Asisten Wanita Ndeso - Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
Tidak lama kemudian, Asmi menghidangkan semangkuk mie yang panas di atas meja, Sasa sangat tidak sabar, dia sudah tujuh tahun tidak memakan mie seperti ini, jadi begitu dihidangkan langsung melahap.
“Ahhh, panas sekali.” Sasa kepanasan.
“Cepat minum seteguk air.” Asmi menuangkan segelas air untuk Sasa, suhunya pas, Sasa langsung menghabiskannya dalam satu tegukan.
“Kamu bukan anak kecil lagi, mengapa begitu tidak sabar, apakah kamu tidak tahu mie yang baru dimasak sangat panas?” Asmi merasa lucu dan kasihan melihat penampilan Sasa.
Dia tahu Sasa kehilangan ibunya sejak kecil, anak yang tidak memiliki ibu, meskipun ayahnya melindunginya dengan baik, ayah tetap tidak seteliti ibu, dia sedikit mengasihani Sasa, karena dirinya sendiri setidaknya ditemani kedua orang tua angkat selama bertahun-tahun.
“Tidak apa-apa, sudah membaik, aku tidak sabar ingin mencobanya, kamu tidak tahu, ayahku selalu memakan beberapa hidangan itu saja, sungguh membosankan, terkadang aku benar-benar ingin pindah keluar dan tinggal bersamamu.” Sasa berkata sambil makan, rasanya sama seperti dulu.
Sasa tahu rasa seperti ini tidak dapat ditemukan di mana pun, ini adalah ala rumahan, masakan rumah ala rumahan.
Dapat juga dikatakan sebagai masakan ibu, sejak kecil Sasa tidak pernah makan apa pun yang dimasak oleh ibunya, Sasa berlinang air mata, Asmi menyangka pengaruh mienya yang panas, Asmi berulang kali menyuruh Sasa makan perlahan.
“Asmi, keahlianmu dalam memasak sepertinya sangat bagus, aku harus sering datang ke rumahmu untuk mengganggumu di masa depan. Tapi kamu jangan takut, orientasiku normal.” Sasa tersenyum setelah mengucapkan kalimat terakhir.
“Apanya normal, ada apa denganmu?” Asmi juga terhibur oleh kata-kata Sasa, Sasa paling suka bercanda.
"Sudahlah, Nonaku sayang, cepatlah makan, aku siapkan lumayan banyak, kamu harus menghabiskannya, kalau tidak habis, harus membawanya kembali. Aku sudah habis, harus segera berangkat, kamu tahu bus tidak menunggu orang.” Asmi buru-buru mencuci piringnya.
Dia tidak punya kebiasaan menumpuk, dia selalu mencuci piring setelah makan, sama seperti kerja, selalu selesai tepat waktu, bahkan lebih cepat dari jadwal, pekerjaan hari itu harus diselesaikan dalam hari itu juga, tidak pernah melewati hari kedua.
“Tenanglah, aku mengendarai mobil ke sini hari ini, dapat mengantarmu ke perusahaan.” Sasa berkata dengan santai, dia tidak pernah memberitahu Asmi tentang latar belakang keluarganya dan Asmi selalu menganggap keluarganya seperti keluarga biasa.
“Kamu mengendarai mobil ke sini, apakah kamu orang kaya, mengapa kamu punya begitu banyak uang.” Asmi bertanya padanya dengan bingung “Apakah kamu di….?” Asmi tidak mengatakan sisanya.
"Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, Asmi, aku tidak pernah memberitahumu, sebenarnya ayahku melakukan bisnis dan bisnisnya lumayan lancar, jadi situasi keluargaku tidak terlalu susah, setidaknya aku bisa hidup tanpa khawatir. Jangan khawatir, semua ini diberikan ayahku. Imajinasimu sangat kaya." Sasa mengedipkan matanya dengan genit.
“Oh, ternyata kamu adalah Nona dari keluarga kaya, tapi aku benar-benar bodoh, sejak kecil kamu selalu berpakaian sangat cantik dan bahkan barang milikmu juga banyak yang tidak pernah kulihat, mengapa aku begitu bodoh?” Asmi menertawakan dirinya sendiri.
“Kamu bukan orang terbodoh, tapi si Fredo. Dia tidak tahu bahwa gadis biasa di sebelahnya ini sebenarnya sangat luar biasa, dialah orang yang paling bodoh.” Sasa selalu sangat peduli pada Asmi, mengapa Fredo selalu menempati hati Asmi?
Siapa si Fredo itu, hanya karena mengandalkan status dan kekayaan keluarganya dia melakukan hal seperti itu? Gantian orang lain, memiliki kekayaan seperti ini, juga akan mendapatkan apa yang telah dia capai hari ini.
“Sudahlah Sasa, suasana hati kita sangat baik hari ini, mengapa harus membicarakan tentang Fredo? Aku harus segera membersihkannya, kalau tidak aku akan terlambat sebentar lagi.” Asmi mulai mengemas peralatan makan.
Sasa benar-benar kuat makan, dia hampir menghabiskan semua mie dalam panci dan sekarang sedang mengelus perutnya dengan puas.
"Enak, enak, benar-benar sangat enak, Asmi, mari kita buka toko mie bersama, aku tukang menagih uang dan kamu tukang memasak mie." Sasa duduk di sofa dengan santai, manusia selalu begini, setelah kenyang akan merasa ngantuk.
“Nona, kamu benar-benar pandai menghitung, mengapa kamu tidak menyuruhku tagih uang dan kamu yang memasak mie?” Asmi sedang mencuci piring, meskipun suara air mengalir agak berisik, tapi dia mendengar dengan sangat jelas.
Sasa paling pandai bermalas-malasan, masih ingat waktu sekolah dia selalu begini, saat makan apel, dia memilih untuk tidak memakannya daripada pergi mencucinya dan ketika makan buah, dia hanya memilih buah yang bisa dikupas dengan tangan, seperti jeruk dan pisang.
Dia tidak akan mau memakannya, kalau tidak ada yang mengupaskan kulit buah untuknya, Asmi menggelengkan kepalanya, inilah yang disebut temperamen Nona dari keluarga kaya. Dia merasa Tanu pasti akan mematuhi kata-kata Sasa dan pasti akan melaksanakan semua perintah dari Sasa.
“Apa yang sedang kamu pikirkan? Apakah itu tentangku?” Tidak tahu mulai kapan Sasa berdiri di belakang Asmi, Sasa melihat Asmi tersenyum sendiri, berdasarkan pemahamannya terhadap Asmi, Asmi tidak akan mengatakannya meskipun dia benar-benar memikirkannya.
Asmi tidak pernah menggosip masalah orang dan juga tidak pernah melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain dan juga dirinya, dia adalah seseorang yang sangat baik.
“Asmi, letakkan benda-benda itu.” Sasa melepaskan celemek Asmi dan menarik Asmi ke dalam kamar “Asmi, aku tahu kamu tidak memiliki banyak barang, jadi aku membawa beberapa pakaian dan perhiasan yang paling aku sukai, kamu pakai saja, rumahku masih banyak. Lemariku sudah tidak muat lagi.” Sasa menenteng kantong besar dan kecil dari sofa ke dalam kamar.
“Sasa, aku tidak boleh mengambilnya, semalam kamu telah memberikan setelan yang sangat berharga, aku tidak boleh mengambil lainnya lagi.” Asmi melihat benda yang memenuhi ranjang, matanya menjadi kabur.
Benda-benda ini membuat mata Asmi menjadi kabur, dia tidak pernah melihat begitu banyak pakaian dan perhiasan, serta beberapa tas, semuanya sangat cantik, semuanya merupakan gaya yang dia sukai.
“Asmi, kamu hanya tahu bantuan yang aku lakukan saat ini, lalu apakah kamu tahu seberapa banyak bantuan yang telah kamu berikan padaku? Sekarang kita tidak membicarakan hal ini, kalau aku mengatakannya, tidak akan habis dalam beberapa hari.” Sasa tahu Asmi mungkin tidak akan percaya, kalau tidak ada pertemanan Asmi dalam beberapa tahun itu, mungkin dirinya tidak akan sanggup bertahan sampai saat ini.
“Sasa, aku benar-benar tidak dapat menerimanya, barang-barang yang kamu berikan padaku terlalu berharga dan aku juga tidak terpakai.” Asmi pusing melihat barang-barang itu, kalau dirinya tidak terpakai, malah akan menyia-nyiakan kebaikan Sasa.
“Asmi, tenanglah, kamu begitu pintar dan cerdas, tidak mungkin semuanya tidak terpakai, meskipun tidak terpakai juga tidak apa-apa, aku bisa mengajarimu. Tapi hari ini sepertinya tidak sempat lagi, aku akan mencocokan pakaian yang aku berikan padamu semalam dengan perhiasan dan sepatuku.” Sasa mengeluarkan sepasang sepatu datar dari dalam kantong.
Warnanya kuning muda dan agak datar, Sasa sudah lama mengetahui, Asmi selalu mengenakan sepatu gaya lama dan tidak bertumit, Sasa juga tidak pernah mengenakan sepatu hak tinggi, jadi rumahnya memiliki banyak sepatu datar yang fashion.
Semalam setelah kembali, dia langsung mulai mengemas sandal-sandalnya , dia memiliki hobi membeli sepatu, jadi rumahnya memiliki banyak sepatu yang tidak sering pakai, dia ingin memberikan beberapa pada Asmi, tingginya hampir sama dengan Asmi, sekitar 160-an cm dan ukuran sepatu juga hampir sama.
“Lihatlah, bagaimana dengan ini? Seharusnya sangat cocok denganmu, meskipun setelan lebih cocok dengan sepatu hak tinggi, tapi aku merasa kamu pasti tidak terbiasa mengenakan sepatu hak tinggi, lihatlah betapa telitinya diriku.” Ekspresi di wajah Sasa sangat semangat, dia sangat senang dapat membantu Asmi.
Asmi melihat sepatu yang indah ini, dengan garis luar keemasan dan beberapa payet metalik. Berkilau dan terlihat sangat mempesona, di bagian depan sepatu ada kupu-kupu dengan warna metalik yang sama, kupu-kupu begitu lembut seolah-olah akan terbang, Asmi langsung jatuh cinta pada sepatu ini.
“Suka-kah?” Sasa melihat Asmi menatap fokus pada sepatu ini, sepatu ini adalah favorit Sasa, tapi demi Asmi, dia menahan untuk melepaskan cintanya dan memberikannya pada Asmi.
"Asmi, sepatu ini sangat cocok dengan setelan ini, kamu bisa coba memakainya, tapi harus mengenakan stoking, apakah kamu memilikinya?" Sasa melihat Asmi telah mengenakan setelan itu, tapi menambahkan sehelai pakaian yang longgar di luar.
Asmi melepaskan pakaian yang di luar, tiba-tiba menunjukkan bentuk tubuh yang indah “Wah, Asmi, kamu benar-benar sangat cantik, bahkan diriku juga terpesona olehmu.” Sasa pura-pura terpesona olehnya, tindakannya sangat lucu, Asmi tidak bisa menahan tawa.
Asmi memakai sepatu itu, benar-benar terlihat cantik dan ukuran sepatu juga pas. Sasa memintanya berjalan satu putaran dan merasa sepatu itu lebih nyaman daripada yang biasanya dia pakai, dia benar-benar sangat menyesal, mengapa dirinya tidak pernah berpikir mengganti sepatu?
Sasa melihat Asmi dengan teliti dan menemukan bahwa Asmi sepertinya masih kekurangan sesuatu. Oh ya, Sasa mencarinya di dalam tas, dia menemukan sebuah jepitan rambut dengan berlian di atasnya dan juga berbentuk kupu-kupu, dia menarik Asmi ke depan meja rias.
Rambut Asmi saat ini bergaya lurus, penata rambut berulang kali memperingatkan Asmi agar tidak mengikat rambutnya dan juga jangan mengikat kepang lagi, bukan karena tidak populer, tapi kepang milik gadis Mori, sekarang sangat sulit menjadi gadis Mori.
Berdasarkan temperamen Asmi, tidak mungkin juga bisa menjadi gadis Mori, jadi Sasa memikirkan sebuah cara yang sangat sederhana, Asmi bahkan bisa mengepang rambut yang begitu merepotkan, maka cara selanjutnya ini akan lebih mudah baginya.
Sasa menyisir lurus rambut Asmi, kemudian menyisir rambut dari telinganya dan memutarnya ke belakang kepala, lalu menjepitnya dengan klip kupu-kupu kecil, terlihat sederhana dan sangat indah.
Asmi melihat hanya dengan sebuah tindakan sederhana, Sasa langsung membuat gaya rambutnya menjadi cantik dan praktis, tadinya dia masih khawatir rambutnya akan masuk ke dalam mangkuk.
Sekarang dengan cara ini, benar-benar sangat bagus. Dia memutuskan untuk menyisir jenis rambut seperti ini di masa depan, benar-benar sangat sederhana, kepangan rumit sebelumnya memakan waktu setidaknya sepuluh menit.
“Terima kasih, Sasa, kamu selalu muncul di saat aku paling membutuhkan bantuan. Kamu adalah seorang malaikat.” Asmi tidak mengetahui ternyata Sasa begitu cerdik.
"Aku tidak ingin menjadi malaikat, aku hanyalah wanita biasa, kamu lebih hebat, bagaikan peri dalam novel, terlihat polos dan mempesona." Melihat Asmi mengubah gaya rambutnya dan mengenakan pakaian seperti itu, Sasa merasa seolah-olah Asmi berubah menjadi orang lain.
Sebenarnya Asmi sangat cantik, dia pernah melihat kecantikan Asmi di sekolah menengah pertama, tetapi mulai sejak saat itu juga, Asmi membungkus dirinya seperti kepompong, tidak pernah ingin keluar dari kepompong dan berubah menjadi kupu-kupu.
Kupu-kupu, bukankah kupu-kupu ini merupakan gambaran indah perubahan Asmi dari kepompong? Sasa berharap Asmi dapat memanen perasaan terindah dalam hidupnya, bagaikan kupu-kupu yang indah.
Novel Terkait
Cinta Dan Rahasia
JesslynDemanding Husband
MarshallMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaEverything i know about love
Shinta CharityBaby, You are so cute
Callie WangI'm Rich Man
HartantoMenunggumu Kembali
NovanAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya