Asisten Wanita Ndeso - Bab 16 Siapa itu
Saat Tanu melihat Asmi ia merasa suasana hatinya hari ini cukup bagus, “Hai Sekretaris Sumirah, hari ini pagi sekali?”
“Hah?” Asmi terlihat jelas sedikit tercengang, “Iya,” hari ini asisten Tanu terlihat sedikit aneh, tetapi ia tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, kemarin ia tidak datang bekerja, tidak tahu seberapa banyaknya pekerjaan yang menumpuk diatas mejanya?
Adda berjalan kebelakang tubuh Tanu : “Tuan asissten tertarik dengan orang yang seperti ini?”
Dari dagu sempurna Asmi, Adda dapat melihat dibalik poni panjangnya sebenarnya wajahnya sama sekali tidak jelek, hanya saja tidak tahu mengapa ia membuat dirinya berpakaian dan berdandan seperti ini.
Hanya berdasarkan insting wanita saja, akan tetapi rasa penasarannya terhadap sekretaris ini adalah kapan kapan ia akan terusir oleh wanita yang menakutkan itu.
“Apa-apaan? Aku juga merasa caranya berpakaian ini terlihat sangat familiar, aku pikir dahulu.” Tanu mengelus-elus kepalanya, cara berpakaian yang sangat familiar, tetapi tidak dapat terpikirkan.
“Apakah jika memakai kawat gigi sangat mirip dengan 《Cewek Tonggos》?” Adda mengingatkannya sebuah kalimat, Tanu langsung menepuk tangannya: “Benar benar, pantas saja aku berpikir kenapa terlihat sangat familiar, hahaha, baiklah baiklah, kerja kerja, apakah kalian mau melihat wajah dingin direktur?”
“Wajah dingin direktur sih aku tidak takut, hanya saja orang itu, orang itu……” Adda belum sempat menyelesaikan perkataannya tetapi semua orang mengerti, karena suara sepatu hak tinggi yang berjalan itu terdengar dari ujung lorong itu.
Benar-benar sangat tepat waktu ——
Keduanya saling bertatap mata, masing-masing kembali ketempatnya masing-masing, menundukkan kepala dan mulai bekerja.
“Buruk rupa, aku ada pembicaraan penting dengan direkturmu, jika ada orang yang ingin menemui direktur kamu tolak mereka semua.” Bibir Anisa terlihat tersenyum puas melihat wanita yang menundukkan kepala didepannya ini, ia kira ancamannya menunjukkan hasil, lagipula seorang buruk rupa, ia Anisa sama sekali tidak menaruhnya didalam hati, hanya saja teringat Ferdo dan dirinya ada sedikit hubungan membuat hatinya tidak nyaman.
“Nona Lim, mohon menghargai pekerja Marini, nama aku Asmi,” Asmi membenarkan posisi bingkai kacamata hitamnya itu, wajahnya tidak menunjukkan sedikitpun ekspresi.
Ia hanyalah calon istri Fredo Fajar bukanlah istri yang sudah sah. Lagipula ia bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya, tidak melakukan sedikitpun kesalahan, kenapa harus menerima perlakuan yang memalukan dari orang lain.
“Kamu berani membantah?” Anisa menjadi emosi, menaikkan tangannya berencana untuk memberikan tamparan kepada Asmi, Fredo yang dari awal sudah mendengarkan keramaian diluar, wajahnya tiba-tiba menunjukkan sebuah senyuman dingin yang tidak dapat ditebak, “Itu, Sekretaris Sumirah, kamu siapkan dua gelas kopi untukku dan Nona Lim.”
“Baiklah direktur, mohon tunggu sebentar!”
Tangan Anisa yang sudah terangkat diudara kembali ditutupi olehnya, sebodoh apapun dia juga dapat melihat, Fredo sedang melindungi wanita ini.
Tidak tahu si buruk rupa ini memakan obat penguat hati seperti apa, sorot mata Anisa memancarkan sinar yang menakutkan. Tangannya menggenggam erat kemudian kembali melepaskannya, berani memikirkan prianya, ia tidak akan membiarkannya melewati hari dengan baik.
Ingin merebut dari Nona Lim, berpikir saja juga tidak boleh.
Hentakan keras kakinya kemudian langsung masuk kedalam kantor Fredo, saat melihatnya, kebencian dan emosinya sesaat melebur dan menghilang, wajahnya menunjukkan senyuman yang menawan, “Do, hari ini kita pergi berkencan yuk?” Tangan kurusnya langsung terulurkan kepundak Fredo .
Hari ini Fredo tidak menghindarinya, malah menarik Anisa masuk kedalam pelukannya, menundukkan kepalanya lalu memberikan ciuman yang dalam, Anisa terkejut senang, tangannya langsung terkaiti dilehernya mengikuti gerakannya dan menanggapinya.
Ciuman yang liar dan panas.
Saat mencium Anisa, ia sama sekali tidak merasakan apapun, wanita ini bukan yang dia inginkan, malah saat terpikirkan wanita yang akan masuk itu, bagian bawahnya seketika mengeras, sebuah aliran panas naik hingga kebagian kepalanya.
Tubuhnya ternyata sialan memberikan respon, didalam hati Anisa ia sangat puas dan tangan yang seperti gurita menempel erat memeluk Fredo, "kamu bukannya sangat dingin terhadapku? Sekarang bukankah sama saja memiliki perasaan terhadapku?"
Hati puas didalam Anisa tidak perlu dibahas lagi, dalam hati ia berpikir mau tidak menarik dasinya untuk masuk lebih dalam lagi, tetapi belum sempat memberikan kesempatan kepadanya untuk bergerak.
Pintu kantor sesuai tebakan terbuka.
Asmi membawa dua cangkir kopi, melihat pemandangan ini seketika tercengang, Fredo dibalik rambut-rambutnya dapat melihat perubahan ekspresi diwajahnya, hanya saja ia berpura-pura tidak melihat, tetap “penuh dengan hasrat” menciumi Anisa .
Ciuman keduanya benar-benar erat.
“Sudah sudah, aku tidak dapat bernafas!” wajah Anisa memerah, sorotan mata puasnya seketika terlihat, melihat ekspresi si buruk rupa ini sudah mengetahui bahwa ia cukup terpukul, ia sangat senang.
Meskipun selangkah lebih dalam itu belum tercapai, tetapi ia percaya dengan kemampuan dan tampannya, menaklukan Fredo bukankah hanya masalah waktu saja?
“Direktur, kopi yang kamu minta.” Wajah Asmi yang awalnya terlihat tidak normal itu seketika kembali normal, Anisa adalah calon istrinya, ini adalah hal yang normal diantara mereka, sedangkan dirinya hanyalah seorang sekretaris, ditambah lagi status sebagai adik.
“Letakkan disana.” Fredo berpura-pura tidak peduli melihat sekilas kearah Asmi, sialan, benar-benar pintar bersandiwara, apakah jangan-jangan semua yang dilihatnya tadi adalah palsu? Atau yang sekarang ini baru yang palsu?
“Siapa itu, hitunglah laporan yang ada hari ini.” Ia secara professional memberikan tugas yang tidak menjadi tugasnya.
Disaat Asmi mendengar ia mengatakan dua kata itu, tubuhnya seketika membeku, bahkan Anisa terlihat didalam matanya menunjukkan sebuah senyuman yang terlihat sangat puas.
“Baiklah direktur.” Saat ia memutar balik badannya dan keluar, air mata didalam matanya terasa ingin segera keluar dari matanya.
Siapa itu? Hubungan mesra dihari itu meskipun tanpa perasaan, tidak mengetahui nama juga tidak perlu mengucapkannya kan?
Setelah keluar dari kantor, ditempat dimana tidak ada seorangpun yang melihatnya ia dengan cepat menghapus air matanya, tugas-tugasnya masih sangat banyak, tidak ada kesempatan untuk buang-buang waktu.
Seketika setelah Asmi meninggalkan kantor, Fredo langsung melepaskan tangan Anisa yang menempel ditubuhnya, “Minum kopi——”
“Baiklah.” Anisa mengerti dirinya dijadikan catur oleh Fredo untuk menyiksa Asmi, memiliki kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan Fredo, iapun tidak keberatan untuk dimanfaatkan, cukup dengan membuatnya tergerak dengan kelembutannya, setelah itu bukankah ia telah berhasil ditaklukan?
“Masih belum menjawab? hari ini pergi berkencan ok?” Suara Anisa benar-benar lembut, tetapi Fredo tidak akan tersentuh oleh hal itu, tanpa ekspresi ia berkata: “Kamu hanya bisa berpikir tentang berkencan, besok, besok aku akan memberikanmu kesempatan.”
Kesempatan? Didalam hati Anisa sangat senang hingga ingin berteriak.
Bagus—— benar-benar bagus, demi menunggu kesempatan ini ia sudah menunggu hingga bungapun sudah hampir layu semuanya, “Kamu tidak melihat wajah sekretaris buruk rupamu itu, ekspresinya benar-benar sangat keren.”
Anisa sangat puas hingga lupa, Fredo bahkan melihat kearahnya saja tidak, “Setelah selesai minum kopi, pergilah, aku masih ada banyak pekerjaan.”
“Jangan seperti ini dong, aku tidak mudah datang kemari.” Anisa benar-benar melupakan kenyataan bahwa ia setiap hari datang kemari.
“Aku sibuk.” Seolah-olah tidak ingin memberikan sedikitpun harapan, mengusir Anisa .
Kantor, Fredo sekarang benar-benar kesusahan, tadi saat terpikirkan wanita itu, ia langsung bereaksi, sekarang lebih kuat lagi, ia sangat jelas diantara kedua wanita ini, ia tahu dengan jelas siapa yang diinginkannya.
Anisa dengan tidak rela telah meninggalkan, saat pergi ia melotot dengan penuh kebencian kearah Asmi, si buruk rupa ini ternyata merusak hal baiknya, jika bukan karena dirinya, ia saat ini mungkin sudah berhasil menaklukannya.
“Sekretaris Sumirah, kemari sebentar.” Fredo menarik telepon disampingnya.
Setelah meletakkan telepon, kesepuluh jarinya saling bertautan dengan erat, sangat jelas ia sangat menantikan, sialan, kenapa terpesona kepada wanita ini, sejak pertama kali dari ia berinisiatif untuk menyerahkan dirinya kedalam pelukannya, keketatannya, ingatannya mengingatnya dengan sangat jelas.
Bahkan bisa dinilai bahwa ia adalah satu-satunya pria, tetapi ia hanya tidak ingin membuatnya melewati hari dengan baik, setelah makan malam itu perlakuannya terhadapnya, bahkan membiarkan Anisa seperti itu menamparnya, ia sedikitpun tidak marah.
"Wanita, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?"
“Direktur, kamu mencari saya?” Asmi berdiri di pintu tidak berani mendekat kepadanya, ditubuhnya ada bau parfum wanita itu, bahkan tubuhnya masih mambawa aura yang tidak baik.
“Kemari.” Fredo menggerak-gerakan jarinya, “Ada apa?” Hati Asmi tidak disadarinya berdegup kencang, jangan-jangan, lagi-lagi seperti hari itu?
Ia tidak mau, permaluan seperti itu, tetapi tubuhnya berlawanan dengan otaknya, kakinya melangkah maju kearahnya.
Masih belum sampai kearahnya, langsung ditarik dan pandangannya berputar, seketika ia dijatuhkan olehnya diatas meja teh, kata-kata yang membuatnya malu dan marah dihari itu kembali terdengar ditelinganya.
“Lepaskan aku——”Ia mulai sekuat tenaga melawan.
Tanpa pemanasan, sakitnya gesekan kering itu membuatnya menutup mata.
Novel Terkait
Step by Step
LeksLoving Handsome
Glen ValoraAdieu
Shi QiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaHabis Cerai Nikah Lagi
GibranIstri Pengkhianat
SubardiMy Enchanting Guy
Bryan WuBehind The Lie
Fiona LeeAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya