Asisten Wanita Ndeso - Bab 80 Susah Untuk Menerima
Dalam beberapa hari terakhir, Sasa pergi melihat Asmi setiap hari dan mengabaikan Tanu, dia sangat sibuk, selain waktu kerja, pikirannya penuh dengan kondisi Asmi. Setiap siang, dia harus naik bus dari ujung kota ke pusat kota, bertanya pada paman direktur tentang kondisi Asmi, dan mengobrol dengan Asmi.
Dia telah melupakan Tanu, terutama setelah Teto memberitahunya bahwa Asmi ditabrak oleh Anisa, dia semakin membenci Fredo, dan bahkan tidak ingin melihat Tanu yang sangat mematuhi perintah Fredo.
Namun, semakin dia tidak ingin melihatnya, semakin sering Tanu meneleponnya. Pada siang hari, Sasa baru saja kembali dari rumah sakit, dia masih belum memasuki perusahaan dan dia sudah menerima telepon dari Tanu.
Sasa ragu-ragu untuk waktu yang lama, dia bertanya pada dirinya sendiri apakah dia mau menjawab telepon. Setelah berpikir untuk waktu yang lama, Sasa menjawab telepon. Bagaimanapun juga, Fredo adalah Fredo, dan Tanu adalah Tanu.
“Sasa, ada apa denganmu?” Di sisi lain telepon adalah Tanu yang tidak pernah marah kepada orang lain, dia sudah tidak tahan lagi, dia tidak pernah begitu menyukai seorang gadis, tetapi akhir-akhir ini dia selalu diabaikan oleh Sasa.
Setelah Sasa mendengar raungan Tanu, ponselnya secara tidak sadar menjauh dari telinganya. Dia tahu bahwa Tanu pasti akan menyerangnya. Dia ingin mendengar Tanu selesai mengeluh baru menjawab telepon, kalau tidak, Tanu akan lebih marah, dan amarahnya juga akan lebih mudah dinyalakan.
Tanu mengeluh di sana sendirian, menceritakan semua tentang bagaimana dia menjaga diri, bagaimana dia jatuh cinta pada Sasa pada pandangan pertama, dan bagaimana dia mematuhi Sasa.
Tanu menemukan bahwa Sasa tidak berbicara, berdasarkan sifat Sasa yang berani untuk mencintai dan membenci, bagaimana mungkin dia tidak ada gerakan sama sekali?
“Halo, Sasa, apakah kamu mendengarkannya?” Tanu merasa ada sesuatu yang aneh, apakah Sasa sudah lama menutup telepon.
“Ya, aku sedang mendengarkan.” Sasa sudah tertawa terbahak-bahak, tetapi dia berusaha menahan diri untuk jangan mengeluarkan suara, untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa Tanu sangat imut.
Sasa berpura-pura serius, tetapi dia telah lama tertawa terbahak-bahak, "Tanu, aku tahu aku salah, tapi beberapa hari ini aku benar-benar ada urusan yang harus dilakukan." Ketika memikirkan Asmi, senyum di wajah Sasa tiba-tiba menghilang.
Perkataan Teto muncul di benaknya, “Anisa yang menabrak Asmi.” Sasa marah ketika memikirkan Anisa.
“Tanu, karena sudah sampai sekarang, maka aku juga terus terang berkata padamu, Asmi tidak pergi bekerja karena dia ditabrak mobil, dan dia sekarang berada di rumah sakit, beberapa hari ini aku pergi menemaninya.” Sasa telah menahan perkataan ini selama beberapa hari, dan dia akhirnya mengucapkannya, dia benar-benar sangat frustasi akhir-akhir ini.
“Apa? Asmi ditabrak mobil? Apakah kondisinya serius? Dia di rumah sakit yang mana?” Suara Tanu dua kali lebih keras dari biasa, dan ketika terdengar di telepon, suaranya sudah menjadi teriakan.
Serangkaian pertanyaan membuat Sasa tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia membalikkan pulpen di tangannya. Saat ini kantor sangat sepi, dia hanya bisa merendahkan suaranya untuk berbicara. Di perusahaan juga banyak orang yang suka bergosip, jika membiarkan mereka mengetahui hal ini, tidak tahu apa yang akan mereka sebarkan.
“Tanu, jika kamu ingin tahu keseluruhan ceritanya, mari kita bertemu sekarang, aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Setelah Sasa mengatakan fakta bahwa Asmi mengalami kecelakaan mobil, dia tidak bisa menahannya lagi, dia ingin memberitahu Tanu tentang pengalaman Asmi sepenuhnya, dan hanya Tanu yang bisa menghibur hatinya sekarang.
"Oke." Tanu tidak melihat Sasa selama beberapa hari, dia bisa mendengar kepanikan dan ketidakberdayaan yang tersirat dalam perkataan Sasa, meskipun Sasa tidak mengajaknya untuk bertemu, dia juga akan pergi mencari Sasa.
“Kita bertemu di kafe seberang perusahaan, setengah jam kemudian aku akan menunggumu di sana.” Sasa menutup telepon dan termenung di kantor, nanti dia hanya perlu katakan kepada supervisor bahwa keluarganya dirawat di rumah sakit dan dia sudah bisa mengambil cuti.
Supervisornya adalah seorang wanita berusia sekitar empat puluhan tahun, Sasa mendengar bahwa dia lulus dari universitas terkenal di Amerika Serikat, dia fasih berbahasa Inggris, dan menjunjung tinggi filosofi Amerika terhadap karyawan, dia selalu sangat toleran terhadap karyawan, selama kami melakukan pekerjaan dengan baik, maka kami tidak harus berada di kantor sepanjang hari.
Ini juga salah satu alasan mengapa Sasa datang ke departemen perencanaan. Di satu sisi, karena jurusannya yang serupa, di sisi lain, dia mendengar bahwa ayahnya sangat menghargai wanita ini. Dia mendengar bahwa supervisornya adalah seorang ibu tunggal, jika mereka saling menyukai, bukankah mereka adalah pasangan yang sangat cocok?
Ini hanyalah angan-angan Sasa, namun melalui pengamatannya untuk jangka waktu tertentu, dia menemukan bahwa Supervisor tidak kekurangan pelamar, dan ada orang yang memberinya bunga setiap hari.
Sasa tidak tahu apakah ayahnya termasuk di antara mereka dan apakah ayahnya kompetitif, Sasa selalu merasa bahwa ayahnya terlalu kutu buku, mungkin karena ayahnya pernah menjadi profesor di universitas untuk jangka waktu tertentu, dia selalu merasa bahwa ayahnya tidak mengenal dunia manusiawi.
Di kafe, simfoni Beethoven sedang diputar, suara ding dong ding dong dan detak jantung Sasa seolah-olah satu ritme. Sasa duduk di pojok dan dia sudah meminum secangkir cappuccino, dia biasanya tidak minum kopi manis, tapi dia sangat gugup, dia mengingat bahwa Asmi pernah berkata, hal-hal manis akan membuat suasana hati seseorang menjadi lebih baik dan menenangkan seseorang yang gugup.
Namun, setelah dia selesai meminum kopi yang manis, kakinya masih sedikit gemetar, dia meletakkan tangan di atas kakinya, ketika melakukan wawancara tes masuk di universitas, dia bahkan tidak begitu gugup.
Dari kejauhan, dia melihat Tanu datang dengan berpakaian bagus. Tanu selalu mengenakan setelan yang bagus, tetapi tidak suka memakai dasi. Tanu selalu berpikir bahwa dasi akan membuat bakat pemuda jatuh ke dalam stereotip dan penampilannya juga akan terlihat lebih tua.
Tanu sekilas langsung melihat Sasa yang duduk di sudut, Sasa tampak sedikit gugup, tangannya menggosok kakinya dengan kuat, Tanu tidak pernah melihat Sasa yang tidak percaya diri dan panik seperti ini.
Dalam kesan Tanu, Sasa selalu merupakan gadis yang percaya diri dan ceria, dia selalu memiliki senyum di wajahnya, seolah-olah tidak ada yang sulit baginya, dan tidak ada yang bisa membuatnya sedih.
Tanu berjalan beberapa langkah dan duduk di seberang Sasa. Wajah Sasa terlihat tidak terlalu bagus, dia kelihatannya kurang tidur karena menjaga Asmi selama beberapa hari, dia tidak merias wajah, sehingga wajahnya terlihat sedikit kuyu. Sasa memang sudah berkecil hati, ditambah lagi kurang tidur, sekarang wajahnya tampak semakin kuyu.
“Sasa, aku tidak melihatmu selama beberapa hari, mengapa kamu menjadi seperti ini?” Tanu tidak tega melihat penampilan Sasa seperti ini, dia sangat sakit hati, dan juga ada kebencian dan kemarahan di dalam hatinya, siapa suruh Sasa tidak memberitahunya lebih awal? Kalau begitu dia dapat membantunya berbagi beban.
"Apa yang ingin Anda pesan?" Pelayan berpakaian rapi bertanya pada Tanu.
“Berikan kami dua cangkir kopi dan sepotong kue stroberi.” Tanu ingat bahwa Sasa menyukai kue stroberi toko ini.
"Sasa, aku sudah datang, kamu jangan sembunyikan perkataan itu di dalam hatimu lagi, jika kamu memberitahuku lebih awal, aku bisa membantumu berbagi sedikit beban, coba kamu lihat bagaimana penampilanmu sekarang ini, tahukah kamu? Betapa sakitnya hatiku ketika melihat kamu menjadi seperti ini." Tanu menatap Sasa dengan penuh kasih sayang, ekspresi di wajahnya menunjukkan kepeduliannya terhadap Sasa.
“Asmi ditabrak mobil.” Sasa hampir mau menangis, dia melihat betapa sepinya lingkungan di sekitarnya, kemudian dia menahan tangisannya, lagu di kafe diganti lagi, lagu yang diputarkan sekarang merupakan lagu Enya favorit Sasa dan Asmi.
Tidak tahu apa yang sedang dipikirkan orang-orang di kafe ini, sehingga lagu-lagu yang tidak berhubungan dimainkan bersama.
“Aku tahu, Sasa, selain ini apa lagi yang ingin kamu katakan padaku?” Tanu tahu bahwa Sasa pasti tahu sesuatu tentang Asmi, sehingga Sasa bisa begitu tertekan dan tidak tahu harus bagaimana mengatasinya.
Mata Tanu yang begitu lembut dan tulus, menghilangkan semua kekhawatiran Sasa. Sasa awalnya masih mempertimbangkan apakah dia ingin mengatakan yang sebenarnya kepada Tanu, tetapi sekarang dia sudah tidak khawatir lagi.
Sasa meminum kopi untuk menyemangati suasana hatinya, dia tahu bahwa dia pasti sangat jelek sekarang, tetapi dia tidak bisa peduli sebanyak itu, sudah waktunya bagi Tanu dan Fredo untuk mengetahui fakta.
“Asmi telah hamil.” Sasa menatap mata Tanu yang memandang dirinya sendiri, dia melihat bahwa begitu dia mengucapkan perkataan ini, kopi di mulut Tanu hampir menyembur, dan Tanu menekannya dengan keras, sehingga Tanu batuk dengan keras.
"Uhuk uhuk, uhuk uhuk, uhuk uhuk." Tanu batuk keras, tetapi matanya menatap Sasa dengan terkejut. Dia berpikir, apakah Sasa salah berkata, atau dia yang salah mendengar, bagaimana mungkin Asmi bisa hamil?
Beberapa hari yang lalu, dia masih melihat Asmi, dan Asmi tidak memiliki reaksi yang aneh, Tanu merasa bahwa dia masih memiliki akal sehat dan tahu seperti apa wanita hamil pada umumnya.
Sasa menyerahkan tisu kepada Tanu, “Tanu, aku tidak berbohong padamu, Asmi benar-benar hamil, dan itu adalah anak dari bosmu, Fredo.” Sasa tidak lagi terkejut dengan fakta ini.
Di sisi Tanu, berita ini datang seperti badai laut, membuat Tanu bingung, dia duduk di sana dengan linglung, tangannya yang memegang kopi berhenti, seolah-olah ruang dan waktu juga berhenti di sini dan tidak berjalan lagi.
Sasa melihat mulut Tanu melebar, dengan ekspresi wajah yang tidak percaya, sebagai orang yang mengenal dua orang di sekitarnya ini, tidak ada yang akan percaya bahwa Asmi akan hamil dan anak itu adalah anak Fredo.
Jika mengesampikan ketidakcocokan di awal terlebih dahulu, pada saat itu Fredo selalu merendahkan Asmi, bagaimana mungkin Fredo bisa memiliki perasaan terhadap Asmi? Kemudian, Asmi menjadi adik Fredo, dan hal ini bahkan lebih mustahil.
Tanu bingung dengan perkataan Sasa, "Sasa, apakah kamu salah berkata? Apakah kepala Asmi rusak karena ditabrak mobil, sehingga Asmi salah ingat?" Tanu tidak percaya perkataan Sasa ini adalah fakta.
“Otakmu yang rusak karena ditabrak mobil, Asmi baik-baik saja, kamu jangan mengutuknya lagi. ”Sasa bangkit dengan marah, dia memelototi Tanu dengan marah, dia tidak menduga bahwa bahkan Tanu juga tidak mempercayainya.
Tanu buru-buru meraih Sasa, dan berkata dengan suara yang lembut, "Sasa, jangan marah, aku hanya merasa bahwa semua ini terlalu mendadak, kamu juga harus memberiku proses untuk menerima fakta."
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WenniePRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeePengantin Baruku
FebiMata Superman
BrickKembali Dari Kematian
Yeon KyeongPredestined
CarlyMy Perfect Lady
AliciaMy Goddes
Riski saputroAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya