Asisten Wanita Ndeso - Bab 29 Asap Bertebaran

Sejak Tanu mulai mendekati Fredo Fajar, dia bahkan merasa menyesal karena tidak mengenal Fredo sejak dulu, sehingga mereka berdua mulai menjadi sahabat yang paling dekat.

Tanu mengetahui kalau latar belakang keluarga Fredo sangat baik, namun dia juga tidak banyak berpikir, dikarenakan dia merasa latar belakang keluarga dirinya juga lumayan baik, apalagi dia hanya ingin berteman dengan Fredo, hubungan pertemanan tidak perlu mempedulikan masalah ini.

Setelah lama berinteraksi dengan Fredo, Tanu baru menyadari kalau Fredo hanya sekedar dingin dalam sisi luarnya saja, mungkin dikarenakan pengaruh keluarganya, ibu kandung Fredo telah meninggal dunia sejak Fredo masih bayi, mungkin karena tidak ada ibu yang menemani dirinya sejak kecil, sehingga sifat Fredo cenderung dingin.

Pada saat itu ayah Fredo fokus kesibukan karir dan jarang perhatian kepada Fredo, di rumah hanya ada suster yang menemani Fredo, sehingga Fredo juga jarang berbicara. Sebenarnya sifat asli Fredo sangat baik, hanya saja lebih mempedulikan kemenangan.

Tanu mulai berteman dengan Fredo sejak saat itu, setelah mengenal dengan Fredo, dia merasa bahwa Fredo adalah orang yang enak berteman, kadang kalanya dia akan ikut Fredo pulang dan main di rumahnya.

Rumah Fredo sangat besar, ayahnya juga jarang pulang ke rumah, kadang kalanya dia berkesempatan untuk bertemu dengan ayah Fredo, ayah Fredo adalah orang yang sangat ramah tamah, tidak ada kesan angkuh bagaikan bos besar biasanya, dan juga akan melayani Tanu dengan senang hati.

Fredo mulai mengurangi sifat dingin berkat pengaruh dari Tanu, dia mulai menjadi ceria, senyuman di wajahnya juga semakin banyak, Fredo mulai bergaul dengan teman-teman lainnya dan coba untuk mengikutsertakan dalam berbagai jenis acara.

Pada saat ini, Tanu sedang bersiap-siap untuk mengajak Sasa jalan-jalan di taman main, dia sedikit tidak senang setelah menerima telepon dari Fredo, Fredo selalu menelepon dirinya apabila sedang kepikiran, Tanu sangat berharap Fredo dapat menikahi Anisa dengan secepat mungkin, dengan begini dirinya tidak perlu diganggu oleh Fredo pada setiap harinya lagi.

Tanu tetap saja membereskan barangnya dengan buru-buru, dia sangat mengerti dengan cara kerja Fredo, seandainya tidak ada urusan penting dan mendadak, dia tidak akan menyuruh Tanu ke kantor pada hari sabtu.

Dalam hati Tanu terus merenung, jangan-jangan masalah rapat internasional di Korea pada lusa ? Tanu sebagai manajer umum di Marini Grup tentu saja sangat memahami perencanaan Fredo, hanya saja siapa yang akan ikut hadir bersama Fredo ?

Tanu merasa tidak mungkin kalau dirinya, dikarenakan perusahaan tetap saja membutuhkan seorang pemimpin, hanya saja, siapakah yang dapat menjalankan tugas tersebut ? Apakah Asmi ?

Tanu merasa Fredo selalu berkesan negatif terhadap Asmi, ditambah lagi cara berpakaian Asmi pada hari biasanya, Fredo yang sangat mementingkan selera mana mungkin membawa Asmi dalam menghadiri acara ini ?

Akan tetapi, Tanu tetap menganggap Asmi adalah pilihan yang terbaik, diantara beberapa asisten Fredo, meskipun ada yang tamatan dari universitas ternama dan bahkan ada yang tamatan dari luar negeri, namun tetap saja tidak ada yang dapat mengalahkan Asmi dalam segi kinerja profesional .

Tanu merasa Asmi adalah jenius dalam dunia bisnis, Asmi sangat berbakat dalam manajemen bisnis, bagaikan melukis harus memerlukan bakat, manajemen bisnis juga memerlukan bakat, Tanu selalu berpikir demikian.

Tentu saja Fredo juga jenius dalam dunia bisnis, dan juga CEO, meskipun CEO jarang muncul lagi di perusahaan, namun Tanu pernah menyaksikan kemampuannya yang luar biasa.

Dengarnya pada saat itu CEO membangunkan bisnis ini hanya dengan modal dua puluh juta, dia memanfaatkan dua puluh juta untuk mengembangkan aplikasi pertama, sejak saat itu dia telah memiliki kedudukan tidak tergoyahkan dalam segi teknologi informasi.

Mungkin inilah yang dikatakan sebagai bakat, dapat juga dikatakan sebagai keberanian, Teto dan Fredo sama-sama memiliki keberanian seperti ini.

Mobil Audi A6 berwarna hitam milik Tanu perlahan-lahan berkendara masuk ke dalam tempat parkir perusahaan, dia menyadari ternyata mobil balap Fredo telah parkir di tempat khususnya, Tanu menggeleng kepala sendiri, tidak mengerti mengapa Fredo perlu datang pada waktu seperti ini.

Tanu mengetahui kebiasaan Fredo, kinerja kerja Fredo sangat efektif dan tidak pernah menunggak pekerjaan, Fredo pastinya akan menyelesaikan pekerjaan pada hari itu juga, inilah kebiasaan Fredo sejak saat kuliah.

Sejak Tanu mulai bekerja di perusahaan ini, dia jarang masuk ke kantor pada akhir pekan, dia hanya pernah datang beberapa kali saja, saat ini Tanu merasa kebingungan. Dia memarkir mobilnya terlebih dahulu, hari ini banyak tempat parkir yang kosong, sehingga dia dapat memarkir dengan cepat, setelah turun dari mobil, dia merapikan jas di badannya.

Tanu juga sangat mementingkan penampilan, dia selalu memperlihatkan sisi terbaik kepada orang lain, Tanu selalu muncul di kantor dengan penampilan rapi dan sopan, sepatu kulitnya tidak akan berdebu sama sekali.

Tanu berjalan cepat ke dalam lift khusus CEO, setelah menanti beberapa detik, pintu lift yang mewah telah terbuka. Tanu mencium bau yang aneh di dalam lift, dia sangat sensitif terhadap bau, meskipun dia tidak dapat menjelaskan bau ini, namun rasanya tetap saja sangat aneh.

Tanu tetap saja beranjak masuk, dia selalu naik dengan lift ini, dikarenakan dirinya sebagai manajer umum perusahaan dan juga sebagai teman dekat Fredo, ditambah lagi dia tidak ingin saling menyempit dengan karyawan lainnya, Tanu merasa lift khusus karyawan selalu menyesakkan.

Setelah Tanu masuk ke dalam lift, dia baru menyadari bahwa ada dua piring tanaman hijau yang terletak di dalam lift, Tanu sangat kaget dan penasaran, dengan waktu seperti ini, siapakah yang akan letak barang ini ke dalam lift ?

Lift ini hanya dipakai oleh dirinya dan Fredo, kadang kalanya Anisa juga akan naik lift ini, namun Tanu tidak akan percaya bahwa Anisa yang meletakkan tanaman seperti ini di dalam lift.

Apabila tanaman yang berada di dalam lift adalah sejenis bunga mawar atau lily, Tanu bisa saja percaya bahwa Anisa yang meletakkannya, namun tanaman di dalam adalah kaktus dan dill hijau yang tidak menonjol, sehingga dia sangat yakin bahwa bukan Anisa yang meletakkannya.

Tanu merasa hari ini memang aneh sekali, bahkan lift juga begitu berbeda dari biasanya, siapa yang berulah di dalam lift ? Bahkan baunya juga menyengat sekali.

Tanu merasa dirinya hampir sesak nafas, dia menutup hidung sendiri dan tidak ingin mencium bau ini lagi, untung saja dari lantai satu menuju lantai tujuh puluh tujuh hanya memerlukan waktu satu menit, sebentar lagi sudah akan sampai.

Tanu yang baru saja keluar dari lift sudah langsung melihat bayangan Asmi, saat ini Asmi sedang membantalkan kepala pada permukaan meja, Tanu merasa sangat kaget, namun hatinya tetap saja merasa senang, dia sangat suka melihat Asmi, asalkan Asmi duduk di meja kerja, Tanu merasa tubuhnya menjadi sangat bersemangat.

“Hai, Asmi, kamu hari ini juga lembur ya ?” Tanu menyapa dengan ramah, dia pernah kagum dengan suara Asmi, namun akhirnya setelah menyadari bahwa Fredo juga tertarik dengan Asmi, dia memilih untuk mundur secara inisiatif.

Namun dengan pengawasan Tanu pada beberapa waktu ini, dia merasa perasaan Fredo terhadap Asmi sangat spesial, sebagai teman baik Fredo, Tanu bahkan juga kebingungan, dia tidak mengerti bagaimana pemikiran Fredo .

“Bos di dalam ya ?” Tanu bertanya, setelah itu dia melihat Asmi mengangguk dengan lemas, tandanya telah menjawabnya.

Tanu menyadari kalau reaksi wajah Asmi sangat pucat, bahkan tidak ada jejak kemerahan, sehingga dia buru-buru bertanya Asmi :”Asmi, kamu tidak masalah kan, kenapa wajahmu begitu pucat, kamu sakit ya ?”

Tanu mengulur tangan dan ingin menempel di atas dahi Asmi, Asmi langsung mundur untuk menghindarinya, “Manajer Tanu, aku tidak masalah.” Asmi sangat mengerti dengan aturan perusahaan, pria dan wanita harus memperhatikan jarak apabila di dalam kantor, dilarang melakukan tindakan yang terlalu dekat maupun mesra di dalam kantor.

Asmi ingat bahwa seluruh sisi ruangan telah dipasang kamera pengawas, apabila tidak terjadi masalah, pada biasanya tidak akan ada yang memperhatikan kamera pengawas tersebut, namun apabila terjadi sesuatu, pimpinan perusahaan akan memeriksa rekaman kamera pengawas.

Asmi tidak ingin diserang oleh para wanita cantik di perusahaan, dia hanya menginginkan hidup yang tenang tenteram.

“Tidak masalah, Manajer Tanu, aku hanya terlalu buru-buru makan sarapan pagi, mungkin masih sedikit mual.” Asmi buru-buru mencari alasan sendiri. Namun Asmi juga tidak mengetahui mengapa dirinya bisa muntah pada hari ini.

“Baguslah kalau tidak masalah, nanti aku bilang saja sama bos, kamu tidak perlu sibuk lagi di sini, pulang saja dulu, setelah pulang cepat membeli obat,” Tanu melirik Asmi dengan tatapan perhatian, lalu menggeleng kepala sambil mendorong pintu kayu yang besar.

Di dalam ruangan, asap bertebaran, Tanu batuk sekilas, “Bos, kamu datang ke kantor hanya untuk merokok ya ?” Tanu buru-buru membuka seluruh jendela di ruangan, seluruh ruangan telah terpenuhi dengan asap rokok, Tanu melirik pada asbak rokok di meja yang penuh dengan puntung rokok.

Sepertinya Fredo telah selesai menghabiskan beberapa batang rokok, Tanu mengerutkan alis, dia mengetahui bahwa Fredo biasanya jarang merokok, Fredo hanya akan merokok apabila suasana hatinya tidak baik.

“Bos, kamu ada masalah ya ?” Tanu duduk di kursi hadapan Fredo, lalu mengangkat kakinya.

Tanu menatap Fredo dengan tatapan santai, jari tangan Fredo masih menjepit sebatang rokok, dia sedang membuang asap rokok dari mulutnya, asap yang besar dan kecil perlahan-lahan melayang, lalu memudar melalui hembusan angin.

“Tidak boleh memanggilmu ya kalau tidak bermasalah ?” Wajah Fredo tidak berekspresi apapun, reaksi wajahnya tidak ada perubahan apapun sejak Tanu masuk ke dalam ruangannya, Tanu sudah terbiasa dengan sifat dingin Fredo sejak saat kuliah, sehingga tidak merasa heran lagi.

“Bos, seharusnya aku hari ini tidak bekerja, buat apa datang ke sini ? Jangan-jangan datang menyaksikan bagaimana cara kamu merokok ya ? Aku tidak ada selera seperti itu, lagi pula, meskipun kamu mengisap rokok yang mahal, aku tetap saja jadi perokok pasif, kamu tidak tahu ya, perokok pasif jauh lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif.” Tanu berkata dengan reaksi tegas.

Tanu paling benci dengan merokok, dia tidak pernah merokok, sehingga akan merasa tidak nyaman apabila mencium asap rokok, dia benar-benar tidak mengerti, mengapa semua orang telah mengetahui bahwa merokok membahayakan kesehatan, namun tetap saja mau merokok.

Tanu benci dengan merokok, sehingga dia selalu usahakan jangan ada yang merokok di dalam kantor, dalam ruangan kerjanya, tidak akan pernah tercium bau rokok.

Banyak orang mengatakan kalau bau tembakau jarang bisa dirasakan oleh orang biasanya, sehingga orang kaya yang berkedudukan mulai mengisap rokok cerutu, Tanu tidak pernah menghargai rokok cerutu, dia selalu merasa tidak patut dicontohkan, dia merasa tindakan tersebut sama sekali tidak berkelas apapun.

Apalagi untuk tempat hiburan, Tanu sama sekali tidak ingin pergi ke tempat seperti ini, pada saat ini, dia masih sanggup menerima masalah minum bir, namun dia tetap tidak sanggup menerima masalah merokok, akan tetapi biasanya tujuan menghadiri tempat hiburan adalah untuk membahas perjanjian kerja maupun melayani pejabat negeri, mana mungkin melarang mereka yang ingin merokok ?

Oleh sebab itu, setiap kali setelah Tanu kembali dari tempat hiburan seperti ini, dia akan mengganti seluruh pakaian di tubuhnya, Tanu sangat tidak nyaman dengan bau perpaduan antara alkohol dan rokok, dia bahkan merasa bau ini adalah bau yang paling menjijikkan dalam dunia ini.

“Bos.” Tanu melihat tatapan Fredo yang cenderung tidak berdaya dan bimbang, mereka tidak akan menyembunyikan pemikiran masing-masing saat bersama.

“Kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari aku ya ?” Tanu ingin membantu Fredo, namun jelasnya waktu dekat ini Fredo sedang bermasalah.

Rokok di tangan Fredo sudah hampir padam, Fredo jentik sedikit abu rokoknya dengan gerakan lincah, lalu memadamkan rokok ke dalam asbaknya.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu