Asisten Wanita Ndeso - Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
Sasa melihat pakaian di sebuah konter pakaian wanita tempat yang sering dia kunjungi, dan Asmi sudah pergi ke ruang pas untuk mencoba pakaian dibawah permohonannya.
Dia baru saja memilih setelan krem untuk Asmi, merek ini bukan merek populer, tapi Sasa merasa berdasarkan kekuatan ekonomi Asmi seharusnya mampu membelinya.
Sasa membelai pakaian sambil berpikir, kalau Asmi tidak ingin membeli, dia akan memberikannya pada Asmi, dia berharap sahabatnya bisa mendapatkan kebahagiaan. Melalui pandangan Fredo yang cemas, dia merasa Asmi punya harapan.
“Asmi, kamu benar-benar sangat cantik, aku tidak pernah melihatmu begitu cantik.” Sasa melihat Asmi keluar dari kamar pas, setelan krem muda dirancang dengan desain yang sederhana dan rapi, kebetulan menunjukkan sosok Asmi yang indah.
Asmi berdiri di depan cermin dengan sedikit malu-malu, dia merasa kemeja di tubuhnya terlalu ketat, sulit untuk bernapas.
Asmi hanya merasa bagian dadanya agak menonjol, pakaian yang dia kenakan sebelumnya semuanya sangat longgar, tidak akan terlihat jelas bagian dadanya.
Ini juga alasan mengapa dia suka mengenakan baju yang agak longgar, sejak masuk sekolah menengah pertama, tubuhnya mulai bertumbuh, karena payudaranya terlihat lebih besar dari gadis lain, jadi dia agak malu-malu.
Dan selalu mengenakan pakaian yang besar dan longgar, jadi dia tidak biasa dengan pakaian yang ketat.
"Asmi, kamu harus lebih percaya diri, lihatlah seberapa bagus bentuk tubuhmu. Tidak datar seperti diriku, tahukah kamu betapa aku iri padamu?" Sasa mengelilingi Asmi, mulutnya mengeluarkan suara yang aneh, tapi matanya bersinar.
Asmi agak malu-malu, matanya tidak berani melihat langsung ke cermin, dia hanya menyentuh pipinya yang panas dengan tangannya.
“Sudahlah Sasa, jangan mengejekku lagi, aku akan melepaskannya sekarang, pakaian seperti ini tidak cocok denganku, kamu sebaiknya mencarikan pakaian yang agak longgar untukku. Aku melihat pakaian bergaya Korea sangat longgar.” Asmi bergegas menuju ke kamar pas.
“Nona, kamu sangat cocok dengan setelan ini, temperamenmu sangat elegan, seharusnya sebagai karyawan dalam perusahaan. Pakaian kami dibuat khusus untuk wanita elit, kamu jangan khawatir, ini adalah produk utama kami pada musim ini.” Seorang pelayan berusaha memperkenalkannya.
Asmi mengangkat kepalanya dan melihat pelayan mengenakan setelan di toko, sangat profesional dan cakap, Asmi sedikit tersentuh.
Namun, Asmi berbalik dan masuk ke ruang pas, ada pakaian yang biasa dia pakai di ruang pas, dia merasa itulah pakaian miliknya, milik Asmi Sumirah.
Asmi perlahan-lahan melepaskan kemeja cantik dan ketat ini, lalu melihat dengan tatapan enggan sebelum keluar dari kamar pas.
“Nah, ini untukmu.” Begitu Asmi keluar, Sasa langsung menyerahkan sebuah kantong padanya, Asmi tertegun, “Apa ini?” Nada suaranya penuh dengan kebingungan.
"Setelan yang barusan kamu coba, aku merasa sangat indah, jadi membelikannya untukmu. Tenanglah, aku berikannya padamu, beberapa tahun ini, aku tidak pernah memberikan sesuatu yang layak untukmu, anggap saja sebagai hadiah yang aku berikan padamu." Sasa berkata dengan sangat semangat, setelan ini hanyalah hal kecil baginya.
Asmi terkejut ketika mendengarnya, “Sasa, aku tidak bisa menerimanya, meskipun aku tahu demi kebaikanku, tapi aku tidak bisa menerimanya.” Asmi menolaknya, dia tahu Sasa baru saja kembali dari luar negeri dan belum mendapat pekerjaan?
Meskipun tamatan luar negri, tapi zaman sekarang banyak pelajar tamatan luar negri yang belum tentu akan langsung mendapat pekerjaan.
“Asmi, ambil saja, aku memiliki uang, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku.” Sasa senang ketika mendengar Asmi mengkhawatirkan keadaan ekonominya, Asmi tidak tahu seperti apa latar belakang keluarganya.
Asmi selalu begitu polos, saat itu, karena tidak ingin menjadikan dirinya terlalu istimewa di sekolah, Sasa memberi tahu Asmi bahwa ayahnya menjalankan toko kelontong, Asmi mempercayainya sampai sekarang.
“Tidak Sasa, meskipun kita adalah sahabat baik, tapi aku tidak bisa menerima kebaikanmu. Aku tahu orang tuamu mendapatkan uang dengan tidak mudah, aku tidak akan menghabiskan banyak uang dalam pakaian.” Asmi berkata dengan tegas dan tatapannya penuh kepercayaan.
“Pelayan, aku tidak menginginkan setelan ini, bisakah kalian mengembalikan uangnya padaku?” Asmi melihat tidak bisa mengubah pikiran Sasa, jadi dia berpikir seharusnya bisa mengembalikan pakaiannya.
"Maaf, ada peraturan di toko kami, kalau bukan karena masalah kualitas, tidak bisa dikembalikan. Kalau merasa ukurannya tidak sesuai, kamu dapat menggantinya kapan saja." Pelayan melihat Sasa sedang memberikan isyarat pada dirinya.
Sasa adalah pelanggan tetap toko mereka, setiap kali dia datang, pasti akan membeli sesuatu, terkadang pakaian, terkadang beberapa aksesori, dia selalu sangat murah hati.
Begitu mendengar dia adalah putri keluarga Lin, setiap kali dia datang, para pelayan selalu menemaninya dengan hati-hati. Namun, para pelayan telah bergaul beberapa kali dengan Sasa dan menemukan bahwa dia adalah gadis yang sangat baik, santai, murah hati, dan yang paling penting, memiliki banyak uang.
“Apa, toko kalian yang begitu besar tidak menerima returan barang?” Asmi tidak mempercayai telinganya. Sepertinya dia harus menerima setelan ini.
“Tenanglah, Nona Lin sering mengunjungi toko kami, pakaian wanita dari toko kami sangat populer, kalau kamu cocok dengan pakaian kami harus datang mendukung kami lagi.” Pelayan wanita tersenyum, membuat Asmi bingung, tidak tahu bagaimana menjawabnya.
Sasa menarik Asmi yang tertegun di tempat, dia benar-benar kaku, dapat dikatakan reaksinya sangat lambat, tidak tahu bagaimana dia lulus dari pascasarjana, dan dia bahkan sebagai mahasiswa pascasarjana di Departemen Ekonomi, Sasa benar-benar merasa luar biasa.
“Ayolah.” Sasa menarik Asmi keluar dari toko, “Itu hanyalah sehelai pakaian, aku masih sanggup memberikannya padamu, keluargaku tidak seperti yang kamu pikirkan.” Awalnya Sasa ingin memberitahu Asmi tentang situasinya yang sebenarnya, tapi dia takut Asmi tidak dapat menerima setelah mendengar.
Harus mencari waktu yang tepat untuk berbicara secara terbuka dengan Asmi, dan juga masalah Fredo. Ada senyuman di wajah Sasa, ini adalah pertama kalinya dia melakukan sesuatu untuk Asmi, rasanya sangat indah, dia sangat senang, dan ingin melompat di pusat perbelanjaan seperti gadis kecil.
Sasa merangkul lengan Asmi, pakaian Asmi yang kuno telah menarik perhatian banyak orang, beberapa wanita menatap mereka dengan tatapan menghina, Sasa tidak peduli, dia baru saja kembali dari luar negri, di luar negri, tidak peduli seberapa aneh pakaian seseorang tidak akan menarik perhatian orang lain.
Karena masyarakatnya yang beragam, dengan budaya yang beragam, pikiran orang-orang di sana juga sangat bebas, selama tingkah lakumu tidak keterlaluan, semua orang bisa menahannya.
“Sasa, apakah kamu merasa tertekan berteman denganku?” Asmi telah memperhatikan tatapan orang lain, dia sudah terbiasa, jadi tidak memiliki perasaan apapun.
Sedangkan Sasa, dia telah berada di luar negeri selama enam atau tujuh tahun, bagaimana mungkin masih belum beradaptasi dengan pandangan aneh ini?
Sasa tiba-tiba berhenti, dia memandang Asmi dengan teliti, "Kamu tidak merasa takut, lalu apa yang harus aku takuti? Asmi, aku paling mengagumimu. Demi pria yang kamu sukai, kamu dapat bersikeras tidak mengubah dirimu dan menghadapi keraguan orang-orang di sekitarmu dengan tenang, betapa beraninya dirimu.” Sasa menyandarkan kepalanya dengan genit.
“Kalau aku seorang pria, pasti akan jatuh cinta padamu,mereka tidak tahu seberapa bagus bentuk tubuhmu.” Sasa berkata.
Asmi mencubit lengan Sasa, “Apakah kamu mengejekku lagi?” Wajah Asmi tiba-tiba memerah, seperti awan berwarna-warni yang mengambang di wajahnya, dia sangat malu.
Sasa tiba-tiba mengangkat kepalanya, dia sepertinya melihat sosok seseorang yang dia kenal, itu adalah Fredo. Asmi melihat Sasa berdiri tertegun di sana, dia memandang mengikuti tatapan Sasa, Asmi melihat Anisa sedang merangkul lengan Fredo.
Mereka terlihat begitu serasi, Asmi merasa sedikit malu, dia menarik Sasa secara diam-diam, "Sasa, ayo cepat pergi." Nada suara Asmi sedikit takut.
Pandangan Sasa yang penuh amarah selalu tertuju pada Fredo dan Anisa, kepura-puraan Anisa membuat Sasa merasa sangat kesal.
Dia melepaskan tangan Asmi, dia adalah seorang gadis yang selalu menunjukkan kegembiraan hati di wajahnya, begitu melihat hal-hal yang tidak seimbang atau tidak nyaman, pasti ingin mengurusnya.
“Sasa, jangan begini, tidak layak, mereka tidak layak.” Asmi menarik Sasa, “Jangan ke sana, aku tidak ingin Fredo mengetahui hal-hal bodoh yang telah aku lakukan, sekarang aku telah mengerti, Sasa, apa yang kamu katakan benar.”
Sasa memutar kepala menatap Asmi, Asmi juga mengalihkan pandangannya dari tubuh Fredo, “Kamu yakin?” Sasa memandang Asmi dengan bingung, dan Asmi mengangguk.
Sudah menjadi hubungan saudara, apa lagi yang bisa dia harapkan? Asmi merasa dirinya tidak akan ada hasil dengan Fredo.
Sasa melihat tatapan Asmi sangat tegas, tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi melihat Asmi tidak merasa sedih, jadi dia melepaskannya.
Sasa merangkul kembali lengan Asmi, pikirannya terus berputar tanpa henti di sepanjang jalan, mungkin menarik Fredo keluar dari hatinya, Asmi baru akan merasa lega .
Asmi adalah gadis yang begitu baik dan cantik, bagaimana mungkin tidak ada yang menyukainya? Sasa tiba-tiba merasa senang, dengan begini, harus membeli lebih banyak pakaian dan barang.
Meskipun memberikan semuanya pada Asmi, dia juga rela.
“Ayolah Asmi, aku akan membawamu pergi membeli barang-barang bagus. Fredo tidak menyukaimu, itu adalah kerugiannya. Aku pasti akan membuat Fredo menyesal.” Sasa berwajah bangga, ada apa dengan si Fredo, malah menyukai gadis kaya tidak berotak seperti Anisa.
Mengenai Anisa, Sasa telah mendengar banyak ceritanya, sejak kecil tidak suka belajar, bahkan ijazah juga didapatkan dengan uang dari ayahnya. Selain tidak berotak, dia hanya tahu menghabiskan uang, sepertinya dia pergi ke Paris menonton pertunjukan beberapa hari yang lalu dan menghabiskan uang sekitar dua miliar rupiah.
Sasa menghela nafas setelah mendengarnya, dua miliar? Kalau uang tersebut disumbangkan ke daerah bencana, dapat membangun beberapa sekolah dasar.
Sasa semakin membenci Anisa, melihatnya mengenakan riasan wajah yang begitu tebal, Sasa menjadi malas melihatnya.
Sasa memandang Asmi di sebelahnya, kalau Asmi berpakaian indah, mungkin akan jauh lebih cantik dari Anisa, tidak tahu apakah Asmi dapat memenangkan hati Fredo?
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanPergilah Suamiku
DanisSi Menantu Dokter
Hendy ZhangAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya