Asisten Wanita Ndeso - Bab 10 Kelembutan Palsu
Asmi tidak menerima niat baik Rani dan Teto, semuanya seperti biasa.
Fredo Fajar mengelus dahi yang tidak enak karena habis minum anggur, masih melihat Asmi sama seperti pertama kali bertemu dengan dandanan gadis desa, agak curiga, dia seharusnya sudah mencapai tujuan, menjadi nonakeluarga Fajar, dia sekarang masih berdandan seperti ini, apa tidak agak lucu? Sebenarnya dia mau berpura-pura sampai kapan!
Asmi kelihatan Fredo, langsung berdiri, dengan hormat mengambil keluar dokumen yang sebelumnya diberikan Fredo ke dia untuk diselesaikan, “Pak, ini dokumennya sudah selesai, silahkan dilihat.”
Fredo terus melihat Asmi, dalam otaknya mengambang keluar adengan yang mengagumkan itu, mungkin, hatinya masih terlalu lembut.
Suara batuk ringan, Fredo mengangguk, “Asmi, apa puas dengan kerjaan ini?”
Asmi tertegun, Fredo melihatnya seakan seperti terkejut karena mendapatkan perlakuan istimewa, di mata terpancar rasa gembira.
Tidak disangka pria itu ternyata memanggil dirinya seperti ini! Beberapa kali dalam mimpinya, pria itu dengan lemah lembut seperti ini memanggil namanya, sekarang sungguhan mendengarnya, malah merasakan perasaan yang lainnya, “Aku akan terus berusaha, bapak CEO tenang saja.”
Di bawah alam sadar, wanita itu tidak ingin lagi memanggilnya kakak.
“Malam makan bareng, apa ada waktu?” Fredo mendekat ke Asmi, suara bertambah lebih lembut lagi.
Asmi sedang mau menjawab, namun kelihatan Anisa dengan ekspresi wajah yang tidak dapat digambarkan berdiri di tikungan sana.
Fredo sepertinya agak kecewa, “Ada apa? Asmi apa malam ini sudah ada janji? Ganti hari saja.”
Asmi segera menunduk, bergumam tidak tahu baiknya menjawab apa.
Begitu Fredo pergi, Anisa dengan amarah menggebu menerjang ke depan meja kerja Asmi, melotot lebar memandangi Asmi, apa yang tadi didengarnya? Asmi ? Panggilan yang akrab sekali, Fredo memanggilnya saja dengan nama lengkap! Tak disangka memanggilnya Asmi ?
“Wanita jelek, ayo bilang, bagaimana kamu menggaet Fredo ?! Hah?! Aku berbaik hati memberimu kerjaan, kamu bekerja seperti ini kah? Hah?” Telapak tangan Anisa di atas meja, memaki dengan suara rendah Asmi, kalau bukan Fredo awalnya sudah mengatakan lebih dulu, kalau sekretaris satu ini diganti lagi tidak akan membiarkannya datang ke Marini, wanita itu pasti sekarang sudah meminta Asmi angkat kaki!
“Nona Lim, masalah ini bukan seperti yang kamu pikirkan…” Asmi juga tidak tahu, hal ini kenapa bisa jadi seperti ini, dia sungguh tidak melakukan apa-apa.
“Masih berani membantah!” Amarah Anisa semakin berkobar, mengangkat tangan, satu tamparan dipukul ke muka Asmi .
Kacamata berbingkai hitam Asmi di batang hidungnya miring, jatuh ke lantai, Asmi secara reflek memejamkan mata, dia sudah terbiasa memakai kacamata, sinar lampu yang tiba-tiba membuat dia agak tidak nyaman.
Anisa puas melihat cap yang ada di wajah Asmi, melambaikan pergelangan tangan, “Aku beritahu kamu jangan berkhayal mendekati Fredo, juga tidak mengaca penampilanmu sendiri, kamu, pantas kah?!”
Berkata, pandangan mata Anisa bersinar, menyapu jatuh semua dokumen yang ada di atas meja kerja Asmi ke lantai, menutupi kacamata yang harganya murah itu, pergi dengan angkuh.
Fredo bersandar di samping pintu, melihat film bagus di luar, tidak disangka Asmi bisa diam-diam menerima, tapi, seperti ini baru lebih menarik, bukannya begitu? Tentang sedikit tidak tega di lubuk hati, pasti itu karena ulah seutas hubungan darah, Fredo diam-diam berpikir.
Tanu masih tetap tidak putus asa mencari penyanyi misterius itu, setelah bertanya-tanya ke sana kemari tak disangka berhasil menemukan Darto, awalnya Darto tidak bersedia membocorkan info sedikit pun, tapi kemudian tidak tahu teringat apa, di luar dugaan bersedia memberitahu pria itu dandanan penyanyi misterius itu, sekali Tanu mendengar, di otaknya langsung mengambang keluar wajah Asmi .
“Asmi ?” Tanu agak tidak sulit untuk percaya, tidak disangka, ternyata Asmi memiliki suara yang bagus seperti ini!
Mata Darto menyipit, dengan serius melihat Tanu, “Kamu kenal Asmi ? Kamu masih ke sini mencariku.”
Kedua tangan Tanu saling menggesek, “Jujur saja, aku memang kenal Asmi, tapi aku benar-benar tidak tahu Asmi adalah penyanyi misterius itu.”
“Dia sudah tidak datang menyanyi lagi, seharusnnya berhasil mendekati “orang besar”.” Darto menyentil abu rokok, setengah sengaja setengah tidak sengaja membocorkan.
Berhasil mendekati orang besar? Tanu mengedipkan mata, datang ke Marini, menjadi sekretaris CEO, juga termasuk berhasil mendekati orang besar, hehe, tidak tahu, kalau Fredo tahu Asmi adalah penyanyi misterius itu, apa bisa sama seperti dirinya sulit untuk percaya.
Tapi, Darto seakan tidak merasa Asmi sangat jelek, hasrat di matanya juga seakan tidak ditutupi, apakah lebih baik turun tangan dulu yah?
Anisa akhirnya pergi dengan puas, Asmi menyipitkan mata, meski di hadapannya kabur, perlahan menjongkok, mencoba mencari di lantai.
Begitu Tanu sampai di sini langsung kelihatan pemandangan seperti ini, di atas meja kosong melompong, dokumen berserakan di lantai, di muka Asmi sebelah kiri ada sebuah cap tamparan tangan yang agak memerah dan memar, poni yang panjang menutupi mata, sedang jongkok di lantai mencoba mencari sesuatu.
Tanu langsung dengan cepat ke depan Asmi, menjongkok membantu wanita itu membereskan.
Asmi dengan kabur kelihatan ada orang datang, masih mengira Anisa datang lagi, seketika tubuhnya jadi kaku dan keras.
“Aku bantu kamu pungut, kamu tidak perlu bergerak!”
Tanu menekan tangan Asmi, satu tangannya dengan cepat membalikkan dan membuka dokumen yang menungging, mengambil keluar kacamata yang ada di bawahnya, meletakkan ke dalam tangan Asmi .
Asmi segera menarik tangannya kembali, di wajah yang awalnya agak merah lebih memerah lagi, kalau bukan bajunya membungkus terlalu rapat, takutnya merah di leher juga bisa terlihat jelas.
Fredo yang baru mau membalikkan badan melihat adengan ini, tanpa beralasan api tiba-tiba bangkit dari lubuk hati, wanita yang pantas mati, memang bukan wanita baik-baik, Tanu juga mau dirayu?! Kelihatannya wanita dusun yang tak pandai berbicara, ternyata sebetulnya tidak bermoral seperti ini!
“Terima kasih.” Asmi memakai kacamata, ini baru kelihatan jelas orang yang di depannya adalah Tanu, Tanu seperti anak laki-laki yang baik hati membantu wanita itu memugut dokumen yang ada di lantai, Asmi berterima kasih dengan sepenuh hati.
Tanu dengan seksama mendengar suara Asmi, ternyata memang ada ciri-ciri suara penyanyi misterius itu, ternyata, barang berharganya ada di sisinya, Tanu menjulurkan tangan, “Aku bernama Tanu ”
Asmi bimbang, terakhir juga meletakkan tangannya ke atas, “Aku Asmi .”
Fredo melihat saling bersalaman itu, hanya merasa sangat menyilaukan mata, kemarahan dalam hatinya semakin berkobar, lebih memastikan bahwa Asmi memang adalah wanita semacam itu tidak perlu curiga lagi, juga tidak ada sedikit rasa bersalah pun.
Asmi dan Tanu saling memandang dan tersenyum.
“Terima kasih atas bantuannya asisten Tanu, biar aku sendiri saja.” Asmi membalikkan satu per satu dokumen dengan serius, setelah mengecek dan memastikan tidak ada yang hilang baru lanjut merapikan, dengan sinar matahari yang menyoroti dari luar jendela di loteng, terlihat sangat fokus.
Tanu baru pertama kalinya melihat wanita yang seperti ini, tidak peduli bagaimana orang mau melihat, serius dan teguh, yang paling penting adalah, suara wanita itu, betapa indahnya, dia sudah memutuskan, dia mau mengejar Asmi !
“Sekretaris Sumirah, kalau kamu tidak keberatan, bisa panggil aku Tanu .” Tanu menanti melihat bibir Asmi yang kecil seperti buah cherry, berharap bisa mendengar dua kata itu dari mulutnya.
Gerakan Asmi membuka dokumen terhenti, Tanu ?” asisten Tanu, sekarang ini jam kerja, aku mau kerja dulu, apa kamu mau pergi mencari pak CEO?”
Tanu agak kecewa, tapi langsung jadi percaya diri lagi, mereka baru berkenalan, dirinya agak terburu-buru, “Em, Sekretaris Sumirah, aku pergi cari pak CEO, kalau besok-besok dalam kerjaan ada kesulitan, kamu boleh cari aku.”
Asmi mengangguk, lanjut bekerja dengan serius.
Tanu memandangi pandangan mata serius wanita itu, dalam mata muncul pujian, pria itu akan melanjutkan.
Fredo melihat pandangan mata Tanu yang seakan tidak rela meninggalkan, telapak tangan tiba-tiba menggenggam.
“Do, aku menemukan satu rahasia!” Begitu Tanu masuk ke ruang kerja CEO langsung senang sekali membagikan kegembiraannya dengan Fredo .
Fredo sebiasanya menenangkan diri tidak memikirkan adengan yang tadi baru saja dilihatnya, bersandar di kursi, “Apa yang membuatmu sesenang itu?”
“Tidak memberitahumu dulu, haha, tunggu aku sudah berhasil, aku langsung kasih tahu kamu.” Tanu mengedipkan mata dengan misterius, teringat lagi masalah tadi, “Do, apa kamu tidak bisa melihat Anisa dengan baik, apa mungkin kamu ingin ganti satu sekretaris lagi?”
Jari tangan Anisa yang panjang dan langsing mengetuk di meja, ganti satu sekretaris lagi? Masalah ini, dia tidak pernah kepikiran.
“Masalah Anisa, aku tidak bisa kontrol.” Anisa mengatakan dengan datar.
Tanu agak tidak mengerti alasannya, meski selalu tahu Fredo tidak terlalu menyukai Anisa, tapi mengingat adalah calon istri, besok-besok juga mungkin adalah orang yang mau hidup bersama, bagaimana pun juga mau memupuk hubungan.
“Tanu, besok-besok jangan terlalu mendekati Asmi .” Fredo dengan dingin mengatakan selesai perkataan ini, lalu memejamkan mata pura-pura tidur.
Tanu bertambah lebih ingin tahu lagi, kenapa? apa mungkin pria itu juga menemukan kelebihan Asmi ?
Fredo tahu, berdasarkan watak Tanu pasti tidak akan semudah itu patah hati terhadap Asmi, jadi, dia mau bantu Tanu melihat jelas wajah asli Asmi sebenarnya, tidak boleh membiarkan Tanu terjerumus masuk.
“Do, aku sudah putuskan, aku mau mengejar Asmi .” Tanu luar biasa teguh, meski pria itu sendiri juga curiga hanya ketagihan terhadapa suara wanita itu saja, tapi, tidak bisa dipungkiri, dia sungguh tersentuh hatinya.
"Apa?" Fredo tiba-tiba membuka mata, terus melihat Tanu, "mengejar Asmi ? Tidak, tidak boleh."
“Tanu, kamu…..”
“Jangan banyak bicara, aku tidak bercanda.”
Fredo mengerutkan dahi, dalam hati diam-diam memutuskan.
Novel Terkait
More Than Words
HannyEternal Love
Regina WangMy Greget Husband
Dio ZhengDiamond Lover
LenaWahai Hati
JavAliusCinta Dan Rahasia
JesslynAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya