Asisten Wanita Ndeso - Bab 54 Sebuah lingkaran merah

Setelah kembali dari Korea, Asmi selalu merasa tubuhnya sangat lelah, duduk didepan meja kantor sebentar saja sekujur tubuhnya terasa menderita, benar-benar sangat lelah, Asmi selalu duduk sebentar kemudian berdiri dan berjalan-jalan sebentar.

Perjalanan pulang juga sama, jelas-jelas urusan diperusahaan akhir-akhir ini tidak banyak, Fredo juga tidak mencari masalah dengannya, tetapi, selalu merasa kekuatan tubuhnya tidak mendukung. Asmi merasa sangat aneh, dirinya sedang mengalami masa-masa keemas an, ia teringat saat baru saja datang ke Perusahaan Marini, seluruhnya penuh dengan hari-hari lembur, setiap hari akan mencapai jam 11-12 malam.

Sekarang baru saja pukul 8, ia sudah ingin naik ke ranjang dan tidur, Asmi duduk didalam kantor yang besar itu, pandangan matanya terjatuh pada tanggalan, tanggal 20 bulan 7, Asmi membalik-balik kalender yang ada didepannya, tidak ada lingkaran merah, kemudian kembali membalik-balik kalender bulan 5, didalam kalender terdapat lingkaran merah pada tanggal 10.

Otak Asmi seketika menjadi kosong, datang bulannya setiap kali selalu tepat waktu, kenapa sudah lewat 2 bulan masih saja belum datang? Awalnya Asmi tidak seberapa peduli, ia mengira datang bulannya sudah datang, wanita selalu seperti ini, setelah lewat beberapa saat datang bulannya akan berubah waktu, mungkin lebih awal ataupun lebih terlambat.

Asmi mengira mungkin akan telat, kemudian karena urusan diperusahaan menjadi banyak, Asmi dalam kesibukannya ternyata melupakan hal ini. Jadwal datang bulan yang selalu normal ini kenapa bisa terlambat seperti ini?

Sebuah rasa panik tiba-tiba datang keatas kepala Asmi, ia hampir saja lupa, dirinya pernah mengalami sentuhan intim beberapa kali dengan Fredo, bagaimana ia bisa melupakan hal yang sepenting ini?

Asmi kembali mengingat-ingat hal itu, dirinya hanya mengurusi sakit hati dan ketakutannya, bagaimana bisa melupakan hal ini? Dirinya bukanlah anak gadis berumur 3 tahun, hanya dengan adanya hubungan pasti akan ada kemungkinan untuk hamil. Tangan Asmi secepat kilat mengambil bolpen dan menulis beberapa angka diatas kertas putih.

70 hari, dirinya sudah 2 bulan tidak datang bulan, Asmi sepanjang waktu ini sebenarnya sedang memikirkan hal apa, hal sepenting ini pun juga bisa dilupakannya?

Asmi menenangkan dirinya, mungkin dirinya benar-benar terlambat? Asmi dengan segera menghilangkan kemungkinan itu, teringat akan rasa mual yang terjadi padanya beberapa waktu lalu, bukankah itu adalah jejak dari hamil? Tetapi dirinya waktu itu tidak perhatian, selalu merasa perutnya yang sedang tidak nyaman, kemudian sekarang yang sangat suka makan, selalu merasa lapar, Asmi seketika menjadi panik.

Sepanjang siang, Asmi melaluinya dengan otaknya yang berantakan, bahkan Tanu yang datang untuk menemui Fredo dan menyapanya, ia melihat tetapi tidak menyadarinya.

Ia memutuskan untuk meminta ijin kepada Fredo disore hari, ia pasti harus memastikan hal ini, jika tidak, ia tidak memiliki hati untuk bekerja.

Tanu melihat Asmi yang pulang dari Korea langsung terlihat tertekan dan tidak bahagia seperti, ia menerima permintaan dari Sasa. Setiap hari harus datang untuk melihat Asmi apakah menerima gangguan dari Fredo atau tidak. Tanu tidak paham, Sasa kenapa selalu merasa Fredo pasti akan mengganggu Asmi?

Ia merasa bos besar Fredo adalah orang sangat mudah untuk berinteraksi, meskipun tahu hal Asmi yang dulu, ia tetap merasa bos besar Fredo tidak mungkin melakukan apapun tehadap Asmi.

Ia kembali menolehkan kepalanya melihat Asmi, ia tetap bersandar disana hilang dalam alam pikirnya, Tanu pun berjalan masuk kedalam kantor Fredo. Rupa Fredo membuat Tanu merasa sedikit lucu, rupanya tidak ada bedanya dengan Asmi, keduanya memasang wajah stress, seperti ada suatu hal yang tidak terselesaikan dengan baik.

Memutar kursinya kemudian duduk seperti tanpa ada sedikitpun masalah, Tanu bersiap-siap untuk menjadi penengah untuk Fredo, “Aku menemukan sebuah virus baru dan tingkat terinfeksinya sangat tinggi.” Tanu dengan serius membuka pembicaraan.

Ia tahu ini pasti cukup kuat untuk mencuri perhatian bos besar Fredo, “Virus apa, internasional atau domestic?” Fredo sepertinya sedikit perhatian, karena sebagai seorang pengusaha, ada saat dimana sebuah virus yang mematikan akan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian.

Seperti kasus virus SARS ditahun 2003, itu telah menyebabkan pukulan berat bagi perekonomian, karena itulah Fredo bertanya seperti ini.

Tanu tidak secara langsung menjawabnya, ia mulanya ingin mempermainkan sebentar si bos besar Fredo ini, siapa suruh dihari biasa Fredo selalu mengganggunya. “Sangat parah, bisa langsung mempengaruhi perusahaan kita.” Tanu dengan sekuat tenaga menahan diri agar tidak tertawa.

“Separah itukah? Aku kenapa tidak mendengar ada berita tentang hal itu.” Fredo sambil berbicara sambil dengan cepat membuka komputernya, jari putihnya yang panjang menari-nari diatas keyboard komputernya. Ia dengan cepat mencari berita diinternet tanpa mengedipkan matanya.

“Hahahahaha.” Tanu tertawa lepas, ia akhirnya berhasil untuk mempermainkan bos besar Fredo sekali ini, “Virus yang aku katakana ini tidak dapat ditemukan didalam internet.”

“Tanu, apakah kamu sudah bosan hidup, apa yang sebenarnya ingin kamu katakana?” Fredo sekarang baru mengerti dirinya ternyata dipermainkan oleh Tanu, akan tetapi ini adalah nada yang secara sengaja dibuat marah, mereka berdua benar-benar terlalu dekat.

“Hahaha, bos besar Fredo yang bijaksana pun ada saat dipermainkan juga.” Wajah Tanu mendekat kearah computer, “Akan tetapi, bos besar, meskipun virus semacam ini tidak dapat ditemukan dari internet, tetapi aku rasa sesuatu yang tidak bisa ditemukan akan lebih ganas.” Tanu teringat dulu saat masih berada di masa kuliah, ia dan Fredo melaluinya ditengah-tengah kondisi SARS.

Saat itu meskipun hanya bersin saja sudah harus diisolasi untuk diperiksa, tetapi diawal-awal, siapapun juga tidak menyangka itu akan menjadi sehebat itu.

“Sudahlah, Tanu, jangan berputra-putar denganku lagi, aku hari ini sangat lelah.” Didalam hati Fredo memang sangat kacau, ia tidak tahu harus bagaimana membuat dirinya kembali sadar, beberapi hari perjalanan ke Korea ini, membuat hatinya perlahan-lahan menjadi lupa dengan kebenciannya.

Ia berubah menjadi ambigu, tidak tahu bagaimana seharusnya menghadapi Asmi, ingin mendekat tetapi malah mendorongnya semakin jauh.

“Bos besar Fredo, aku tidak tahu kamu kenapa melipat wajahmu, apakah kamu tahu? Wajahmu murung, dan sekretarismu juga, aku pikir semua pekerja wanita diperusahaan yang melihatmu seperti ini pasti akan ikut tidak senang, apakah ini bukan virus yang paling mematikan? Kamu tahu seberapa besar kebingungan yang kamu berikan kepada para pekerja wanita? Tidakkah ini akan mempengaruhi efisiensi kerja kita dan menurunkan keuntungan kita?” Perkataan Tanu membuat Fredo kehabisan kata-kata.

Tetapi, kenapa Asmi memasang wajah stress, bukankah rencananya akan segera tercapai, sekarang ia sudah duduk dengan tenang diposisinya sebagai sekretaris, ia pun semakin akrab dengan urusan didalam perusahaan, kedepannya pasti ia dapat mengatasi dengan mudah.

“Akan tetapi, melihat wajah cantik sekretaris yang ditekuk itu benar-benar membuat orang merasa kasihan, wanita cantik tidak peduli dengan ekspresi seperti apapun pasti membuat orang merasa terjerat.” Tanu sambil berkata sambil melihat kearah luar, saat ia masuk ia sama sekali tidak menutup pintu secara penuh, ia selalu seperti ini, dari sini bisa melihat Asmi, juga bisa memperhatikan cara bos besar Fredo memandang Asmi.

Tanu menyadari, Fredosecara diam-diam memperhatikan setiap gerak-gerik Asmi, sepertinya apa yang dikatakan oleh Sasa memang benar, dalam beberapa waktu ini, sepertinya tidak hanya Asmi yang memberikan pengorbanan untuk perasaannya, bos besarnya Fredo ini sepertinya juga sangat peduli terhadap Asmi.

Tanu diam-diam senang, bagus sekali jika bos besar lancar bersama dengan Asmi, Anisa itu, ia sedikitpun tidak menyukainya, ia rasa, bos besar Fredo juga pasti tidak menyukai wanita yang tidak memiliki otak dan pencemburu berat itu.

Terpikirkan langsung datang, Tanu baru saja ingin membuka canda tentang Anisa, kata-katanya masih berada diujung mulut belum terucapkan, langsung mendengar kantor luar Fredo terdengar ketukan sepatu hak tinggi, didalam gedung setinggi 77 lantai ini, wanita yang datang tanpa diundang oleh Fredo ini hanyalah Anisa seorang.

Tanu meletakkan tangannya dimulutnya berpura-pura terbatuk, memberikan tanda kepada Fredo bahwa Anisa datang, Fredo dengan segera mengembalikan pandangan matanya kearah layar computer yang ada diatas mejanya.

Anisa tidak langsung masuk kedalam kantor, ia datang dengan suatu tujuan, ia mendengar sahabatnya berkata, sekretaris direktur Perusahaan Marini adalah seorang wanita cantik, yang mengagetkan adalah, tanpa kendali dari dirinya, Fredo tidak mungkin semudah itu mengganti sekretarisnya, ia saat itu menjadi sedikit kebingungan, karena itu dengan segera berlari ke Perusahaan Marini untuk melihat langsung.

Tidak disangka, saat naik ia langsung melihat sosok yang sangat rapi, sama sekali tidak seperti rupa Asmi, emosinya seketika menaik dengan segera berjalan kesamping Asmi, suara sepatu hak tingginya menginjak lantai mengeluarkan suara tuk tuk tuk. Ia kira Fredo mengganti sekretarisnya, dilihat dari kejauhan, sekretaris ini cukup cantik, tidak tahu darimana datangnya.

“Siapa kamu?” Anisa tanpa mengganti emosi nona besarnya, datang dan langsung mengintrograsinya, jika bukan karena kantor Fredo, ia pasti langsung melayangkan tamparan kepada Asmi.

“Nona Anisa, aku adalah Asmi.” Asmi dengan sangat tenang menjawab Anisa, tidak ada yang perlu dikuatirkan, ia adalah Asmi, hanya busananyalah yang berbeda, dan model rambutnya saja yang berbeda, tetap tidak ada yang berubah darinya.

“Asmi?” Anisa dengan terkejut menatap Asmi, ini masih adalah Asmi yang resumenya ia pilih dari department SDA? Asmi yang dengan kepangan rambut serta baju yang kuno itu adalah Asmi yang bersih dan cantik didepannya ini?

Meskipun busananya bukanlah yang sangat modis, tetapi setelan yang dikenakannya menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah, rambut panjangnya terurai, bibir yang merah dan gigi yang putih, bahkan Anisa sendiri merasa wanita didepannya ini adalah wanita cantik.

“Kamu benar-benar Asmi?” Anisa kembali bertanya kepadanya, ia masih tidak percaya dengan mata kepalanya sendiri, seseorang bisa berubah, tetapi tidak mungkin sebesar ini. Seperti orang yang ada di televisi itu, mengenakan baju yang bagus sedikitpun juga tidak menjadi cantik hingga seperti apa.

“Nona Anisa, aku adalah Asmi, benar-benar Asmi” Asmi kembali mengulangi perkataannya hanya untuk membuat Anisa tenang, dirinya tidak mungkin akan melakukan apapun.

“Plak,” sebuah suara jernih terdengar dari luar, Asmi menutupi wajahnya, Fredo dan Tanu yang berada didalam kantor pun mengetahui apa yang terjadi diluar sana. Asmi tidak mengatakan apapun, tidak ada yang perlu dikatakannya, sebelum datang kemari, orang-orang yang mengajukan lamaran itu semua berkata calon istri direktur itu adalah wanita yang seperti apa.

Bekerja dibawah direktur, tidak mungkin tidak menerima tindasan dari Anisa, Asmi dari awal juga sudah mengalaminya cukup lama, tidak hanya kali ini, ia dalam diam menahan, jika tetap ingin berada disamping orang yang dicintai hatinya, jika ingin mempertahankan jarak sedekat ini dengan orang yang selalu dicintainya ini, ia harus belajar untuk menahan diri.

Fredo memberi tanda kepada Tanu untuk keluar menyelesaikan masalah ini, Tanu dengan tidak rela keluar, ia tidak terbiasa untuk melayani nona besar seperti Anisa ini. Tetapi ia tidak memiliki pilihan lain, ia sudah terbiasa menggantikan bos besar Fredo untuk menyelesaikan masalah seperti ini.

Tanu berlari-lari kecil keluar, karena keadaan masih belum seburuk itu, ia dengan segera membujuk Anisa, “Nona Anisa, kamu datang untuk mencari bos besar Fredo kah? Bos besar Fredo sekarang sedang berada didalam ruangannya loh?” Tanu menyipitkan matanya memberi tanda kepada Asmi agar ia tidak berbicara.

“Aku memang datang untuk mencari kak Fredo, tidak kusangka ternyata sekretaris Asmi kita ternyata adalah seorang wanita cantik, demi menjadi sekretaris kak Fredo ia beanr-benar telah bersusah-payah ya.” Anisa terlihat seperti tersenyum tetapi setiap kalimatnya sebenarnya penuh dengan duri dan ejekan.

Asmi berdiri disana mendengarkan, setiap kalimat dari Anisa seperti sebuah jarum yang menusuk-nusuk dirinya, ia sebenarnya tidak perlu selelah ini, hanya demi melihat Fredo lebih banyak, ia harus menerima perlakuan tidak adil sebanyak ini.

Asmi tetap tidak berkata-kata, ia tahu didepan Anisa, berkata apapun juga tidak ada gunanya, lebih baik diam disana mendengarkannya, bagaimanapun, orang lain mengatakan dirinya, dirinya juga tidak akan kehilangan sedikitpun daging. Beberapa tahun ini, Asmi sudah terbiasa mendengarkan perkataan dingin dari orang lain. Terhadap penilaian dari orang lain, ia sudah melihatnya sebagai angin lewat saja.

“Aku pergi mencari kak Fredo dahulu, kemudian akan keluar untuk perhitungan denganmu, aku pasti akan mencaritahu tujuanmu, tunggu saja.” Anisa dengan tajam menatap Asmi, dengan kebencian yang sangat ingin mengluarkan Asmi dari perusahaan, akan tetapi didepan Fredo, ia tetap harus mempertahankan image wanita lembutnya, jika saat ini Fredo tidak ada disini, Asmi sudah diusir olehnya.

Anisa melirik sekilas kearah Asmi, sorotan matanya seolah-olah seperti dapat melesatkan peluru, Asmi sama sekali tidak merasakannya, hatinya dari awal sudah tidak berada dalam permasalahan Anisaini, juga tidak mungkin marah kepada Anisa, Anisa baginya hanyalah orang asing.

Anisa pergi kedalam ruang kantor direktur mencari Fredo, Tanu tidak ikut masuk, ia diberi perintah untuk menjaga Asmi, Asmi ditampar oleh Anisa dan dipermalukan olehnya, Tanu sedikit kuatir, ia berdiri disamping Asmi, berusaha menangkap reaksi dari Asmi.

Siapa yang tahu ternyata Asmi seperti seseorang yang tidak terjadi masalah, kembali melamun disana, seperti saat ia masuk tadi, Tanu merasa dirinya benar-benar terlalu kuatir, Asmi sudah menunggu Fredo selama 10 tahun, 10 tahun menjalaninya seorang diri, seseorang yang memiliki hati yang sangat kuat, bagaimana mungkin menjadi sedih hanya karena hal kecil seperti ini?

Benar-benar telah menyepelekan Asmi, ia baru adalah seseorang yang memiliki hati yang sangat kuat.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu