Asisten Wanita Ndeso - Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
Rumah orang tua angkat Asmi kosong dan sangat sepi, hanya terdengar suara arloji, Asmi sendirian mengemas pakaian yang dia beli hari ini.
Dia mengenakannya lagi setiap pakaian yang dia beli, dan diam-diam melihat dirinya di dalam cermin, wajahnya pucat dan rambut lurus tergerai, benar-benar terlihat seperti hantu wanita yang keluar dari "Sumur".
Dia menyentuh wajahnya, dingin dan tidak ada suhu sama sekali, Asmi teringat sup yang diberikan ibunya, Rani.
“Wanita harus bersikap lebih baik pada diri mereka sendiri.” Kata-kata Sasa terus bergema di telinganya. Ya, selama sepuluh tahun, hampir empat ribu hari dan malam, dia selalu hidup berputar di sekitar Fredo, meskipun dia terlihat sangat mempedulikan dirinya sendiri, tapi sebenarnya tidak seperti begini.
Asmi mengganti pakaiannya, dia memutuskan mulai besok, harus kembali menjadi dirinya, tidak boleh selalu hidup di bawah tekanan Fredo sepanjang hidupnya. Dia memutuskan harus memperlakukan dirinya lebih baik mulai sekarang.
Rani adalah seorang ibu yang yang penuh perhatian, Asmi melihat suplemen yang dia bawa kembali hari ini adalah sesuatu yang mudah ditangani sendiri. Dia membuka satu bungkus dengan lembut, memasukkannya ke dalam panci, dan menambahkan air panas. Lalu duduk di meja makan dan menunggu dengan tenang.
Sebelumnya di sini penuh kegembiraan, rumah orang tua angkat Asmi tidak terlalu besar, memiliki dua kamar tidur, tapi suasananya begitu hangat, kedua orang tua angkatnya adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, dan penuh semangat dalam hidup, mereka pernah memiliki anak, tapi sayangnya meninggal.
Mereka merasa Asmi adalah hadiah luar biasa dari Tuhan, jadi mereka memperlakukan Asmi seperti anak mereka sendiri.
Asmi teringat ketika orang tua angkatnya masih hidup, dapur selalu menjadi tempat yang paling hangat. Warna cat di dapur adalah hijau apel yang paling disukai ibu angkatnya. Oleh karena itu, dapur adalah dunia ibu angkat. Dia memiliki ahli dalam memasak, baik itu hidangan yang pernah dilihatnya ataupun yang pernah dia dengar, dia pasti bisa membuat dengan pengalamannya sendiri.
Kadang-kadang, ibu angkat meminta Asmi mencari beberapa hidangan baru dari komputer, lalu menyalinnya satu per satu dan menempelkannya di kulkas dapur, dan dapat melihat kapan saja dia mau.
Kadang-kadang Asmi merasa salin dari komputer terlalu merepotkan, jadi dia mencetaknya, tapi ibu angkatnya bersikeras ingin menulis sendiri.
Asmi ingat ibunya pernah memberitahu dirinya bahwa dia dapat menghafalnya di saat dia menyalin, dengan begini akan muncul bayangan dalam pikirannya, Ibu angkat selalu mengatakan setelah berusia kepala lima, ingatannya bertambah buruk.
Asmi tersenyum pahit, seolah-olah kalimat ini baru saja diucapkan ibu angkatnya beberapa hari yang lalu, dan sekeluarga bertiga tersenyum di ruangan itu.
Asmi mencium bau segar, itu adalah aroma bubur, Asmi berjalan ke dapur, bubur telah menjadi lebih kental, Asmi melihat ada kurma, jamur putih, lili, gandum, dan berbagai kacangan di dalam bubur.
Asmi tahu Rani mempedulikan dirinya, tapi hatinya belum bisa melepaskannya, dia pernah berkali-kali membayangkan adegan bertemu kembali dengan ibu kandungnya, dia juga sangat berharap ibu kandungnya datang mencarinya, tapi dia tidak terduga ibunya datang mencarinya akan menjerumuskan dirinya ke dalam kebingungan besar.
Dia tidak pernah berpikir dirinya akan menjadi anak dari keluarga kaya, menjadi putri ketua grup multinasional terbesar di kota, dia masih belum dapat menerima kenyataan ini, apakah mereka begitu yakin dirinya adalah putri mereka? Apa mungkin itu palsu?
Mengapa tidak melakukan tes DNA? Apa benar hanya dengan kata-kata Rani langsung menentukan takdirnya?
Asmi menggelengkan kepalanya, dia tidak dapat mempedulikan begitu banyak lagi, akhir-akhir ini, dia selalu disiksa oleh hal-hal ini, dia tidak ingin memikirkannya lagi, mumpung pasti akan ada cara untuk menyelesaikan semua ini.
Asmi tidak ingin memikirkannya lagi, dia berada dalam situasi seperti ini, kalau dia masih bersikap seperti ini, mungkin Fredo akan semakin membencinya.
Asmi meletakkan bubur dalam satu set mangkok putih yang baru dia beli akhir-akhir ini, ada tiga mangkok seperti itu dengan tiga gambar kartun yang terlukis di atasnya, yaitu ibu, ayah, dan putri, Asmi menemukannya di sebuah toko perhiasan saat itu.
Asmi sangat menyukai barang-barang porselen, kebutuhan sehari-hari di rumah semuanya porselen, dan semuanya dipilih oleh Asmi dengan penuh perhatian.
Pikiran Asmi terus memunculkan adegan ketika dia baru saja membeli tiga mangkuk ini pada musim panas tahun itu, ketika melihat gambar pada mangkuk, orang tua angkatnya tidak dapat menahan diri memandang Asmi dengan tercengang.
“Asmi, dua orang yang kamu beli terlihat berbeda dengan kami.” Ayah angkat tertawa dan melihat gambar di mangkuk.
“Bagaimana mungkin berbeda? Lihatlah, bukankah kalian sama-sama buncit.” Ibu angkat menunjuk perut buncit sang ayah di mangkuk.
Satu-satunya hobi ayah angkat Asmi adalah minum bir, dia meminumnya setiap hari, oleh karena itu, perutnya agak buncit.
Hal-hal ini sepertinya baru saja terjadi tadi malam, Asmi berlinang air mata, dia tidak akan bisa melupakan perasaan bersama orang tua angkatnya.
Asmi duduk di ruangan yang kosong, diam-diam memakan bubur di dalam mangkuk, bubur itu seharusnya sangat manis, tapi Asmi sama sekali tidak merasakan manisnya, dia merasa pahit dari dalam hatinya.
Hati Asmi dipenuhi gelombang penyesalan yang sangat besar, kalau bukan karena ketekunannya yang konsisten dan membungkus dirinya di dekat kota yang terkepung, mungkin dirinya telah menemukan pekerjaan yang memuaskan, atau mungkin telah menabung banyak uang untuk mengasuhi orang tuanya menikmati kebahagiaan.
Namun, demi menunggu sesuatu yang tidak ada hasilnya, dia mengabaikan dua orang terpenting dalam hidupnya. Mereka membesarkan dirinya dengan susah payah dan belum menikmati banyak hal di dunia, bahkan belum pernah pergi berliburan.
Air mata Asmi jatuh ke mangkuk setetes demi setetes, dia menangis histeris, dia melihat foto orang tua angkatnya dengan air mata berlinang, mereka sedang tersenyum memandang dirinya.
Asmi mengantar mereka pergi satu per satu. Mereka tidak merasa sedih ketika meninggal, hanya merasa sedih karena tidak dapat melihat Asmi menemukan orang tua kandungnya.
Sekarang, Asmi telah menemukan orang tua kandungnya, tapi dia belum memberitahu orang tua angkatnya. Dia bangkit perlahan, tidak tahu mengapa gerakannya baru-baru ini menjadi agak lambat.
Dia mengisi bubur ke mangkuk kedua orang tua angkatnya, dan menaruhnya di atas meja depan foto, lalu berlutut dengan tulus di depan foto.
"Ayah, ibu, sudah beberapa hari aku tidak memasak untuk kalian, kalian harus memaafkanku. Semangkuk bubur ini dibuat oleh ibu kandungku, kalian bisa mencobanya." Asmi berkata dan mulai terisak, seluruh ruangan penuh dengan tangisan Asmi yang menyakitkan.
“Aku telah menemukan ibu dan ayah kandungku, mereka sangat menyayangiku, kalian jangan khawatir, untuk sementara waktu, aku tidak akan pergi tinggal bersama ibuku, aku akan menemani kalian, tidak akan meninggalkan kalian sendirian.” Tubuh Asmi bergetar, terlihat sangat sedih.
"Namun, ada satu hal yang lebih menyakitkan lagi yang ingin kuberitahukan kalian, pria yang telah tinggal di hatiku selama bertahun-tahun ternyata adalah kakakku, meskipun bukan kakak kandung, tapi opini publik seperti ini, apa yang harus aku lakukan? Dan dia selalu salah paham padaku, apa yang seharusnya aku lakukan?” Asmi merasa sangat sedih.
Dia tidak mengerti mengapa Fredo selalu berbicara kasar padanya, apa mungkin karena kemunculannya yang tiba-tiba akan merampas warisan keluarga? Tapi Asmi tidak pernah memiliki pikiran seperti ini.
Tetapi mengapa Fredo melakukan hubungan intim dengannya, dan tidak hanya sekali? Asmi agak bingung, seharusnya tidak ada pria mana pun yang akan tertarik dengan penampilannya.
Mengapa Fredo bisa begini? Asmi merasa senang dan bingung, dia memejamkan matanya, pikirannya penuh dengan penampilan Fredo, penampilan Fredo ketika bekerja di kantor, penampilannya ketika marah, dan penampilannya ketika menekan di atas tubuhnya.
Asmi benar-benar tidak tahu bagaimana dia melewatinya selama bertahun-tahun. Tanpa Fredo, dia pasti tidak akan bisa bertahan sampai saat ini. Namun, sekarang setelah berada di sisi Fredo, dia baru menemukan bahwa semuanya tidak seperti yang dia bayangkan.
Orang seperti apa si Fredo? Siang hari di perusahaan, dia selalu berada di ketinggian, dengan wajah tegas, dan jarang tersenyum di perusahaan.
Tapi, Asmi merasa Fredo pasti menyembunyikan sesuatu, penampilannya yang sebenarnya tidak seperti yang dilihat orang lain.
Setelah menyebutkan kekesalannya, suasana hatinya jauh membaik, dia menyeka air matanya dan tersenyum pada orang tuanya.
“Jangan khawatir, Ayah dan Ibu, aku sudah membaik, untungnya masih ada kalian di sini, kalau tidak, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Terima kasih.” Asmi tersenyum dan pergi mengemasi barang.
Asmi tahu jadwal rapat kali ini, dia pasti harus pergi sendirian, tapi bekerja dengan Fredo lumayan lancar, otak Fredo berputar dengan sangat cepat dan pemikirannya sangat jernih, jadi dalam hal pekerjaan, mereka berdua memiliki pemahaman antar sesama.
Asmi menyalakan komputer dan memeriksa jadwal perjalanan, penerbangan jam 10 besok pagi, berangkat dari perusahaan, jadi dia harus pergi ke perusahaan dulu. Dia pikir mumpung barang bawaannya tidak terlalu banyak, jadi langsung membawanya ke kantor.
Jarum jam sudah menunjuk jam sepuluh, biasanya jam segini Asmi sudah berbaring di ranjang, tapi hari ini, dia pergi berbelanja dan menata rambutnya. Jadi pulang agak telat, dan setelah makan malam, Asmi menemukan dirinya tidak merasa lelah sama sekali.
Dia adalah orang yang selalu melakukan persiapan sebelum hal terjadi, mulai sejak kecil, dia sangat percaya bahwa “Sediakan payung sebelum hujan.” Jadi dia akan selalu bersedia menerima tantangan apapun.
Mulai dari kebutuhan hidup, Asmi memutuskan untuk membawa yang sederhana, mumpung hanya pergi sekitar tiga hari, tidak perlu membawa terlalu banyak barang.
Asmi mengeluarkan satu per satu barang yang dia beli bersama Sasa di sore tadi, ini adalah pertama kalinya dia membeli begitu banyak pakaian, dia merasa luar biasa, mengapa dia membeli begitu banyak?
Otak Asmi tiba-tiba tertegun, dorongan adalah iblis, dia selalu dapat mengendalikan dirinya, kemampuan pengendalian dirinya sangat kuat, tetapi apa yang terjadi sekarang?
Asmi melihat pakaian itu satu per satu, benar-benar sangat indah, dia membelinya setelah mencobanya sendiri, pakaian-pakaian ini menghabiskan gajinya sebulan penuh, dan ada satu lagi diberikan Sasa.
Dia bertanya pada dirinya, psikologi macam apa sekarang. Dia bersikeras mematuhi aturan selama sepuluh tahun dan malah dihancurkan oleh dirinya dengan cara begini?
Asmi merasa enggan, tapi hasilnya sudah begini, Fredo memiliki Anisa, meskipun tanpa Anisa, juga tidak akan ada hasil diantara mereka berdua, masalah sudah menjadi begini, untuk apa masih keras kepala? Dirinya sudah mendapatkan banyak hal, meskipun tidak mendapatkan Fredo, tapi dapat berhubungan begitu dekat dengan Fredo, hatinya sudah sangat puas.
Setelah bertahun-tahun menunggu, bisa begitu dekat dengannya, apa lagi yang dia inginkan? Tangan Asmi menyentuh gaun ungu, jenis gaun malam, tangannya tertegun, penghinaan di siang hari muncul di hatinya.
Fredo tidak akan jatuh cinta padanya, kontak intimnya tidak memiliki kelembutan sedikitpun, itu hanya kepemilikan, mungkin Fredo ingin mencoba selera wanita yang berbeda.
Sama seperti selalu memakan makanan lezat, abalon dan teripang, dan tiba-tiba ingin mengubah selera, memakan sayuran liar di pegunungan. Asmi tidak punya khayalan lagi, saat ini dia hanya ingin bekerja keras, meskipun hanya dapat melirik Fredo.
Ini adalah cita-citanya yang tertinggi, dapat lebih dekat dengan Fredo, itu saja.
Novel Terkait
Ten Years
VivianSang Pendosa
DoniLoving Handsome
Glen ValoraJalan Kembali Hidupku
Devan HardiThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Enchanting Guy
Bryan WuAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya