Asisten Wanita Ndeso - Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
Sepanjang jalan Asmi dan Budi membicarakan banyak hal mengenai Keluarga Fredo, termasuk seberapa putus asa ayahnya setelah ibunya pergi, bagaimana Fredo bisa diadopsi sampai ke rumah ini, juga cerita masa kecil Fredo.
Asmi meminta Budi menceritakan masa kecil Fredo, tanpa sadar mereka sudah tiba didekat rumahnya yang berada di sisi kota lainnya, sudah tidak banyak orang dijalanan, Asmi meminta Budi berhenti di sisi jalan. Jalan didepan dia bisa jalan kaki sendiri karena sudah sampai didepan bangunan tua tempat dia tinggal.
Jangan meremehkan gedung tua ini, yang tinggal didalam semuanya penduduk asli sini, kalau sampai gedung ini dibongkar pasti akan mendapatkan uang ganti rugi yang besar, didalam gedung tua banyak ditinggali oleh orang-orang tua, sangat jarang ada anak muda, jarak ke pusat kota juga sangat dekat, ditengah gedung pencakar langit yang menjulang, sangat sulit untuk mendapatkan tempat yang tenang seperti ini.
“Paman Budi, hati-hati dijalan ya.” Asmi berpamitan dengan Budi, dia sangat menyukai pasangan tua ini, mereka tidak banyak bicara, namun sangat perhatian pada majikan.
“Asmi, apakah itu kamu?” Dari dalam kegelapan terdengar suara, ini mengagetkan Asmi, disaat seperti ini siapa yang akan berada di lantai bawah rumahnya.
“Asmi, benar-benar kamu ya, aku kira aku salah melihat orang?” Asmi melihat Sasa meringkuk dibawah tangga. Kelihatannya dia sudah cukup lama berada disana. Sasa tidak hentinya berganti pose berdiri.
“Sasa, kenapa kamu datang selarut ini dan tidak meneleponku.” Asmi menatap Sasa dengan sedikit kesal, gadis ini sama sekali tidak tahu cara menjaga dirinya, dia sungguh tidak tahu bagaimana dia hidup seorang diri di luar negeri.
“Aku melihatmu belum pulang, sehingga tidak berani meneleponmu, aku tahu kamu pasti akan pulang, kalau kamu tidak pulang mungkin aku akan menjadi gelandangan di jalan.” Sasa memasang wajah kasihan.
Asmi segera menarik Sasa masuk, malam ini udara sangat dingin, sudah tidak begitu pengap seperti siang tadi, Asmi merasa akan ada hujan badai yang datang. Dia sangat sensitif terhadap perubahan cuaca, dari aroma angin yang berhembus dia merasakan aroma lembab.
Dia naik dengan pelan, Asmi tahu paman dan bibi yang tinggal di lantai atas selalu tidur lebih awal, sehingga dia melangkah dengan langkah yang sangat pelan, juga tidak bicara dengan Sasa.
Sasa melihat tingkah Asmi merasa sangat lucu, mengendap-endap seperti ada misi rahasia saja.
“Hahahaha.” Sasa tertawa dengan senang, Asmi segera membekap mulutnya “Ssstt.” Asmi memberi isyarat jangan bersuara pada Sasa, Sasa merasa lucu namun tidak berani tertawa.
Ia membuka pintu dan ikut masuk bersama Asmi, dalam rumah sekejap menjadi terang, Sasa dibekap oleh Asmi sampai hampir tidak bisa bernafas. Dia bertanya pada Asmi dengan wajah memerah : "Asmi, kamu kemana hari ini? Cepat katakan dengan jujur dan juga pria tampan yang mengantarmu tadi itu siapa, itu tidak terlihat seperti mobil Fredo." Sasa sudah menahan sepanjang jalan, sekarang dia sudah tidak sabar ingin mendapatkan jawaban.
“Pria tampan?” Asmi tertawa lirih “Kamu tahu darimana itu pria tampan?” Asmi membenahi tas yang berisi makanan dari Rani.
“Begitu banyak makanan enak, oh, masih ada yang import pula, Asmi, sebaiknya kamu segera katakan dengan jujur, apakah dia pria tampan yang bernama Joe?” Sasa mulai mencari makanan dari dalam tas seperti orang yang kelaparan.
“Joe?” Bola mata Asmi yang hitam berputar dengan cepat “Dasar gadis ini ya, ternyata kamu menyuruh Tanu memata-mataiku di dalam kantor.” Asmi langsung menggelitiki ketiak Sasa, dia tahu itu adalah titik kelemahan Sasa.
“Kelihatannya benar-benar sudah tertebak olehku, coba kamu ceritakan padaku, yang namanya Joe itu seperti apa orangnya.” Kalau Sasa merasa curiga, maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya, awalnya Asmi tidak memperdulikannya. Namun Sasa tetap tidak melepaskannya “Asmi, ceritakanlah padaku? Aku melihat mobil yang dia gunakan lumayan bagus, pasti sangat kaya, malam ini kalian beromantis ria kemana?” Sasa duduk disana bertanya dengan penasaran.
Asmi sungguh dibuat tidak berdaya oleh daya imajinasinya yang diluar akal manusia normal “Sasa, dimatamu hanya ada pria tampan ya, bagaimana kalau kuperkenalkan satu untukmu.” Asmi paling suka menggoda Sasa, begitu mereka bersama maka topik pembicaraan mereka tidak akan ada habisnya.
“Sudahlah, Asmi, aku punya sebuah pertanyaan serius untukmu? Yakin kamu berpindah haluan dari Fredo ?” Sasa merasa tidak masuk akal, Asmi susah payah bersikeras selama 10 tahun baru bisa mendekat Fredo, bagaimana mungkin dia bisa pulang dengan pria lain?
“Sasa, kamu berpikiran terlalu jauh, yang tadi mengantarku pulang bukan pria muda, melainkan seorang pak tua, kamu juga tidak melihat yang jelas dulu.” Asmi menertawakan Sasa yang tidak melihat dengan jelas, siapa yang menyangka malah membuat Sasa semakin salah paham.
“Pak tua?” Sasa terkejut sampai kedua bola matanya membelalak besar, dia menatap Asmi dengan tatapan tidak masuk akal “Asmi, seleramu apa tidak terlalu berat, perubahanmu ini terlalu cepat.” Sasa mengira cinta Asmi terhadap Fredo tidak membuahkan hasil, sehingga dengan putus asa memilih untuk menyukai seorang pak tua yang kaya raya.
“Sasa ?” Asmi kesal sampai hampir mengebul, bagaimana dia bisa memiliki teman yang memiliki imajinasi setinggi ini, kalau bukan karena sekarang sudah jam 11 malam, rasanya dia ingin sekali mendorong Sasa keluar dari rumahnya.
Asmi bertolak pinggang “Sasa, apakah kamu benar teman baikku, apakah kamu begitu mengharapkan gadis secantik diriku ini bernasib buruk ya?” Asmi malas meladeni Sasa.
Sasa masih berada disana memakan makanan yang dibawa pulang oleh Asmi “Apa masalahnya, bukankah sekarang sedang trend? Sekarang sedang ngetrend om yang menyukai Lolita, tapi kamu masih belum sampai tahan Lolita, kamu lihat saja, Yang Chen-Ning dan Weng Fan bukankah mereka adalah bukti nyata yang hidup?” Kemampuan bicara Sasa sangatlah hebat.
Asmi memutuskan untuk tidak menutupinya dari Sasa lagi, dia adalah teman terbaiknya, dia tahu kalau Sasa pasti akan mendukungnya “Om-om kepalamu, Lolita apaan, ada yang ingin kuberitahukan padamu.” Asmi berkata pada Sasa dengan wajah yang serius, membuat Sasa sedikit terkejut, biasanya mereka beradu argumen, Asmi mendadak serius, ini malah membuatnya panik seketika.
Jangan-jangan dia benar-benar jatuh cinta pada orang lain, bahkan orang yang sudah berumur? Ini merupakan hal pertama yang terlintas dalam pikiran Sasa.
Asmi duduk di sofa, kejadian malam ini sudah membuatnya kehabisan tenaga, setelah pulang masih harus menjelaskannya pada Sasa, hari ini dirinya sungguh sial.
Mulut Sasa mengunyah makanan, tangannya masih memegang makanan enak, Asmi sungguh tidak tahu dimana masalah Sasa, kenapa bisa begitu lapar, apakah dia juga sama seperti dirinya?
Asmi menggeleng, kenapa dia malah ketularan Sasa, suka berpikir sembarangan, ini sama sekali tidak seperti dirinya. Dia menenangkan diri “Sasa, aku sudah menemukan orangtua kandungku.” Nada bicara Asmi begitu tenang dan dia tahu bagi Sasa akan seperti badai yang menerpa.
Kentang goreng yang dimasukkan Sasa masih belum masuk semua, langsung terhenti ditengah, matanya memang sudah besar, sekarang menjadi lebih bulat daripada telur, Asmi tahu Sasa pasti sangat terkejut.
Iya benar, setiap orang yang benar-benar memperhatikannya, asalkan mendengar berita kalau dia sudah menemukan orangtua kandungnya pasti akan terkejut untuk waktu yang tidak singkat, sudah 25 tahun, akhirnya menemukan orangtua kandungnya merupakan hal yang sangat sulit.
”Benarkah? Asmi, apa yang kamu katakan benar?” Akhirnya kentang goreng itu masuk sepenuhnya kedalam mulut Sasa, dia masih tidak percaya ini benar terjadi. Bulu matanya yang panjang mengerjap, berusaha keras untuk percaya apa yang baru saja Asmi katakan.
“Tentu saja benar, aku tadi pulang naik mobil mereka.” Asmi berniat tidak melanjutkannya, karena kalau diteruskan akan menyambung ke Fredo. Ini merupakan hal yang paling tidak ingin dia ceritakan.
“Bagus sekali.” Sasa langsung memeluk Asmi, bahkan airmata sampai mengalir dari matanya, akhirnya teman baiknya bisa terbebas dari penderitaan, bisa menemukan orangtua kanding merupakan sebuah hal yang sangat menggembirakan.
“Apakah orangtua kandungmu baik-baik saja?” Sasa melihat Asmi yang begitu tenang, sepertinya sudah tahu cukup lama. Hanya saja kalau baru menceritakan padanya sekarang pasti ada masalah didalamnya.
“Semua baik-baik saja, kalau aku katakan mungkin kamu tidak akan percaya, ayahku adalah Direktur Marini Group Teto Fajar.” Asmi mengatakannya dengan jelas kata per kata, dia tidak menyangka dirinya bisa begitu tenang.
“Kamu bilang Direktur Marini Group, itu artinya dia juga ayah dari Fredo, bagaimana mungkin?” Sasa terkejut hingga bangkit berdiri, dia sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar oleh telinganya. Ini benar-benar sebuah bom baginya.
“Sasa, apa yang kukatakan padamu adalah benar. Ini juga alasan kenapa selama ini aku tidak memberitahumu. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini.” Dibalik Asmi yang tenang ada kesedihan, benar, tidak akan ada yang tahu kalau dia dan Fredo sama sekali tidak ada hubungan darah sedikitpun.
Sudahlah, ini semua sudah tidak penting, karena dalam hati Asmi sudah memutuskan, mungkin dengan segera, dia akan menjauh dari semuanya, mungkin kepergiannya merupakan ending yang terbaik, seolah dia tidak pernah masuk ke dalam keluarga itu. Semua bisa kembali menjadi begitu harmonis.
Hanya kepergiannya yang bisa mengembalikan ketenangan rumah itu “Asmi, lalu bagaimana denganmu?” Sasa langsung memeluk Asmi, dia sangat sedih melihat apa yang dihadapi Asmi, sungguh tidak disangka Fredo yang diam-diam dicintai Asmi bertahun-tahun adalah keluarganya sendiri.
“Sudahlah, Sasa, bukankah kamu yang mengatakan padaku? Jangan menggantungkan hidup pada satu orang, sekarang aku sudah tidak berharap sedikitpun pada Fredo, dia adalah kakakku, aku sudah tahu apa yan harus kulakukan nantinya.” Asmi tidak memberitahu Sasa kenyataan Fredo bukan putra kandung Teto, dia tahu kalau sampai Sasa tahu, maka dia pasti akan mencari Fredo.
Dia tidak berharap menjadi seperti itu, dia sudah memutuskan untuk membiarkan hidup Fredo kembali tenang, dia memilih menghilang dari hadapan Fredo selamanya.
“Asmi, apa yang kamu rencanakan untuk berikutnya? Tetap menjadi sekretaris Fredo ? Atau punya rencana lain?” Sasa melihat Asmi jauh lebih tenang dari sebelumnya, Asmi memang orang yang sangat tenang, namun hari ini, dia merasa Asmi sedikit berbeda.
Ini membuatnya sangat khawatir, kalau seseorang memiliki masalah, melepaskannya dengan tangisan merupakan cara terbaik, namun kalau seseorang hanya memendamnya dalam hati, pasti akan membuat tubuhnya rusak karena terlalu banyak memendam perasaan. Itu membuatnya mengkhawatirkan Asmi.
“Sasa, tidak perlu mengkhawatirkanku, aku ini siapa, ketika menjadi Lin Wudi bukankah juga kulalui begitu saja?” Asmi menahan diri agar airmatanya tidak jatuh, hari-hari ketika dia menjadi Lin Wudi merupakan masa yang paling indah.
“Asmi.” Sasa memeluk Asmi lebih erat lagi, dia bisa merasakan tubuh Asmi yang bergetar “Tidak peduli apapun yang kamu lakukan, aku akan tetap mendukungmu, kalau sudah tidak sanggup, kamu bisa mencariku kapan saja. Ingatlah kalau kita adalah sahabat terbaik seumur hidup.” Sasa tidak tahu bagaimana hari Asmi berikutnya.
Namun posisi Fredo dalam hati Asmi selamanya tidak akan bisa terhapuskan, satu ayah lain ibu, cerita ini pernah ditonton dalam serial drama, namun dalam kehidupan nyata malah terjadi pada teman terbaiknya. Sasa sungguh merasa takdir itu pintar sekali mengerjai orang.
Kenapa semua hal yang buruk harus selalu menimpa teman baiknya? Sasa sungguh merasa tidak adil untuk Asmi.
“Sasa, sudahlah, aku tidak apa, coba katakan kenapa kamu datang kerumahku selarut ini.” Asmi sekarang baru teringat pada masalah Sasa. Dia melihat Sasa terlihat agak kelaparan dan kelelahan.
“Jangan membicarakannya lagi, aku lembur sampai sekarang, ingin pulang juga sudah terlalu malam, ditambah tidak ada kendaraan, sehingga aku datang kemari, tenang saja, aku sudah menelepon ayahku, aku memberitahunya kalau aku kesini dia baru merasa tenang.” Sasa langsung merasa senang, perubahan ekspresinya sungguh sangat cepat, baru saja dia tenggelam dalam cerita Asmi sampai sulit menarik diri, sekarang sudah bisa tersenyum seperti itu.
“Asmi, menurutmu Joe dikantor kalian itu bagaimana? Bagaimana kalau kamu coba jalani saja.” begitu Sasa memikirkan apa ia akan langsung mengutarakannya, hari ini dia mendengar Tanu mengatakan kalau Joe yang ada di perusahaan Asmi ingin mendekati Asmi.
Bahkan dia mendengar Tanu mengatakan kalau Joe ini sangat tampan, sangat hebat dalam bekerja, merupakan idaman para karyawati didalam perusahaan, hanya saja dia sama sekali tidak tertarik dengan satupun karyawati disana.
Sejak kembali dari Korea, Joe sering sekali mencari alasan untuk berbicara dengan Asmi, bahkan semakin sering pergi menemui presdir.
Namun kalau Asmi cukup cocok dengan Joe, Sasa pribadi juga bisa kecipratan sedikit. Tiba-tiba Asmi menepuk kepalanya “Jangan dibayangkan lagi, sembarangan menjodohkan, aku dan dai tidak mungkin.”
Novel Terkait
Adore You
ElinaGue Jadi Kaya
Faya SaitamaHidden Son-in-Law
Andy LeeCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoHabis Cerai Nikah Lagi
GibranI'm Rich Man
HartantoKisah Si Dewa Perang
Daron JayAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya