Asisten Wanita Ndeso - Bab 61 Bertengkar Hebat
Dirumah sendiri, Asmi melihat Fredo tetap memasang wajah masam, membuat hatinya merasa semakin panik, dia takut nantinya Fredo akan melempar sumpit dan pergi, sehingga dia berusaha tidak bicara dan hanya mendengarkan perbincangan Fredo dan ayahnya.
Rani juga berusaha diam, dalam hatinya dia tahu kalau Fredo selalu menganggapnya sebagai musuh, menganggapnya sebagai orang yang sudah merusak kebahagiaan Fredo, namun Rani juga punya alasan yang tidak bisa dia jelaskan, dialah orang yang paling dicintai oleh Teto, bagaimana ceritanya dia menjadi seorang wanita jahat yang masuk ke dalam kehidupan rumah tangga Teto dan merusak rumah tangga mereka?
Ia beberapa kali ingin membeberkan kalau Fredo adalah anak yang diadopsi oleh Teto, namun dia tidak tega menyakiti perasaan Fredo, bagaimanapun dia adalah seorang anak yang baik, dibawah didikkan Teto, dia tumbuh dengan begitu gemilang. Acara makan kali ini sangat membosankan, hanya Teto yang bertanya dan Fredo yang menjawab dan semuanya hanya seputar urusan kantor.
Fredo berkata dengan begitu elegan, ditengah pembicaraan dia melirik sesaat kearah Asmi, Asmi sedang makan dengan serunya disisi sana, dia sudah kelaparan, Rani dan Teto terus mengambilkan lauk untuknya, membuat mangkuknya hampir menggunung karena makanan yang diambilkan.
Fredo yang melihatnya seperti itu semakin marah, dulu selalu ayahnya yang mengambilkan lauk untuknya, sekarang semua fasilitas ini sudah direbut olehnya, kelak entah akan menjadi seperti apa. Ekspresi wajah Fredo terlihat semakin buruk.
“Dodo, apakah kamu tidak enak badan?” Rani adalah orang yang sangat peka, melihat Fredo yang tidak terlalu banyak makan, hanya mengaduk-aduk makanan yang ada di mangkuknya saja tanpa mengatakan apapun, ekspresinya juga terlihat sangat buruk.
“Tidak apa, aku sangat baik.” Fredo menjawab dengan ketus, setelah berlalu sekian lama, dia tetap tidak bisa bersikap baik pada Rani, ia hanya menganggapnya sebagai wanita yang bersama ayahnya karena harta ayahnya.
Dia belum pernah mendengar nama wanita ini sebelumnya, namun dia tiba-tiba muncul dan membuat ayahnya begitu menurut padanya, bahkan sampai menikah dengannya. Fredo merasa dibalik kejadian ini pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui, tetapi, tidak ada satu pun diantara mereka yang bersedia memberitahunya.
Dia merasa didalam ini pasti ada rahasia yang tidak bisa diketahui oleh orang lain, hingga Asmi datang ke rumah mereka, dia semakin yakin ada sesuatu yang dirahasiakan diantara Rani dan Asmi.
“Dodo, aku tahu kamu selalu curiga dengan hubunganku dan Bibi Rani-mu, namun kami benar-benar saling tulus mencintai, aku berharap kamu bisa memahaminya, kami sudah 25 tahun tidak bertemu, sekarang susah payah bisa bersama, mohon dukung aku, aku juga sudah tidak bisa hidup terlalu lama lagi, aku berharap bisa menghabiskan sisa hidupku bersama dengan orang yang kucintai, ini adalah harapanku yang terbesar.” Teto berkata dengan berlinang airmata, dia tidak pernah menangis dihadapan putranya meskipun hanya satu kali.
Fredo mendengar ini menjadi agak marah, apanya yang disebut dengan mencintai, apakah mengkhianati istrinya lalu memilih bersama dengan wanita lain bisa dianggap sebagai cinta, lalu dimana dia meletakkan kedudukkan istrinya? Fredo sangat marah, dia merasa tidak adil untuk ibunya.
Membuatnya semakin membenci Rani, kalau bukan karena kehadiran wanita ini, mungkin ibunya masih hidup sampai sekarang. Amarah memenuhi matanya, namun dia tetap berhasil mengendalikannya dengan baik, dia bukan orang yang tidak bisa menjaga ucapannya, dia harus membalas Rani dan Asmi.
Sekarang Asmi sudah menjadi miliknya, dalam hatinya dia merasa geli, bahkan putrinya sendiri saja dia tidak bisa melindungi, membiarkan putrinya masuk ke mulut srigala, wanita baik macam apa itu? Dia harus membongkar topeng kedua ibu dan anak ini, agar ayahnya bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya ibu dan anak ini.
Ada lagi, dia masih harus memperingatkan ayahnya, hati-hati jangan sampai jatuh dalam jebakan wanita ini, Asmi bukanlah anaknya, apakah dia sudah mengetest DNA? Hanya mendengar sepihak dari Rani saja sudah bisa langsung mengakui wanita ini sebagai anaknya?
Teto melihat Fredo terdiam cukup lama, mengira dia sedang introspeksi diri, Fredo sudah dia lihat sejak kecil, dia juga sangat paham dengan sifat Fredo, kecuali dia mengerti secara pribadi, kalau tidak meskipun dia mengatakan apapun tidak akan bisa menggoyahkannya dan dia juga tidak akan berubah pikiran.
Malah hanya akan membuatnya semakin tersesat dalam jalan pikirannya, ini merupakan hal yang paling dikhawatirkan oleh Teto, dia selalu merasa Rani merusak rumah tangga mereka, namun apakah dia tahu kalau dirinya adalah anak adopsi?
Teto masih tidak ingin Fredo tahu kalau dia hanya anak yang diadopsi, dia tahu Fredo adalah seorang anak yang terlihat begitu kuat namun memiliki hati yang begitu rapuh.
Makan malam yang tidak begitu banyak perbincangan akhirnya berakhir, Asmi makan dengan sangat fokus, sama sekali tidak sempat memperhatikan isi percakapan kedua ayah dan anak itu, dia hanya ingin makan, mengenai Fredo, seharusnya dia tidak akan memperhatikannya bukan.
Dia sekarang pasti sedang berpikir untuk segera mengusirku, tiba-tiba muncul seorang adik, pasti tidak akan menguntungkan baginya.
“Dodo, kamu duduk dulu, ada yang ingin kukatakan.” Teto tahu kebiasaan Fredo, dia takut setelah makan dia akan pergi, sehingga ia segera berkata.
Semua duduk sofa, Rani memotong kue yang dibawa oleh Asmi “Dodo, ayo makan kue, Asmi membelinya dari toko kue terkenal milik perusahaan kalian.” Rani tersenyum ramah, namun dimata Fredo itu hanya rasa pamer.
“Kamu lihat Asmi ku begitu penurut dan baik, pulang kerumah masih ingat untuk membawakan sesuatu pulang.” Ini adalah kalimat yang sudah dihafal oleh Fredo, berdasarkan pengamatannya dia merasa Rani akan mengatakan itu, siapa yang menyangka, dia hanya membagikan kue pada setiap orang lalu duduk dengan tenang disamping Teto.
Fredo melirik Rani sekilas, usianya tidak jauh berbeda dengan ayahnya, namun rambut ayahnya jauh lebih putih dan memuliki kerutan yang lebih banyak, sehingga membuatnya terlihat jauh lebih tua dan Rani tetap terlihat begitu awet muda, tubuhnya tinggi dan ramping, kulitnya yang putih bersih hanya memiliki sedikit kerutan, sama sekali tidak terlihat seperti wanita berusia 50 tahunan.
Fredo tanpa sadar menghela karena ayahnya menua, dulu, dia juga begitu muda, begitu tampan dan gagah, namun dalam sekejap mata dia berubah menjadi begitu tua dan renta, membuat hati Fredo merasa sedih, menyayangkan ayahnya.
“Dodo, Asmi, kalian adalah kakak beradik, kalian harus akur.” Tangan Teto yang sudah agak kering menepuk tangan Fredo dengan ringan. Fredo merasa tangan ayahnya begitu tebal dan berat.
Fredo hanya bisa mengangguk, selama itu masih dalam lingkup yang bisa dia terima, untuk sementara dia bisa membiarkan Asmi baik-baik saja.
“Belum lama ini aku sempat melihat ke perusahaan, aku mendengar komentar para petinggi perusahaan kalau Asmi sangat aktif dalam bekerja, juga cukup kompeten, dia juga sarjana keuangan, aku berencana memasukkan Asmi ke dalam perusahaan, bagaimana menurutmu?” Teto mengarahkan pandangannya kearah Fredo, dia sekarang sudah pensiun, meskipun dia masih direktur perusahaan, namun dia tetap ingin mendengar pendapat Fredo.
“Apa?” Fredo tiba-tiba berdiri, wajahnya terlihat begitu terkejut “Aku tidak setuju.” Dia langsung menjawab tanpa perlu memikirkannya terlebih dahulu “Aku tidak mungkin menyutujuinya, meskipun perusahaan ini ayah yang mendirikannya dan apa yang ayah katakan adalah hal mutlak, namun begitu Asmi masuk ke dalam perusahaan, maka aku akan langsung mengundurkan diri.”
Urat diwajah Fredo yang muncul dengan jelas, Asmi menatap Fredo dengan wajah takut “Aku tidak akan masuk ke perusahaan.” Asmi merasa takut juga panik, dia sungguh tidak menyangka makan malam kali ini akan berakhir seperti ini.
Kalau dia tahu ayahnya berencana membiarkannya ikut serta dalam pengurusan perusahaan, maka dia pasti akan menolaknya lebih awal. “Aku sama sekali tidak ingin ikut campur dalam kepengurusan perusahaan, aku punya kehidupanku sendiri.” Asmi menenangkan diri, dia tidak mungkin merampas apapun yang menjadi milik Fredo.
“Sudahlah, Asmi, kamu tidak perlu memasang wajah memelas itu lagi, kamu bisa membohongi ayahku, tapi tidak bisa membohongiku, bukankah ini yang kamu harapkan?” Mata Fredo yang dalam menatap Asmi dengan dalam, dia bisa melihat Asmi bergetar.
“Asmi, kamu awalnya berpura-pura menjadi buruk rupa dan menggoda Anisa, setelah itu masuk ke dalam perusahaan dengan lancar, dengan begitu kamu bisa lebih mudah menyentuh keuangan perusahaan, lalu masuk ke dalam keluarga kami, sebenarnya apa rencanamu yang sebenarnya, ayo katakan.” Fredo hampir mengamuk, suaranya terdengar begitu kencang.
“Dodo, bicara omong kosong apa kamu.” Teto sedikit tidak paham, dia tidak tahu sebelumnya apa yang terjadi diantara Asmi dan Fredo.
“Ayah, aku tidak bicara sembarangan” Fredo menatap Teto dengan tulus, dia tidak tahu kalau hatinya ayahnya sekarang sedang meneteskan darah, anak yang dia besarkan sejak kecil sampai sebesar ini malah mencurigainya, hati Teto sungguh perih.
Asmi menundukkan kepalanya tanpa bisa berkata apapun, apakah dia harus mengungkapkan perasaannya pada Fredo selama 10 tahun ini? Dia sungguh tidak sanggup mengatakannya.
“Aku sudah tahu kamu tidak akan berani mengatakannya, Asmi, kamu selalu pintar berpura-pura tidak tahu apapun, membuat semua orang disekelilingmu tertipu, aku tidak akan membiarkanmu dengan semudah itu. Kamu hanya seorang putri yang dilahirkan diluar pernikahan, namun beraninya kamu mengharapkan harta dari keluarga ini, jangan harap.” Fredo langsung pergi setelah mengatakannya.
Ucapannya menggema di rumah yang kosong “Kamu adalah putri yang dilahirkan diluar pernikahan.” Ucapan ini terus menggema di hati Asmi dan hingga akhir dia tetap tidak bisa lari dari lingkaran takdir.
Setelah Fredo pergi, Teto terduduk dengan lemas, kalau dia yang berada di posisi itu, mungkin dia juga tidak akan bisa menerima kenyataan ini, namun kalau bukan karena terpaksa, dia tidak akan mengungkap kenyataan kalau Fredo hanya seorang anak yang dia adopsi.
Dia tahu Fredo sudah melakukan banyak hal untuk perusahaan, dia juga sudah berkorban banyak, sejak masih kuliah dia sudah mulai magang di perusahaan dari tingkat paling rendah, Fredo sudah menghabiskan banyak energi, sejak kecil dia sudah tahu kalau dia adalah anak laki satu-satunya di keluarga ini dan dia memiliki kewajiban membantu ayahnya mengurus perusahaan.
Sejak kecil dia sudah begitu penurut dan baik, membuat Teto begitu tenang, namu siapa yang menyangka sekarang malah menjadi seperti ini, bahkan untuk memberikan putrinya yang berkelana diluar selama bertahun-tahun sebuah kelayakkan saja dia tidak mampu.
Dia mengetahui dari Rani, Asmi belajar keuangan di universitas, bahkan mendapat gelar master dibidangnya dan ini merupakan sebuah profesi yang sangat ternama di Negara ini, dia ingin apa yang dipelajari oleh Asmi memiliki tempat untuk berkembang, oleh karena itu ia berharap Asmi bisa ikut serta dalam kepengurusan.
Asmi duduk disana termenung cukup lama, benar juga, berapa banyak yang diketahui ayah dan juga ibunya tentang dirinya? Dia harus menjelaskan pada mereka, dai tidak ingin harta keluarga ini, dia hanya ingin melihat Fredo bisa hidup dengan bahagia.
“Ayah.” Asmi melontarkan panggilan ayah dari mulutnya, ini merupakan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, dia tidak menyangka akan memanggil Teto ayah, meskipun tahu Teto sangat memperhatikan dirinya, namun hatinya tetap tidak bisa menerimanya, bagaimana pun dia hanya seorang gadis dewasa yang baru berusia 25 tahun, apa yang ada di dalam otaknya sudah mendarah daging, seperti hubungannya dengan orang tua, dia hanya bisa mengakui orang tua asuhnya saja.
Namun ketika dia mendengar ungkapan ayah kandungannya terhadap ibunya, juga pengaturan yang disiapkan untuknya, akhirnya berhasil menyentuh bagian terlembut dalam relung hatinya yang terdalam “Ayah.” Teto dibuat bingung oleh panggilan ayah tadi, dia tidak salah dengar bukan?
Apakah tadi Asmi yang sedang memanggilnya ayah? Teto menatap Asmi dengan tatapan bingung, tangannya bergetar, Teto yang sudah terbiasa menghadiri berbagai orang dan juga pertemuan penting sepenuhnya dibuat kacau.
“Ayah, ini aku Asmi. Anda tidak salah, mohon maafkan putrimu baru memanggilmu ayah sekarang.” Asmi berlari masuk ke dalam pelukannya dan mulai menangis. Rani baru sadar apa yang terjadi, dia merasa senang sampai menangis, setelah begitu lamanya, akhirnya putrinya bersedia memanggil ayah.
Rani terlalu senang, akhirnya putrinya mengakuinya juga Teto, meskipun dulu Asmi tidak mengatakannya, namun dari sikapnya dirumah terhadapan Rani dan Teto, Rani tahu, putrinya adalah seorang gadis yang baik, dia tidak ingin tinggal di keluarga ini karena tidak ingin membuat orang tua asuhnya yang sudah meninggal merasa kesepian.
Anak yang begitu pengertian dan baik sungguh membuatnya merasa begitu bersalah, sebenarnya dia adalah anak yang tumbuh di keluarga seperti apa. Rani pernah pergi kelingkungan dimana Asmi tinggal dan mencari tahu, orang tua asuh Asmi sangat menyayanginya, memberikannya kasih sayang yang begitu banyak.
“Ayah, ibu, bisakah menyetujui sebuah permohonan putrimu ini? Anggap saja ini permohonanku.” Mata Asmi berkaca-kaca, Rani segera maju dan menghapus airmata Asmi.
“Anakku, ada apa katakanlah sambil duduk.” Asmi mendudukkan Asmi yang begitu tegang di sofa, lalu mulai mendengarnya menceritakan kisahnya.
Novel Terkait
Cinta Dan Rahasia
JesslynBaby, You are so cute
Callie WangVillain's Giving Up
Axe AshciellyMy Goddes
Riski saputroAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya