Asisten Wanita Ndeso - Bab 56 Hamil
Selama jam makan siang di perusahaan, sebagian orang pergi makan siang, Joe dan Asmi tidak bertemu dengan beberapa orang “Sekretaris Sumirah, kamu belum makan, kan? Ku traktir, yah?” Joe sudah lama ingin mentraktir Asmi makan, tapi selalu tidak ada kesempatan.
Sejak pertama kali dia melihat Asmi yang segar dan cerah di bandara, dia menyadari bahwa dia sangat mencintainya. Sebelumnya, dia tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama. Dia merasa cinta pada pandangan pertama adalah urusan orang remaja, tidak akan terjadi pada dirinya yang sudah sangat dewasa.
Namun, sejak pertama kali melihat Asmi, temperamen uniknya membuat dirinya tidak bisa melepaskan diri. Setiap hari, sosok Asmi ada di benaknya, tidak dapat melupakannya. Meskipun Asmi dan dirinya hanya berkomunikasi beberapa kata, tapi dia memutuskan bahwa Asmi adalah wanita yang paling cocok untuknya.
Nada suara Joe sedikit menyanjung, dia menantikan jawaban Asmi “Maaf, Tuan Harta, aku masih ada urusan, hari ini tidak bisa.” Asmi buru-buru menolak, hal yang paling mencemaskan di hatinya saat ini adalah masalah mestruasi. Sebelum masalah ini jelas, dia tidak ingin melakukan apapun.
“Tidak apa-apa.” Joe masih sangat ramah. Dia melihat beberapa kecemasan di mata Asmi. Dia tahu bahwa Asmi mungkin benar-benar sibuk.
“Baiklah.” Keluar dari pintu perusahaan, Asmi buru-buru mengucapkan selamat tinggal pada Joe. Dia ingin naik bus ke rumah sakit dan tidak ingin Joe tahu apa yang dia lakukan “ Kepala Departemen Harta, aku pergi naik bus.” Asmi bergegas pergi setelah mengucapkan selamat tinggal.
Pada saat ini, dari mana dia masih punya nafsu makan, dia tidak sabar untuk terbang ke rumah sakit sekarang untuk mengetahui hasil akhirnya. Joe berdiri di depan pintu perusahaan dan melihat sosok Asmi. Joe selalu merasa bahwa ada banyak kesedihan di mata Asmi. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Asmi. Mengapa dia yang dulunya tidak peduli dengan penampilannya, tiba-tiba menunjukkan sisi terbaiknya.
Di dalam bus sangat sepi. Ini adalah hal yang umum di setiap kota besar di dalam negeri. Di kota-kota ini, pagi dan sore hari adalah waktu yang ramai penumpang di bus, pelajar, pekerja kantoran, semua orang meninggalkan rumah ke tempat lain dan kembali ke rumah dari tempat itu pada sore hari.
Pada siang hari, hanya ada sedikit orang di dalam bus. Asmi duduk di kursi dekat jendela, membayangkan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Asmi adalah seorang gadis yang suka berimajinasi, dia selalu membayangkan apa yang akan terjadi dalam pikirannya, meskipun tidak terjadi sesuatu dengan imajinasinya.
Asmi sedikit khawatir, dia belum pernah melakukan pemeriksaan seperti itu sebelumnya, dia tiba-tiba terpikir bahwa dia boleh tidak perlu pergi ke rumah sakit. Dia pernah melihat di drama TV bahwa wanita yang merasa hamil pergi ke apotek untuk membeli test pack. Jika hamil, bisa pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Asmi berpikir bahwa dia harus melakukan langkah ini terlebih dahulu. Jika benar-benar hamil, juga belum terlambat untuk pergi ke rumah sakit. Setelah memikirkannya, Asmi memutuskan untuk membeli test pack dulu, dia turun dari bus di tempat yang dia kenal. Ada toko apotek yang dia sering pergi untuk membeli obat, seharusnya ada barang ini di sana.
Pejalan kaki di jalan tidak banyak. Di kota dekat selatan ini, matahari pada siang hari menyinari bumi tanpa batas, bahkan jalan tersebut telah menyerap cukup sinar ultraviolet dan gelombang panas melonjak. Asmi hanya merasa sangat panas, jadi dia melangkah dengan cepat pergi ke toko apotek untuk mendinginkan tubuh.
Tamu di toko apotek juga sangat sedikit. Asmi merasa wajahnya panas ketika masuk ke toko apotek. Dia tidak pernah membeli barang itu. Dia tidak merasa malu tadi, hanya ketika tiba di apotek, dia menyadari bahwa kalimat itu sangat sulit untuk diucapkan.
Bagaimanapun, dia adalah seorang gadis yang belum pernah menikah. Jika datang untuk membeli test pack, itu sangat sulit untuk dikatakan. Asmi berdiri di depan konter, berpura-pura sedang melihat obat. Setelah beberapa saat, seorang pelayan toko datang menanyakan apa yang ingin dia beli.
Wajah Asmi tiba-tiba memerah. Dia sulit mengatakannya “Anda ingin membeli obat pembesar payudara atau obat ginekologi?” Semua pelayan toko sangat berpengalaman. Jika yang datang adalah perempuan dan malu untuk berbicara, biasanya mereka ingin membeli obat pembesar payudara atau menurunkan berat badan.
Asmi menjadi lebih canggung ketika ditanya begitu oleh pelayan wanita. Wajahnya memerah karena malu, dia berdiri di sana dengan bingung dan tergagap: “Aku tidak mengalami menstruasi selama dua bulan. Apa yang harus aku lakukan?” Asmi berkata dengan lembut. Dia merasa pelayan pasti mengerti.
“Oh, menstruasimu tidak teratur, ini mudah ditangani. Sekarang banyak pekerja kantoran yang seperti ini, penuh tekanan dan sering lembur. Jadi jangan khawatir, aku akan memberimu obat untuk melancarkan menstruasi.” Pelayan itu mengira Asmi mengalami menstruasi yang tidak teratur, jadi dia menunduk untuk mencari obat pelancar menstruasi.
“Aku ingin membeli test pack.” Asmi akhirnya tidak bisa menahannya, jika dia tidak mengatakannya, dia tidak tahu apa yang akan dipikirkan oleh pelayan itu.
Pelayan wanita berdiri di sana dengan terkejut “Ternyata membeli strip kertas tes kehamilan, kamu bisa mengatakan lebih awal, ngapain malu-malu, kita sudah dewasa.” Pelayan itu pergi untuk mencari strip tes sambil mengeluh, mengeluh Asmi sengaja menutupi dirinya di sana, ini juga tidak ada yang memalukan.
“Ini dia, baca baik-baik intruksinya.” Pelayan wanita meletakkan sebungkus test pack di atas meja. Kemudian pergi sibuk dengan hal lain. Pelayan itu berpikir Asmi harusnya adalah gadis dewasa, mengapa dia bisa merasa malu dengan hal semacam ini? Pasti gadis tua.
Pelayan itu tersenyum diam-diam di sana, dia bertemu seseorang yang datang untuk membeli strip tes yang bahkan terlihat seperti siswa juga tidak malu, ini pertama kalinya dia bertemu.
Setelah Asmi membayar uangnya, dia buru-buru meninggalkan toko seperti melarikan diri dan naik bus pulang. Asmi meletakkan strip tes di bagian bawah tas karena takut orang lain akan melihatnya. Dia merasa seperti telah melakukan sesuatu yang salah. Hati Asmi selalu terbuka, dia tidak menyangka sendiri akan seperti ini.
Semakin cemas, bus tampaknya berjalan semakin lambat. Asmi di dalam bus sesekali melihat apakah dia sudah sampai rumah, tangannya memegang tas dengan kuat dan keringat di kepalanya terus mengalir.
Akhirnya, sampai di halte bus yang paling dekat dengan rumahnya. Asmi turun dari bus dengan kaku. Langkahnya dipercepat, lebih cepat dua kali lipat dari biasanya. Melihat rumahnya ada di depan, Asmi berlari beberapa langkah ke rumahnya.
Asmi baru saja membuka pintu “Asmi” terdengar suara yang tidak asing, Asmi tiba-tiba merasa pusing, itu adalah bibinya. Bibinya sudah tidak datang mencari Asmi selama beberapa hari ini, tidak tahu dia datang buat apa lagi.
Asmi menoleh ke belakang sambil tersenyum, dengan hormat memanggil bibinya. Meskipun dia tidak menyukai bibinya, tapi bagaimanapun juga dia adalah adik dari ibu angkatnya. Asmi masih memperlakukan bibinya dengan hormat. Sedikit senyum palsu di wajah Asmi.
Bibi berjalan ke sisi Asmi sambil memelintir pinggangnya yang gemuk “Asmi, mengapa kamu tidak kembali ke ibu kandungmu? Lingkungan di tempatnya pasti jauh lebih baik daripada di sini.” Bibi berkata sambil mengecat kukunya.
Rumah Asmi sangat dekat dengan rumah bibinya. Mereka tinggal di sebuah bangunan tempat tinggal kuno. Penduduknya adalah warga lama setempat. Efek kedap suara di dalam bangunan tidak terlalu bagus, jadi para tetangga bisa mendengar dengan jelas apa yang terjadi dalam keluarga itu.
Asmi tidak ingin bertengkar dengan bibinya. Asmi tahu bahwa bibinya menginginkan rumahnya. Jika Asmi kembali tinggal bersama ibu kandungnya, maka dia dapat menempati rumah ini, karena Asmi tidak memiliki kerabat di dunia ini.
Ibu kandungnya tidak akan peduli dengan rumah tua ini. Meskipun bibi Asmi hanya bertemu Rani dua kali, tapi dari perilakunya, dia menyadari bahwa Rani berpakaian seperti nyonya kaya, penuh dengan merek terkenal.
“Aku tidak akan pindah akhir-akhir ini, aku ingin menemani orangtuaku. Bibi, apa ada masalah? Jika ada, masuk bicaralah.” Asmi tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kata-kata indah bibinya. Dia tidak bisa melupakan penganiayaan bibinya ketika ibunya baru saja meninggal.
Demi sebuah rumah, dia terpaksa pergi ke bar untuk bernyanyi karena bibinya memaksanya untuk mengembalikan uang. Dia tidak akan pernah melupakan pengalaman ini.
“Tidak perlu, Asmi, aku tidak masuk. Aku masih harus pulang untuk memasak. Apa kamu sudah makan? Jika kamu belum makan, pergi makanlah.” Tatapan bibinya masih ada sedikit perhatian.
“Aku tidak pergi, ada yang harus aku lakukan hari ini, jadi aku minta izin.” Asmi melihat bahwa bibinya tidak berencana masuk ke rumah, jadi dia mulai menutup pintu. Selain rakus akan uang, bibinya baik dalam segala hal lainnya. Ketika ibu angkatnya masih hidup, bibinya juga sangat menyayangi Asmi.
Asmi menutup pintu dengan sedih. Alangkah baiknya jika ibu angkatnya masih hidup. Air mata mengalir dari sudut mata Asmi, dia dengan cepat menyekanya. Sekarang bukan waktunya untuk bersedih di sini, menyelesaikan hal terpenting dulu.
Asmi tiba di meja makan dan menuangkan segelas air. Dia selalu harus minum air jika gugup. Dia mengeluarkan strip kertas dan alat tes kehamilan dari tas dengan hati-hati. Pelayan itu memberinya dua macam, yang satu seperti termometer, yang satunya lagi adalah strip kertas. Asmi memutuskan untuk menggunakan strip kertas ini terlebih dahulu
Asmi melihat instruksi di belakang dulu, kata-katanya sangat kecil, Asmi melihat lebih dekat. Ternyata perlu menggunakan urine, lebih baik lagi jika menggunakan urine di pagi hari, karena saat itu paling akurat. Bagaimana Asmi bisa menunggu sampai besok pagi? Dia perlu hasilnya sekarang.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickKisah Si Dewa Perang
Daron JayUnlimited Love
Ester GohMy Charming Lady Boss
AndikaThe Comeback of My Ex-Wife
Alina QueensAir Mata Cinta
Bella CiaoAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya