Asisten Wanita Ndeso - Bab 30 Pacar Baru
“Aku tidak masalah.” Fredo Fajar melirik sekilas ke arah Tanu dan tersenyum, hanya saat bersama Tanu yang sebagai sahabat terbaiknya, Fredo baru bisa melontarkan senyuman riang dan menjadi dirinya yang sebenarnya.
Namun sahabat terbaiknya ini malah terjerumus ke dalam godaan Asmi, Fredo memberitahukan Tanu bagaimana kepribadian Asmi yang sebenarnya, dia ingin Tanu melihat dengan jelas bagaimana sifat asli Asmi .
“Bahkan jawaban juga sama, kebiasaan bawahan lebih kurang akan terpengaruh oleh atasannya sendiri.” Tanu berbisik dengan ringan, jawaban Fredo pada saat ini sama persis dengan Asmi pada barusan.
“Apanya jawaban yang sama. Tanu, kamu keras bicaranya, di sini tidak ada orang luar, kamu tidak perlu berlagak sopan lagi.” Fredo memundurkan kursi ke belakang, lalu meletakkan kakinya ke atas meja, rasa melantarkan aturan disiplin ternyata begitu memuaskan.
“Kata-kata kamu pada barusan yang sama persis, aku tanya kamu kenapa, kamu bilang tidak masalah, sementara aku sudah mendengar jawaban ini sebelum masuk ke ruanganmu.” Tanu malah ingin tertawa setelah melihat gerakan Fredo .
Seandainya dia bukan teman baik Fredo, dia tidak bisa membayangkan seorang CEO Marini Grup akan meletakkan kaki sendiri di atas meja kerja.
“Oh ya ? Kamu dengar dari siapa, jangan-jangan kamu ada pacar baru ya.” Fredo menyindir Tanu, dia mengetahui bahwa Tanu masih berstatus lajang, Tanu tergolong dalam daftar lima besar pria lajang yang berkualitas pada kota ini, Fredo juga mengetahui bahwa dirinya telah menduduki peringkat pertama dalam daftar tersebut.
Fredo tidak tahu bagaimana pandangan Tanu terhadap Asmi pada saat ini, Tanu nantinya juga akan tahu bagaimana kepribadian Asmi, tujuan Fredo hari ini adalah membuat Tanu melihat dengan jelas sifat asli Asmi, agar Tanu rela menyerahkan wanita ini.
Pada kenyataannya, Tanu telah menyerah sejak sebelumnya, setelah dia mengetahui bahwa Asmi adalah orang yang berbaik hati dan berbakat, dia perlahan-lahan melepaskan tangannya, apalagi ketika mengetahui dari Sasa bahwa Asmi bertingkah demikian dikarenakan ingin menanti seseorang, Tanu telah menyerah secara total.
Tanu mengetahui bahwa Asmi tidak akan menyukai orang lain lagi, sejak mendengar suara Asmi yang bersih dan jernih, dia telah mengetahui bahwa Asmi tidak akan menerima orang lain lagi, Asmi bahkan bisa mempertahankan bentuk rambut dan kebiasaan aslinya hanya demi orang yang bertemu sekali saja, sepertinya tidak akan ada yang bisa menginjak ke dalam hatinya yang indah lagi.
Tanu tidak pernah menceritakan semua ini kepada Fredo, dikarenakan dia pernah bersumpah pada Sasa, menyatakan bahwa dia tidak akan memberitahukan semua ini kepada Fredo .
Pernah beberapa kalinya, Tanu ingin memberitahukan kepada Fredo, namun akhirnya dia menelan kembali kata-katanya, sebagai seorang pria sejati, bagaimanapun dia tetap harus menepati janji.
“Bukanlah, bos, aku barusan masuk lihat adik Asmi masih duduk di sana, aku merasa penasaran makanya bertanya, tetapi kelihatannya dia sedikit tidak enak badan, makanya perhatian.”Tanu masih belum menyelesaikan pembicaraannya, sudah langsung dipotong oleh Fredo .
“Jangan hanya menilai dari penampilan, dia pasti menjawab ‘aku tidak masalah’ kan.” Fredo menampakkan ekspresi serius, tepat sekali sesuai dugaannya, wanita ini selalu memperlihatkan tampang kasihan terhadap setiap lelaki, saat ini dalam hati Fredo ada api yang sedang membakar.
Tanu menuang segelas air dan berkata, “Kamu tahu dari mana, aku lihat wajahnya memang pucat sekali, kamu memerintahkan banyak pekerjaan ya, lihatlah dia bahkan harus lembur di hari sabtu.” Tanu duduk kembali ke tempatnya, dia terus memperhatikan gerak-gerik Fredo, berharap untuk mendapatkan jawaban dari Fredo .
Akan tetapi, wajah Fredo tetap hanya satu ekspresi saja, yaitu tidak berekspresi apapun, dia selalu memperlihatkan ekspresi serius, tidak tahu juga apa maksudnya. Tanu juga tidak berdaya, bagaimanapun Fredo adalah atasannya, dirinya hanya bisa menuruti saja.
“Dia sendiri yang tidak menuntaskan pekerjaannya, aku tidak memerintahkan dia untuk lembur, kamu tahu juga cara kerjaku.” Fredo mengangkat alisnya, saat ini dia mulai kepikiran kejadian saat dia tiba di kantor, kejadian Asmi yang muntah di dalam lift CEO pada barusan.
Saat itu Fredo hanya buru-buru menghindari keadaan, dia bahkan tidak bertanya bagaimana keadaan Asmi, jadi sekarang wajahnya pucat karena tidak enak badan ?
Hati Fredo merasa sedikit sedih, sedih karena tindakannya yang melarikan diri pada barusan, namun setelah balik berpikir, dia tidak perlu bersedih hati, Asmi adalah adiknya sendiri, adik yang kembali untuk merebut harta keluarga, sehingga dia tidak perlu menaruh harapan padanya.
“Tetapi reaksinya wajahnya sangat pucat sekali. Mungkin juga karena sakit, mendingan suruh dia pulang istirahat saja.” Tanu tidak tega melihat Asmi yang terus lembur di sini lagi, sehingga dia menganjurkan untuk menyuruh Asmi kembali istirahat.
“Tidak boleh, bukan aku yang suruh dia datang, setelah aku ke kantor, baru menyadari rupanya dia juga datang, pasti karena pekerjaannya belum tuntas, makanya datang untuk menyelesaikan, kita abaikan saja, dia akan pulang sendiri kalau merasa tidak enak badan.” Fredo merasa sedikit emosi apabila melihat Tanu yang terus mengkhawatirkan Asmi .
Fredo tidak ingin melihat lelaki lainnya perhatian terhadap Asmi, hanya dirinya saja yang boleh perhatian terhadap Asmi, namun saat ini dirinya juga tidak ingin mempedulikan Asmi lagi.
“Baiklah kalau begitu, kamu suruh aku ke sini ada keperluan apa ?” Tanu bertanya pada Fredo, inilah tujuan kedatangannya.
“Ada lagi, aku sekalian memanggil pimpinan departemen pemeliharaan ya, lift kamu sepertinya ada bau aneh, terus tidak tahu juga siapa yang meletakkan bunga di dalam lift kamu.” Tanu melontarkan pertanyaan yang berada di dalam hatinya, setelah itu dia melihat reaksi wajah Fredo yang berubah tidak pasti.
“Siapa lagi, semua ini ulah dari Asmi .” Fredo langsung melontarkan kenyataan yang terjadi, suaranya terkesan ganas, setelah selesai berbicara, dia baru menyadari bahwa emosional dirinya sepertinya hilang kendali.
“Maksudmu Asmi ya ? Bunga dari dia ? Pantas saja bunganya begitu tidak asing ? Tetapi kenapa dia mau meletakkan bunga ke dalam lift CEO ? Dia tahu kodenya ya ? Kamu yang memberitahukan kodenya ya ?” Banyak pertanyaan meragukan yang berada di dalam benak hati Tanu, jangan-jangan Fredo telah bermaksud untuk menerima Asmi ?
“Sudahlah, kamu jangan begitu banyak pertanyaan, Tanu, kamu punya ribuan pertanyaan ya ? Aku sekarang tidak mau berbicara, kamu jangan bertanya lagi.” Akhirnya Fredo hanya bisa memejamkan matanya, bermaksud untuk mengabaikan Tanu .
“Sudahlah kalau tidak mau bilang, aku juga tidak mau banyak berurusan.” Tanu berbisik dengan suara ringan dan membongkar ponsel sendiri, dia ingin mengirim pesan kepada Sasa, dan meminta Sasa menunggunya sebentar lagi.
Wajah Tanu penuh dengan aura musim semi, kebetulan berlawanan dengan Fredo yang sedang emosi pada saat ini, reaksi wajah Fredo bagaikan es batu yang membeku.
“Sasa, aku sekarang ada keperluan kantor, teman baikmu Asmi juga ada di sini, tetapi sepertinya dia sangat tidak enak badan, kamu coba tanya kabarnya.” Tanu mengirimkan pesan dengan wajah penuh kepuasan.
Tanu mengangkat kepala dan menatap Fredo, Fredo tetap saja bergaya seperti biasa, dia memejamkan mata sendiri dan kelihatannya sangat hening dan tenang, akan tetapi Tanu telah lama berteman dengan Fredo, sehingga mengetahui apa yang sedang dipikirkan Fredo pada saat ini.
Seandainya Fredo telah memberitahukan kode lift kepada Asmi, tandanya dia tidak begitu benci lagi terhadap Asmi, namun mengapa Fredo selalu mengatakan keburukan Asmi pada belakangnya ?
Seandainya Fredo tidak menyukai kepribadian Asmi, kenapa tidak memecat dirinya saja ? Jangan-jangan hanya demi menjaga perasaan Anisa ? Tanu sedikit kebingungan dengan pemikiran Fredo .
Seandainya dikarenakan bakat Asmi, namun perusahaan besar seperti Marini Grup sangat mudah untuk mendapatkan asisten berbakat, kenapa mesti Asmi ?
Semakin dalam berpikir, Tanu menjadi semakin bingung, dia tidak akan bisa mengerti dan juga malas untuk mengurusnya, saat ini orang yang terpenting baginya adalah Sasa.
Apabila membahas tentang Sasa, Tanu sangat berterima kasih kepada Asmi, dikarenakan Asmi yang membawa Sasa ke depan hadapannya, dan juga karena Asmi telah mendukung dirinya untuk menaksir Sasa.
Pada awalnya, Tanu merasa Sasa hanya sekedar cantik saja, dikarenakan pulang dari luar negeri, sehingga sangat mudah bergaul, setelah lama berinteraksi, Tanu baru menyadari ternyata banyak kemiripan antara dirinya dan Sasa, mereka sama-sama suka berpakaian rapi dan berjalan-jalan, tentu saja Sasa berjalan-jalan dengan sepatu datar biasanya.
Dikarenakan pertimbangan terhadap tinggi badan Tanu, Sasa selalu memakai sepatu datar setiap bertemu dengan Tanu, tindakan ini membuat Tanu merasa sangat terharu dan merasa Sasa adalah gadis baik yang sangat menjaga perasaan orang lain,
Pada kenyataannya, Tanu juga bukan tipe pria yang sangat pendek, dengan tinggi badan seratus tujuh puluh empat sentimeter, sudah sangat standar bagi seorang pria pada umumnya, namun Sasa sangat tinggi, seandainya memakai sepatu bertumit lagi, tinggi badannya akan setara dengan Tanu .
Dengan alasan ini, Tanu semakin merasa Sasa adalah gadis yang baik, terus mengenai Asmi, seandainya tidak ada Asmi, dia tidak akan menyadari bahwa Sasa juga memiliki karakteristik yang persis seperti Asmi .
"Seandainya teman baikmu memiliki pertahanan tertentu, dan kamu dapat terus mendukungnya di belakangnya, tandanya kamu juga memiliki kekuatan dan ketabahan yang luar biasa."
Sasa akan berteman dengan Asmi, sama sekali tidak bermaksud untuk memanfaatkan Asmi dalam menonjolkan kecantikan dirinya, dikarenakan Sasa telah tersentuh dengan kesucian dan ketabahan Asmi, Tanu mengetahui semua ini setelah dia berinteraksi dengan Sasa.
Tanu menanti balasan Sasa dengan penuh kesabaran, dia tidak berani menelepon Sasa dalam ruangan kerja Fredo .
Fredo orangnya serba melibatkan, dikarenakan dia tidak menyukai Asmi, sehingga tentu saja tidak akan menyukai Sasa yang sebagai teman baik Asmi, dia merasa Sasa sangat manja, mana ada wanita dewasa yang masih segan mengenakan pakaian gadis kecil, pastinya juga seorang wanita yang bodoh.
Ponsel Tanu akhirnya berbunyi juga, setelah mengetahui pesan tersebut berasal dari Sasa, Tanu sangat semangat, Sasa memang memiliki hati yang telepati dengan dirinya, makanya juga membalasnya dengan pesan.
“Asmi kenapa ? Kamu coba perhatian lagi, harus membantuku menjaga Asmi, jangan membiarkan bosmu menyusahkan dirinya, mengerti ?” Dalam kalimat singkat ini semuanya berhubungan dengan Asmi, Tanu sangat kecewa sekali, akan tetapi tidak masalah, dengan begini membuat dirinya semakin yakin dengan kepribadian Sasa.
Tindakan Sasa yang begitu perhatian terhadap Asmi bukannya juga sama seperti dirinya ? Tanu merasa sedikit senang, dia merasa Sasa adalah gadis yang berbaik hati, dirinya pasti harus berhasil menaksir Sasa.
“Kamu senyum mesum apaan di sana ? Melihat sesuatu yang sifatnya dewasa.” Tanu hanya fokus membalas pesan, sama sekali tidak menyadari kalau Fredo telah membuka matanya.
Mata Fredo sangat indah, sudut matanya sedikit tertarik ke atas, yaitu sejenis bentuk mata phoenix yang sering kita katakan, alisnya sangat tebal, seluruhnya terkesan seperti pria tampan yang ideal, selain sifatnya yang terlalu emosional, Fredo sangat cocok sekali menjadi calon suami teladan.
“Aku sedang membalas pesan wanita cantik, kamu tidak pernah melakukan hal seperti ini kan, bos.” Nada bicara Tanu ada kesan mengejek dan juga kesan kagum.
Fredo tidak perlu merenungkan masalah mengirim pesan kepada wanita, seandainya dia mengirim pesan dan meminta seorang wanita langsung mendatanginya, wanita tersebut pastinya akan langsung terbang ke sisinya.
“Kalian pada ada ya .” Terdengar suara seorang wanita yang nyaring, Tanu merasa kulit kepalanya merinding total, wanita yang langsung terbang ke sisi Fredo telah datang kemari.
Tanu waktu dekat ini telah terbiasa dengan suara Sasa yang setengah rendah, sehingga saat ini dia merasa suara Anisa sangat tidak enak didengar, apalagi cara bicara Anisa yang terlalu berpura-pura, membuat orang yang mendengarnya menjadi merinding seketika.
Suara Anisa sangat genit, seluruh karyawan perusahaan juga mengetahui kenyataan tersebut, apalagi Tanu yang mengenalnya.
“Nona Anisa sudah datang ya.” Tanu buru-buru berdiri, dia selalu memperlihatkan sikap sopan dalam menghadapi Anisa, bagaimanapun Anisa adalah calon tunangan Fredo, meskipun mereka masih belum menikah, namun kenyataan ini tidak dapat digoyahkan.
Seandainya tidak terjadi kendala apapun, seharusnya mereka akan bertunangan pada akhir tahun ini, saat ini wajah Tanu penuh dengan senyuman, “Nona Anisa bukannya sedang nonton pertunjukan di Paris ya ? Pertunjukan fashion masih belum selesai lagi, kenapa malah pulang secepat ini ? Apakah tidak sanggup menahan rasa kangen ya ?” Tanu sangat dekat dengan Fredo, sehingga kadang kalanya juga akan ikut bercanda.
Tanu melihat Fredo tidak bereaksi apapun sejak tadi, sehingga sengaja bercanda untuk meredakan suasana.
“Manajer Tanu hebat berbicara ya, abang Fredo tidak mungkin bisa melontarkan kata-kata yang begitu menyenangkan.” Kata-kata barusan membuat Anisa sangat senang, “Aku memang kangen sekali sama bosmu, makanya cepat pulang.” Tangan Anisa sedang menjinjing berbagai kantung, lalu dia meletakkan kantung tersebut ke atas sofa ruangan Fredo dengan sembarangan, lalu langsung duduk di atas sofa.
“Kalian hari ini ada urusan penting ya, aku tidak mengganggu lagi kalau kalian ada urusan.” Anisa hari ini sangat menurut, jarang sekali Fredo dapat mengundang dia ke kantornya, sehingga Anisa sangat berusaha untuk memperlihatkan sisi yang terbaik.
Anisa juga sangat khawatir karena sifat Fredo yang terlalu datar terhadap dirinya, meskipun dirinya terlahir dalam keluarga berkedudukan dan juga memiliki banyak penggemar, namun dasar lubuk hatinya sudah sangat menyukai Fredo, Anisa merasa Fredo sangat tampan dan memiliki keberanian, hal yang paling penting adalah kekuasaan dan kedudukan keluarga Fredo yang jauh lebih besar dibanding keluarga Anisa.
Titik ini juga merupakan alasan penting bagi Anisa untuk setia terhadap Fredo, Anisa sudah nekat untuk menikah ke dalam keluarga Fredo, dan nekat untuk menjadi nyonya rumah keluarga Fredo yang satu-satunya.
Anisa pernah mendengar bahwa Fredo adalah anak tunggal keluarga Fajar, seandainya dirinya dapat menikah dengan Fredo, pastinya juga akan menjadi nyonya rumah satu-satunya dalamkeluarga Fajar.
Meskipun dengarnya ayah Fredo telah menikah lagi dengan pacar pertamanya dalam waktu dekat ini, namun Anisa sudah menyelidiki informasinya, istri Teto tidak memiliki keturunan satupun.
Oleh sebab itu, Anisa melanjutkan mimpi indahnya dengan tenang, dia bermimpi untuk menjadi menantu keluarga mewah, dan menjadi istri dari CEO yang paling tampan ini, semua julukan ini sudah sanggup membuat semua wanita iri terhadap dirinya.
Novel Terkait
Cinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoBehind The Lie
Fiona LeeTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelPerjalanan Selingkuh
LindaLoving The Pain
AmardaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesMy Greget Husband
Dio ZhengAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya