Asisten Wanita Ndeso - Bab 27 Mencari Alasan (1)
Asmi terus sibuk hingga satu jam lebih di dalam lift, akhirnya dia selesai membersihkan seluruh ruangan lift ini, namun dia juga sangat kelelahan, bahkan tidak sanggup menegapkan pinggang sendiri lagi.
Asmi mencium bau di dalam lift, setelah tidak tercium lagi bau yang aneh, dia baru keluar dari lift CEO dengan tenang hati.
Asmi meletakkan kembali seluruh perlengkapannya, tiba-tiba dia merasa tidak tenang, mungkin saja dirinya telah lama berada di dalam ruangan tersebut, sehingga tidak sadar juga meskipun masih ada bau aneh di dalamnya.
Asmi mengambil kaktus dan dill hijau yang telah lama terletak di atas meja kerjanya, dia hanya memiliki barang seperti ini saja, seandainya hari ini bukan akhir pekan, pasti banyak karyawan wanita yang berada di dalam kantor, sehingga dia bisa meminjam parfum dengan rekan kerja wanita.
Akan tetapi, sepertinya hari ini hanya dapat berakhir dengan begitu saja, dia tidak pernah memakai parfum, saat ini dia baru menyadari rupanya parfum juga begitu berguna.
Asmi meletakkan tanaman tersebut ke dalam sudut ruangan lift dengan gerakan hati-hati, Asmi sendiri yang membeli semua tanaman ini, dia suka menanam tanaman dan bunga kecil, semuanya tanaman yang mudah tertanam dan bertumbuh.
Contohnya seperti kaktus, dill hijau, pakis asparagus dan tanaman hijau lainnya, Asmi selalu membelinya dengan berhati-hati, khususnya kaktus, dia menanam berbagai kaktus di ruangan kerja dan rumahnya, Asmi selalu membeli pot bunga yang sangat imut, lalu mencari tanah untuk menanamnya.
Setelah itu Asmi akan meletakkan kaktus yang penuh dengan duri ke dalam pot bunga yang mungil, dalam prosesnya mungkin saja bisa mengotori tangan sendiri, namun Asmi sama sekali tidak mempedulikannya, dia merasa saat itu adalah saat yang paling indah bagi dirinya.
Setelah Asmi selesai membereskan semuanya, waktu sepanjang siang telah hampir habis terpakai, dia hari ini masih banyak pekerjaan, sehingga setelah duduk, dia langsung terjerumus ke dalam pekerjaannya.
Asmi mulai menyusun data dan laporan, namun pekerjaan yang gampang dan sederhana pada hari biasanya, Asmi malah merasa sedikit memusingkan pada hari ini, rasanya kepalanya sangat sakit dan pening, dia tidak tahu juga apa yang terjadi pada hari ini.
Keadaan dirinya sebelum keluar rumah masih lumayan sehat, sama sekali tidak ada rasa tidak enak badan, tetapi sekarang kenapa bisa seperti ini ? Asmi mengulur tangan dan mengelus kepala sendiri, dia merasa kepala dirinya menjadi semakin berat.
Asmi meletakkan kembali data di tangannya, dia tidak sanggup membaca angka yang tertera, dia menyandar kepla dan tangannya pada permukaan meja, bermaksud untuk istirahat dengan gaya seperti ini, kepala Asmi melekat pada lengannya, sepertinya kondisinya sudah mulai membaik, lambungnya juga tidak begitu sengsara lagi.
Mungkin saja karena hari ini terlalu buru-buru berangkatnya, ditambah lagi dirinya sedikit grogi pada saat berbicara dengan Fredo di dalam lift CEO, Asmi sedang mencari alasan untuk kejanggalan dirinya pada barusan.
Fredo duduk di dalam ruangan kerja yang luas, sebenarnya hari ini dia tidak ada urusan penting apapun, namun tidak tahu apa yang terjadi, setelah dia mengetahui melewati kamera pengawas bahwa Asmi akan datang ke kantor pada setiap hari sabtu, tanpa sadar dirinya juga akan ikut datang ke kantor.
Fredo melihat Asmi yang berkeliaran di depan pintu ruangan, dia menopang pipi sendiri, diam-diam menatap gerak gerik Asmi yang berada di luar.
Dia tahu kalau Asmi pasti sedang membersihkan lift khusus dirinya. Hari ini hari sabtu, tidak ada cleaning service yang datang membersihkan, Fredo tidak bisa menahan senyuman di bibirnya, senyuman ini menandakan kesenangan dalam kemenangan, dia merasa sepertinya hari ini dia telah mendapatkan kemenangan antara pertandingan dirinya dan Asmi .
Setelah itu, dia melihat Asmi ragu sejenak, lalu mengambil dua tanaman di atas meja kerjanya, Fredo pernah berkata pada Asmi, jangan membawa bunga yang tidak berkualitas seperti dirinya ke dalam ruangan kantor, namun Asmi tetap saja tidak memindahkan bunga tersebut.
Sebenarnya berbagai bunga tersebut tidak bisa tergolong sebagai bunga, hanya sekedar berbagai tanaman kehijauan saja, Fredo tidak pernah menyukai bunga apapun, juga tidak pernah memberikan bunga kepada wanita, dia beranggapan bahwa tindakan seperti ini sangat norak.
Akan tetapi, pada setiap pekan, dia akan menyuruh Asmi memesan satu buket bunga untuk Anisa, kebiasaan ini tertanam sejak Asmi menjadi asistennya, Fredo ingin Asmi mengetahui bahwa, meskipun Asmi begitu berupaya, tetap saja tidak akan mendapatkan imbalan apapun.
Pada saat ini, Fredo melihat Asmi sedang membantalkan kepala di atas meja, hatinya berdetak kencang pada seketika, mungkin saja hari ini Asmi benaran tidak enak badan, kalau begitu apakah candaan dirinya sudah keterlaluan ? Seharusnya dia tidak begitu memperlakukan Asmi .
Asmi sedikit menyesal, dia menuang segelas air putih dan bermaksud mengantar kepada Asmi, mungkin saja inilah yang paling diperlukan Asmi pada saat ini.
Fredo membawa gelasnya, dia buru-buru berjalan hingga pintu kayu ruangan yang besar, lalu dia menghentikan langkahnya dan merasa sedikit ragu, akhirnya dia kembali juga ke tempat asalnya.
Seharusnya dia tidak boleh begitu mengasihani Asmi, jari tangan Fredo yang putih sedang menyentuh pada permukaan gelas, jarinya sangat lentik. Lukisan di permukaan gelas adalah bunga plum yang bermekaran pada musim dingin, dia membeli gelas tersebut ketika di Rusia, sangat serasi dengan aura penilaian dirinya.
Fredo mundur ke tempat awalnya, lalu meletakkan gelas ke atas meja, Fredo mengelus rambutnya dan sengaja mengacaukannya, saat ini suasana hatinya sangat tidak stabil.
Fredo penasaran juga mengapa Asmi selalu bisa mengacaukan suasana hatinya, mengapa bayangan Asmi terus berkeliaran di dalam isi pemikirannya ? Fredo tidak bisa menahan rasa seperti ini lagi.
“Ring ring ring.” Ponsel Fredo berdering pada saat ini, Fredo suka nada dering yang sederhana, berbagai jenis nada dering musik telah berkembang pada zaman sekarang, jarang sekali mendengar nada dering yang begitu sederhana lagi.
Fredo melirik sekilas, rupanya telepon dari Anisa, beberapa hari ini Anisa tidak muncul lagi di ruangan CEO Marini Grup. Mungkin saja dikarenakan Anisa sangat yakin dengan penilaian sendiri, dia percaya bahwa asisten wanita jelek pilihannya tidak akan terlibat hubungan apapun dengan Fredo yang sebagai lelaki idamannya.
Seseorang yang bahkan telah dianggap jelek oleh wanita lainnya, apakah mungkin menarik perhatian lelaki lagi ? Anisa tidak akan percaya, tentu saja tidak akan ada yang mempercayainya.
Ekspresi wajah Fredo muncul sebuah senyuman, Anisa menelepon pada waktu yang tepat, jari tangan Fredo yang putih menekan pada tombol menerima panggilan.
“Sayang, “ Di sisi telepon muncul suara Anisa yang lembut dan manja, “Aku hari ini tidak pergi, kamu ada merasa kangen ? ” Suara Anisa di sisi lain dari telepon sangat menggodakan.
Fredo dapat membayangkan reaksi Anisa pada saat ini, Anisa pastinya sedang pamer diri dan bertingkah menggoda dirinya. Namun suara Fredo tetap saja datar seperti biasanya, “Anisa, ada apa ya ?” Meskipun jawaban dan nada bicara Fredo sangat datar, namun Anisa yang bisa mendengar suaranya telah merasa bersenang ria.
Pada biasanya, Fredo sering menolak telepon dari Anisa, apalagi pada jam kerja, dia selalu menolak telepon dari Anisa dengan alasan pekerjaan.
“Abang Fredo, aku beberapa hari ini ikut teman menyaksikan pertunjukan di Paris, aku membeli beberapa tas dan baju yang cantik di Paris, kamu ke sini dulu untuk bantu memilih yang tercantik.” Suara Anisa bagikan suara gadis kecil.
Seluruh bulu kuduk Fredo merinding seketika, dia sudah dewasa, seorang pria yang dewasa, dia menyukai gadis yang memiliki pemandangan dan pemikiran sendiri, bukan gadis yang hanya tahu nonton pertunjukan dan membeli tas bermerek seperti Anisa saat ini.
“Anisa, kalau kamu tidak ada urusan lain, boleh datang ke kantorku, aku masih ada pekerjaan di kantor. Aku sekarang tidak boleh tinggalkan pekerjaanku, kamu boleh saja kemari.” Di dalam pemikiran Fredo muncul sebuah adegan yang pastinya akan sangat seru.
Fredo merasa senang dengan rencana candaannya, sebenarnya dia tidak terlalu suka dalam mengusik orang, namun hari ini, dia merasa dirinya sedikit jahat, dia kepikiran topik yang sering dibahas oleh karyawan wanita di kantornya, katanya lelaki yang sedikit jahat akan menjadi lebih menarik dan mempesona.
Novel Terkait
Mata Superman
BrickMy Greget Husband
Dio ZhengAir Mata Cinta
Bella CiaoAwesome Husband
EdisonBlooming at that time
White RoseGue Jadi Kaya
Faya SaitamaAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya