebatang rokok lagi dengan gerakan perlahan.

Fredo lanjut merokok dan Tanu berjalan sana sini dengan cemas "Apakah kamu bisa berbicara? Aku sangat cemas sekarang" Tanu sangat ingin merebut rokok Fredo dan membuangnya ke lantai kemudian menginjaknya dengan kuat.

Tanu berjalan ke depan Fredo, keberanian yang baru terkumpul dihancurkan begitu saja dengan tatapan Fredo yang tajam "Baik, kalau kamu tidak mau bilang, simpan saja ke dalam perutmu sampai rusak" Melihat Fredo bahkan tidak mau melihatnya, Tanu merasa dirinya tidak perlu berada di sini lagi.

Tanu merasa dia harus mengatakan kata-kata yang kejam sebelum keluar agar dia bisa melampiaskan emosinya. Setelah berkata, Tanu merasa sangat puas dan berjalan ke arah pintu, pada saat itu dia akhirnya mendengar suara Fredo yang rendah "Tunggu sebentar"

Tanu berputar balik badan dengan kaget, mengira Fredo sudah mau mengatakan masalahnya kepada dia. Tanu kembali duduk di depan menja.

"Asmi adalah adikku" Suara Fredo sudah tidak bisa lebih rendah lagi. Ini adalah hal yang membuat dia merasa sagnat ragu, Fredo merasa dirinya berada di posisi yang sangat ambigu sekarang.

"Aku tahu" Tanu merasa hal ini adalah hal bagus. Mengapa Fredo tidak bahagia? Bisa memiliki adik sepeti Asmi itu hal yang sangat bagus, jangan-jangan Fredo merasa kesusahan karena hal ini?

"Kamu tahu? Kapan kamu mengetahuinya?" Fredo tiba-tiba menegakkan tubuhnya "Kapan kamu mengetahui hal ini?" Fredo tidak bisa mempercayai telinganya, kata-kata Tanu memperdalam perasaannya lagi.

Asmi sekarang memamerkan masalah dia adalah anggota keluarga Fredo di mana-mana, hal ini membuat Fredo semakin tidak senang "Asmi akhirnya menunjukkan ekor serigalanya. Akhirnya dia sudah tidak sabar" Fredo tertawa dengan pahit.

Ternyata waktu mengetahui kebenaran, hati merasa semakin sakit. Keraguan yang awalnya masih tersisa sedikit dihabiskan oleh kata-kata Tanu begitu saja. Fredo duduk dengan tegak dan ekspresi yang biasa, seolah-olah kesedihan tadi hanya sebuah khayalan palsu.

Melihat perubahan ekspresi Fredo yang mendadak, Tanu menjadi bingung.

"Sudah, Tanu, aku sudah tidak ada masalah lain lagi" Fredo menekan rokok yang belum habis ke dalam asbak dan jari dia mulai bergerak di atas papan ketik.

"Kamu sudah boleh keluar, aku mau bekerja, kalau ada urusan lapor saja, kalau tidak ada keluar saja" Fredo berkata dengan senyuman. Melihat ekspresi Fredo, Tanu berpikir mungkin benar-benar sudah tidak ada masalah lagi, sehingga dia pun keluar dari ruangan Fredo.

Pada saat mau menutup pintu, Tanu menoleh ke Fredo lagi, dia sedang mengetik dengan fokus, setelah itu Tanu baru keluar dengan tenang.

Udara di luar sangat bagus, Tanu menarik nafas dengan dalam "Asmi, kamu sedang buat apa?" Melihat Asmi yang segera menutupi halaman komputernya, Tanu merasa Asmi sedang menyembunyikan sesuatu.

Tanu memang sangat tertarik kepada Asmi sejak awal, terutama masalah mengenai Asmi, Tanu akan merasa sangat penasaran. Ada sesaat Tanu sering menanyakan masalah Asmi kepada Sasa, pada masa itulah Tanu baru jatuh cinta kepada Sasa secara pelahan.

"Manager Tanu, aku tidak sedang melakukan apa-apa. Hanya sedang melihat situs web belanja saja" Asmi berkata dengan wajah yang meragukan, sebenarnya dia sedang melihat situs web perkembangan bayi tadi, mau melihat bagaimana penampilan di dalam kandungannya sekarang.

Asmi melihat ke komputernya dengan mata berkedip, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapi Tanu. Dia bahkan tidak memberi tahu teman terbaiknya Sasa tetang masalah dia hamil. Asmi bermaksud mau merahasiakan hal ini dan membawa anak ini ke tempat yang tidak ada mengenalnya.

Tanu tertawa "Tertawa kamu juga suka belanja online, aku kira kamu tidak menyukai barang seperti ini" Tanu merasa sedikit kaget, ini adalah pertama kali dia mendengar Asmi suka belanja online, biasanya Asmi terlihat seperti tidak berminat dengan hal seperti ini.

Asmi mengangguk "Iya, setiap wanita seharusnya sama, aku juga tidak terkecuali" Asmi sebenarnya tidak pernah belanja online, di realitas, dia juga jarang membeli barang yang tidak dipakai dalam sehari-hari.

Asmi hanya menggunakan hal itu sebagai alasan untuk menutupi tingkah lakunya tadi. Waktu berbicara, tangan Asmi terus menggosok sudut bajunya, telapak tangannya sudah dibasahi keringat.

"Kamu lanjut lihat saja, aku tidak mau menganggu kamu lagi. Hanya saja jangan menganggu Presdir hari ini, suasana hatinya sepertinya sedang buruk hari ini, kalau ada waktu, kamu coba bicaralah bersamanya" Melihat Asmi yang tidak melihat dia dari tadi, Tanu yang merasa bosan pun memutuskan untuk pergi.

Suasana di dalam ruangan Presdir menjadi sunyi lagi, Asmi merasa hatinya baru saja digigit oleh lebah, terasa sedikit gatal dan pedih. Dia lanjut membaca informasi tentang bayi. Asmi tidak pernah tahu menjaga seoarang bayi itu hal yang begitu ribet, hal yang harus dilakukan ada begitu banyak. Asmi merasa terima kasih kepada Rani, seorang ibu membesarkan anaknya membutuhkan keberanian dan tenaga yang sangat tinggi. Mengandung untuk 10 bulan, tidak akan yang bisa mengerti kesakitan waktu mau melahirkan kecuali dia mengalaminya sendiri.

Kebencian Asmi terhadap Rani memang sangat sedikit dari awal, karena ibu pengasuh pernah memberi tahu Asmi, seorang ibu memerlukan keberanian yang sangat besar untuk melahirkan anaknya.

Kalau seorang ibu bisa sampai membuang anaknya, mungkin karena dia merasa dia tidak memilik kemampuan untuk memberi kehidupan yang lebih bagus untuk anaknya.

Asmi berpikir, mau bagaimanapun dia pasti akan membesarkan anaknya, dia pasti akan memberi dia masa kecil yang bahagia.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu