Asisten Wanita Ndeso - Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
Setelah makan siang di vila pegunungan, Asmi mengucapkan selamat tinggal kepada Teto dan Rani sebelum pergi, Rani memberi Asmi sebuah kartu bank dan didorong kembali oleh Asmi.
“Aku tidak membutuhkan uang, sebaiknya kamu mengambilnya kembali.” Asmi tidak ingin mengambil uang Rani, sebenarnya, Rani telah melunasi hutang ibunya.
Asmi selalu merasa seperti dia berhutang pada mereka jika dia menerimanya.
"Asmi, aku dengar kamu akan menghadiri konferensi internasional penting dengan Fredo, kamu ambil kartu ini dan pergi beli beberapa pakaian, kamu selalu menolakku seperti ini, aku merasa sangat sedih, aku sudah meninggalkanmu selama lebih dari dua puluh tahun, bisakah kamu membiarkan aku menjagamu untuk orang tua angkatmu di masa yang akan datang? ” Rani mengucapkan kata-kata ini dengan sangat terus terang, jadi Asmi tidak punya kesempatan untuk penolakan.
Asmi tidak punya pilihan selain menerima kartu bank dengan enggan, "Kata sandinya adalah hari ulang tahunmu, 198309". Rani tahu bahwa orang tua Asmi pasti melihatnya membawa akta kelahiran di selimut Asmi, yang berisi waktu lahir Asmi dan semua barang milik Rani.
Air mata hampir mengalir keluar dari mata Asmi, dia berusaha keras untuk tidak membiarkan air mata mengalir, “Aku pergi dulu, setelah beberapa hari lagi aku baru datang mengunjung kalian.” Asmi pergi tanpa menoleh ke belakang, dia tahu bahwa selama dia melihat ke belakang, dia akan melihat ekspresi penuh harapan dari ibu.
Selama punggungnya masih di sana, Rani tidak akan masuk, dia harus melihat punggung Asmi benar-benar menghilang di jalan, baru akan masuk ke dalam vila.
Ini mungkin cinta dari sang ibu, kasih keibuan, walaupun saat itu dia meninggalkannya begitu saja, tetapi tiada hari dia tidak mengkhawatirkan anaknya, setiap hari sebelum tidur, dia selalu bertanya apakah anaknya sekarang baik-baik saja.
Asmi tidak pulang kerumah, dia menelepon Sasa, dia akan terbang ke Korea Selatan besok sore, tidak hanya Fredo, Tanu juga terus mengomel tentang masalah pakaiannya, bahkan ibu kandungnya mulai mengatakan masalah ini, sepertinya dia benar-benar perlu berubah.
Berubah demi Fredo, dia juga masih ingat apa yang dikatakan oleh Anisa tentang dirinya di kantor Fredo, "Aku khawatir Sekretaris Asmi akan mempermalukan Marini Grup kita ketika dia tiba di Korea."
Ya, bahkan jika itu demi Fredo, dia harus mengubah dirinya, oleh karena itu, Asmi meminta Sasa untuk keluar dan membiarkan Sasa memberikan beberapa nasihat untuk dirinya sendiri.
Di kota ini, dia hanya memiliki satu teman baik yaitu, Sasa, dan tidak ada lagi yang harus diperjelaskan tentang persahabatan mereka.
Asmi membuat janji dengan Sasa di sebuah restoran cepat saji dekat department store, dia tidak makan banyak di vila, karena di rumah itu, dia selalu merasa sangat tertekan, orang tua kandungnya selalu berhati-hati ketika berbicara di depannya, dan membuat Asmi sedikit bingung.
Setiap kali dia pergi makan, dia pasti makan sangat sedikit, setelah pulang, dia akan mencari tempat untuk mengisi perutnya lagi baru pulang.
Asmi memilih tempat di dekat jendela dan duduk, dia sudah memberi tahu Sasa tempat untuk bertemu, dan dia makan di sana sambil melihat pemandangan di luar jendela.
Asmi memesan secangkir teh susu talas dan semangkuk kentang goreng, dan memakan kentang gorengnya dengan malas, dia tidak suka saus tomat, jadi dia memakannya dengan begitu saja.
“Asmi, akhirnya kamu sudah memikirkannya?” Sasa berlari dengan ceroboh, dia telah mengetahui bahwa Asmi akan pergi ke luar negeri.
Dia tahu bahwa ini seharusnya menjadi perjalanan pertama Asmi ke Korea, dan itu juga pertama kalinya Asmi pergi ke tempat sejauh itu.
“Ya.” Asmi mengangguk, di depan Sasa, dia menjadi Asmi yang lincah, lucu dan bersemangat.
“Apakah kamu benar-benar ingin mengubah dirimu?” Sasa masih tidak bisa mempercayainya, tidak peduli bagaimana dia mencoba membujuknya selama sepuluh tahun, masih tetap tidak berhasil, tetapi sekarang dia benar-benar tidak percaya ketika Asmi mengatakan dia ingin berubah.
"Ya, selama perubahannya tidak terlalu besar, aku masih ingin bertahan di posisi ini selama beberapa saat lagi? Jika Anisa melihat aku berpakaian begitu genit dan indah, aku pasti akan segera diusir dari Marini Grup." Asmi bercanda, dia benar-benar ingin tampil di hadapan hadirin tanpa mempengaruhi penampilan kota.
"Dia berani? Tidakkah kamu akan mengambil kesempatan untuk mendapatkan Fredo? Biarkan Anisa yang selalu merajalela itu terbengong." Kata-kata Sasa membuat Asmi tertawa, iya, mendapatkan Fredo, tetapi memangnya kenapa jika dia bisa mendapatkannya?
Hubungan antara dia dan Fredo sekarang adalah kakak adik, dan mereka tidak akan pernah ada hasil, bahkan jika mereka tidak memiliki hubungan kakak adik, mereka juga tidak akan pernah ada hasil.
"Ayo pergi, jangan makan lagi, aku akan membawamu menata rambutmu dulu, tahukah kamu? Orang Korea sangat memperhatikan pakaian dan rambut, kamu mungkin akan dikirim kembali begitu kamu memasuki negara itu." Sasa mulai terbahak-bahak ketika dia melihat penampilan Asmi.
Namun, dia telah terbiasa dengan penampilan Asmi, dan dia tidak merasa sangat jelek, sebenarnya, postur tubuh Asmi sangat bagus, berisi dan menonjol, kulitnya juga sangat putih, tetapi gaun yang dikenakannya terlalu primitif, dia selalu mengenakan pakaian lama yang besar dan menutupi postur tubuhnya yang cantik.
Dan juga rambut jelek itu, Sasa memutuskan untuk membawanya untuk meluruskan rambutnya dulu, sehingga dia tidak lagi harus mengepang kedua kepang itu lagi.
Sasa telah melihat tampilan itu selama lebih dari sepuluh tahun, dan terkadang dia bertanya pada Asmi, apakah tidak ribet untuk mengikat kepang setiap hari?
Karena Sasa merasa benar-benar memakan waktu dan melelahkan untuk membuat kepang setiap hari, bahkan jika cantik, dia pun hanya akan bertahan selama satu atau dua hari.
Terlebih lagi, kepangan semacam itu sudah lama ketinggalan jaman, dan sekarang hanya ada beberapa anak perempuan di sekolah dasar yang terkadang dikepang seperti itu oleh ibunya.
Pertama adalah menata rambut terlebih dahulu, ada sebuah salon di jalan ini di mana Sasa sering menata rambutnya, dia membawa Asmi ke sana, Asmi belum pernah ke salon sebelumnya, dia biasanya memotong rambutnya sendiri, bagaimanapun, gaya rambutnya selalu begitu saja dan tidak akan berubah, dia hanya menunggu sampai poni panjang, dan menyelesaikannya dengan sekali potong.
Ketika sampai di salon, Asmi baru menyadari bahwa itu sangat merepotkan, karena rambutnya belum pernah dikeriting atau diwarnai sebelumnya, jadi butuh usaha yang lebih banyak.
Menurut penjelasan Sasa, penata rambut memotong rambut Asmi terlebih dahulu, Asmi melihat ke cermin, samar-samar dia tidak bisa melihat dengan jelas, dia menyipitkan matanya dan akhirnya melihat bahwa dia tidak banyak berubah, hanya lebih pendek.
Karena dia terus memohon kepada penata rambut untuk tetap mempertahankan poninya saat penata rambut memotong rambutnya, jadi penampilannya pada dasarnya tetap sama.
Dia bisa berubah, tetapi dia harus harus meninggalkan sedikit kesan tentang dirinya sendiri, dia pasti tidak akan memotong poni itu, dia harus menyimpan poni ini selamanya, dan itu juga satu-satunya kenangan mendalam tentang dia dengan Fredo.
Setelah dipotong, rambut Asmi diberi ramuan pelembut, ramuan ini dengan cepat berpengaruh di kepala wanita lain, tetapi butuh waktu dua kali lebih lama di kepala Asmi.
“Nona, kualitas rambutmu sangat bagus, begitu dilihat saja bisa tahu bahwa rambutmu sama sekali tidak rusak dan sangat sehat, benar-benar sangat jarang sekali, tapi bagi kami, kami lebih rela menata rambut yang sudah rusak.” Bahkan penata rambut pun terus datang melihat apakah rambutnya sudah selesai atau belum.
“Benarkah?” Rambut aku ternyata adalah hal terbaik aku ” Asmi melihat Sasa sudah menunggunya sampai bosan, dia tidak pernah berada di penata rambut untuk waktu yang lama.
"Ya Tuhan, bau di sini sangat tidak sedap, aku pun akan pingsan, Asmi, apakah menurutmu mudah bagiku untuk menemanimu? Setelah selesai, kamu harus mentraktirku makanan enak." Sasa merasa sedikit lapar saat dia menyentuh perutnya.
Mereka telah berada di toko ini selama tiga jam, tetapi rambut Asmi masih belum ada perubahan.
Akhirnya, Tuhan memiliki mata dan tidak akan pernah mengecewakan pekerja keras, ketika penata rambut datang untuk melihat entah keberapa kali, rambut Asmi akhirnya ada perubahan, saat ini, sudah lima jam Asmi dan Sasa duduk di salon ini, pinggang Asmi rasanya akan patah, dan Sasa juga tidur siang di sana.
“Asmi, lihat, bukankah ini jauh lebih cantik?” Sasa menarik Asmi dan memutarnya di depan cermin, Sasa cukup puas, setidaknya itu bukan kepang pedesaan lagi, di dalam matanya, selama itu bukan kepang, semuanya sangat bagus.
"Tapi, kamu masih kekurangan banyak hal, jangan khawatir, aku akan mengubahnya untukmu satu per satu, kamu bisa serahkan padaku tanpa khawatir." Sasa menepuk dadanya.
"Tapi, aku sangat lapar sekarang, kamu bilang bahwa kamu akan mentraktir aku makan, ayok pergi sekarang, aku ingin makan Pizza Hut, kamu begitu pelit, Pizza Hut sudah boleh." Sasa merasa bahwa dia benar-benar sangat murah hati dengan Asmi, dan hanya menginginkan Pizza Hut.
"Tidak, Sasa, kamu menghabiskan semua waktu bersamaku hari ini, bagaimana mungkin aku hanya akan mentraktir kamu Pizza Hut? Kamu katakan saja ingin makan apa, aku akan mentraktirmu apa saja yang kamu inginkan, bagaimanapun, aku juga seorang sekretaris presiden sebuah perusahaan multinasional, gaji bulananku juga sangat membuat iri semua orang." Mendengar Sasa berkata demikian, Asmi memutuskan untuk mentraktirnya makanan yang lezat.
"Tidak usah, kita masih ada hari lain untuk makan yang lezat, kita masih harus pergi berbelanja setelah selesai makan, kita tidak boleh membuang waktu untuk makan, jika tidak kita tidak akan punya waktu untuk pergi berbelanja yang lain dan mengubah dirimu." Sasa berpikir dengan sangat serius, bahkan Asmi pun sangat mengagumi Sasa.
Mereka berdua adalah sahabat yang sangat baik, Sasa tidak pernah menghina Asmi selama sepuluh tahun ini, yang membuat Asmi sangat tersentuh.
"Sasa, mengapa kamu begitu baik padaku? Orang lain tidak menyukaiku, hanya kamu satu-satunya yang tidak akan pernah meninggalkanku, jika aku seorang pria, aku pasti akan menjadikanmu sebagai istriku."Sasa melepaskan kacamata Asmi, Asmi tidak bisa melihat dengan jelas, hanya samar-samar.
Tetapi dia masih berusaha untuk tidak memakai kacamata bingkai hitam yang selalu dia pakai selama bertahun-tahun itu, bahkan dia sendiri juga merasa dirinya seperti seorang wanita tua.
“Sudah, Asmi, kamu bisa mencoba kacamata ini, mereka mengaturnya sesuai dengan minus kacamata yang kamu kenakan, menurutmu ini tidak cocok atau tidak.” Setelah berkata Sasa memberikan kacamata kepada Asmi, dan setelah memakainya, Asmi merasa dunia di depannya tiba-tiba menjadi jelas dan cerah, dan kacamata barunya sangat ringan.
"Sudah beda, kan? Kacamata saat ini bukanlah jenis desain dan bahan yang kamu kenakan itu, kamu masih ketinggalan jaman, benar-benar tidak ada bedanya dengan manusia primitif." Sasa menarik Asmi untuk memaksanya berkaca.
Asmi terkejut menemukan bahwa warna bingkai kacamata yang dipilih Sasa untuk dirinya adalah ungu tua.
Novel Terkait
Asisten Bos Cantik
Boris DreyMata Superman
BrickPernikahan Kontrak
JennyLove and Trouble
Mimi XuLove at First Sight
Laura VanessaBeautiful Love
Stefen LeeKisah Si Dewa Perang
Daron JayAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya