Asisten Wanita Ndeso - Bab 9 Cerita Belakang Layar
Duduk di dalam mobil mewah, Asmi masih agak bingung.
Dulu, Rani, nyonya terhormat itu, mengira dirinya mengidap penyakit yang mematikan, pergi meninggalkan orang yang dicintai, akhirnya tak disangka di saat semacam itu menemukan dirinya hamil, meski melahirkan anak itu mungkin membuatnya mati, tapi Rani masih tetap melahirkan anak itu, awalnya ingin mengantarkan anaknya ke tempat ayah kandungnya sana, namun menemukan pria itu sudah memelihara seorang anak laki-laki, terakhir tidak ada jalan lain baru memberikan Asmi ke orang lain untuk diasuh.
Dengan cerita yang tidak panjang ini meminta Asmi memaafkan Rani, yang paling utama itu adalah, saat Rani memandangi Asmi, kasih ibu yang kental dan tidak bisa berubah.
“Ayahmu juga sangat merindukanmu, semenjak tahu keberadaanmu, dia terus mencari cara untuk menemukanmu.” Rani dengan erat menggengam tangan Asmi, takut sekali mengedipkan mata, putri di samping yang terpisah selama bertahun-tahun jadi hilang lagi.
Terhadap perubahan seperti mimpiini Asmi sudah sepenuhnya jadi mematung, tapi, bisa bersama dengan keluarga, wanita itu sudah merasa puas.
Tapi, segera Asmi jadi tahu apa yang dinamakan nasib mempermainkan orang.
Fredo Fajar memarkir mobil dengan baik, dia sudah lama sekali tidak pulang menjenguk ayah, semenjak setelah wanita itu masuk, meski pria itu sangat tidak puas terhadap wanita yang seharusnya dia panggil ibu itu, tapi, terhadap ayah yang membesarkannya sendirian, Fredo sangat menghormati dan berbakti, hari ini ayah menelpon memintanya pasti harus pulang, pria itu langsung meninggalkan semua kerjaannya.
Sekali masuk ke ruang tahu, Fredo menemukan keanehan, “Hari ini hari penting apa?”
Dengan setelan jas yang rapi dan sangat formal Teto duduk dengan mantap di atas sofa, sekali-kali memandang ke luar, kelihatan Fredo pulang, wajahnya menampilkan sedikit kegembiraan, “Em, iya hari penting.”
Fredo mengilas balik dengan seksama, hari raya? Bukan. Hari ulang tahun? Juga bukan. Kalau benar demikian, apakah suatu hari peringatan yang dia lupa?
Teto menarik Fredo kemari,” Dodo, kamu siap-siap sebentar, nanti adik perempuanmu datang, kamu mau bersikap yang baik.”
“Adik perempuan?!” Suara Fredo naik, kapan-kapan dia punya adik perempuan? Ini… ada apa ini sebenarnya!
Teto dengan wajah gembira mengangguk, “Tidak salah, Dodo, aku dan ibumu memiliki seorang adik perempuan, terus mengembara di luar, tidak menyangka, Tuhan tidak mengecewakan hati orang, akhirnya kita berhasil menemukan!”
“Dari ibu yang mana?” Ekspresi wajah Fredo agak tidak baik, semenjak wanita itu masuk ke rumah, pria itu pindah keluar, sekarang bertambah satu adik perempuan lagi? Mendengar maksudnya ini, sepertinya merupakan masalah yang sudah lama sekali, jangan-jangan membelakangi ibu kandungnya, putri haram di luar? Menobatkan anak haram, bisa seserius seperti ini?!
Wajah Tanu a nagak mengeras kaku, dari ibu yang mana? Dia… sudahlah, sekarang bukan saat ini membahas tentang hal ini, dia Teto terang-terangan, ada Nini yang mendukungnya sudah cukup.
Pintu ruang tamu didorong dan dibuka dari luar, Rani menarik Asmi masuk ke ruang tamu.
“ Fredo ?”
“Asmi ?”
Dalam otak Asmi terpancar sebuah perasaan yang tidak baik, apa mungkin….
Mata Fredo bersinar, apa mungkin, sebelumnya Asmi mendekatinya tujuannya ini? Atau mungkin, dia memang adalah wanita yang menyimpan rencana dengan dalam, wanita itu mau harta ayahnya, jadi masuk ke perusahaan dulu untuk mengenal lebih dalam? Pemikiran ini muncul, Fredo semakin merasa mungkin saja, pantas saja di bar melihat wanita itu berhubungan tidak jelas dengan orang, ternyata memang dia adalah wanita yang seperti ini!
“Dodo, kalian kenal?” Teto tidak menyangka, sepasang putra dan putrinya memang sudah kenal, seperti ini bagus juga, bergaul juga jadi agak lebih mudah.
“Asmi, ini adalah kakakmu.” Rani tersenyum, meski Dodotidak mengakui dia ibu ini, tapi,dia tetap sangat menyukai Dodo, dengar-dengar dari Teto, pria itu mengelola kantor dengan sangat baik.
Dalam hati Asmi seakan ditumpahi dengan botol 5 rasa, di satu sisi akhirnya bisa dengan terang-terangan dekat dengan Fredo, di sisi lain malah kepahitan yang tidak berbatas, meski dari awal tahu tidak ada peluang, tapi, hubungan adik kakak semacam ini, juga membuat dia tidak bisa menerima, sudah menyukainya selama 10 tahun, jadi kakak kandungnya, perubahan semacam ini, takutnya dalam waktu singkat sangat sulit untuk diubah.
Dengan paksa memeras sebuah senyuman, wajah Asmi yang pucat, “Kak…”
Fredo tersenyum, kak? Tidak, dia tidak ada adik perempuan yang seperti ini.
“Dodo, ada apa? Apa terlalu lelah bekerja?” Rani perhatian bertanya.
Fredo berpura-pura tidak kedengaran, “Ayah, aku di kantor masih ada urusan, pulang dulu yah.”
Melihat bayangan Fredo yang pergi, ekspresi wajah Asmi bertambah semakin tidak enak dilihat, ekspresi wajah Teto juga agak tidak bagus, tapi dia tidak ingin menampilkan keluar sedikit rasa tidak senang pun di hadapan Nini dan Asmi .
Rani tersenyum, “Asmi, ayahmu sangat merindukanmu, setiap hari membicarakan tentang kamu terus.”
Asmi menggigit bibir, dia tahu mereka berharap dia bisa menyampaikan pemikirannya, tapi, awalnya sepanjang jalan sudah merencenakan dengan baik, seakan karena keberadaan Fredo semuanya jadi berubah.
“Sudahlah, Nini, beri dia sedikit waktu untuk menyesuaikan diri.” Teto memandangi Asmi dari atas ke bawah, dandanan yang sederhana, gaya yang diam, memang agak seperti Nini sewaktu muda, meski sekarang terlihat agak dusun dan tak pandai berbicara, tapi putrinya, bagaimana pun juga bagus.
Asmi baring di ranjang yang lembut, memandangi lampu kristal yang cantik, kenapa malah hatinya tidak bisa tenang, otaknya penuh dengan bayangan Fredo .
Tiba-tiba duduk, itu semua adalah perasaan yang tidak seharusnya ada, tidak seharusnya ada! Dia adalah kakak kandungnya, kakak kandung!
Tanu terus memandangi Fredo yang terus menuang anggur, dalam mata sangat tidak mengerti, ada apa dengan teman baiknya ini? Kenapa tiba-tiba jadi menggila, dia ingat pria itu sangat jarang minum.
Menariknya ke sini, juga tidak berbicara, hanya tidak berhenti menuang anggur, apa mungkin karena masalah Anisa? Dengan rasa suka CEO lama terhadap Fredo, asal pria itu mengatakan tidak bersedia, seharusnya pernikahan ini tidak akan bisa jadi, apa yang sebenarnya tidak ada yang perlu dipusingkan, “Halo,menurutku, kamu langsung saja katakan ke kakek tua kamu tidak menyukai wanita itu, kenapa harus sedirian minum dengan penat di sini.”
Fredo tersenyum pahit sebentar, bagus kalau semudah itu, dia bukannya tidak menyukai Rani, tapi tidak bisa menerima ayahnya tidak setia terhadap ibunya demi wanita ini, umur Asmi dan dia hanya berjarak 2 tahun, ini membuktikan apa? Ini sama sekali tidak perlu dipikirkan, dan sekarang ini, tak disangka putri haram ini diakui, bagaimana bisa membuat pria itu merasa enak?! Lagi pula, ayahnya begitu mencintai Rani bahkan demi wanita itu mundur lebih awal dari jabatan CEO, mencintai wanita itu dan juga anaknya ditambah berpisah selama bertahun-tahun, Asmi juga adalah wanita yang banyak siasat, nanti pada waktunya, mungkin saja bisa muncul masalah apa.
“Tanu, tidak semudah itu…” Fredo dengan dalam menghela nafas, lanjut menuang anggur lagi.
Tanu mengetuk meja, tidak semudah itu? Pria itu juga tahu pernikahan demi menjalin bisnis tidak dilandasi dengan perasaan, kebanyakan yang dipentingkan adalah keuntungan, tapi, Marini sepertinya tidak membutuhkan ada pernikahan demi menjalin bisnis, “Apa kamu sungguh berencana menikah dengan Anisa, lalu hidup bersama seumur hidup?”
Anisa? Fredo berpikir dengan seksama, dalam otak baru muncul sebuah bayangan yang kabur, apa urusannya dengan Anisa? Menikah dengan Anisa? Uh, benar, Anisa adalah calon istrinya.
Pusing! Fredo menjatuhkan dengan ganas botol anggur yang ada di tangannya ke lantai, “Ayah Anisa dulu pernah membantu ayahku, ini sudah diputuskan dari dulu, jadi….”
Tanu yang selalu tidak mengerti tiba-tiba jadi mengerti, tidak disangka, ada cerita belakang layar yang seperti ini, ini sebaliknya yang membuat dia tidak kepikiran, memang sulit diselesaikan. Menepuk pundak Fredo, “Do, kamu juga jaga dirimu yang baik, sobatmu tidak bisa bantu apa-apa.”
Menghela nafas, Tanu juga mengambil satu botol anggur, menuangkan, dia sampai sekarang, masih belum menemukan penyanyi misterius itu, kelihatannya juga tidak ada harapan lagi, kalau memang tidak bisa, dia berencana mencari pemilik bar, tidak percaya tidak bisa menemukan!
Novel Terkait
Unlimited Love
Ester GohThe Gravity between Us
Vella PinkyLoving The Pain
AmardaYou're My Savior
Shella NaviMy Charming Wife
Diana AndrikaThis Isn't Love
YuyuCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya