Asisten Wanita Ndeso - Bab 6 Menyelamatkan
Keadaan darurat, Asmi tidak lupa menggenggam amplop, badan yang melemas berlari ke depan pintu.
Seperti menangkap jerami kehidupan yang terakhir, wajah Asmi memucat, menangkap lengan baju Fredo Fajar.
Tepat ketika Fredo Fajar mau menghempaskan tangan Asmi, malah kelihatan air mata di wajahnya lepas, wanita itu tidak bersedia? Tidak bersedia mengapa bisa di tempat semacam ini? Masih minum barang yang orang itu berikan ke dia, bahkan mengambil uang yang orang itu berikan ke dia? Apa mungkin bukan seperti yang dipikirkan olehnya? Bagaimana mungkin!
Mata Asmi yang ada di bawah kacamata berbingkai hitam sudah agak tidak bisa dibuka lagi, badan jadi melemas tak terkendali, tidak enak. Tapi, saat ketika Fredo menggenggam, tak disangka tiba-tiba jadi merasa agak membaik, bahkan agak mati rasa, kalau bukan karena menggigit bibir, bahkan bisa tidak tahan untuk merintih juga mungkin saja.
Fredo mengerutkan dahi, tangannya panas sekali.
Darto dari lantai berdiri, tidak menyangka, wanita yang kelihatannya lemah lembut ternyata masih memiliki tenaga yang sangat kuat, tapi…. “Siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu kemari!”
Pria itu jelas-jelas sudah mengatur dengan baik, beberapa waktu ini di ruang istirahat ini tidak akan ada orang yang datang mengganggu, meski dia agak tergesa-gesa lupa menutup pintu, juga tidak seharusnya muncul orang lain baru benar, Darto dari atas ke bawah menyoroti Fredo .
Pandangan mata Fredo langsung bersinar, pria itu memang tidak seharusnya datang ke sini, tapi… dia sudah sampai di sini, bukannya begitu?
“Keparat, apa kamu tahu siapa aku? Ini tempatku, masih tidak segera membiarkan wanita itu di sini, pergi sana!” Mata Darto memerah, pria itu demi bisa menyesuaikan acting, dirinya juga sudah meminum wine yang sama, tidak disangka ternyata saat ini ada orang yang tidak dikenal tiba-tiba saja muncul.
Tidak salah lagi, di cocktail itu memang sudah ditambah bahan, dan merupakan bahan yang sangat keras.
Keparat? Fredo tersenyum, memang dia masih bimbang mau tidak membantu, tapi, sekarang ini, dia sebaliknya mesti harus membawa Asmi pergi, tempat miliknya, kalau begitu, dia adalah pemilik bar ini?
“Wanita ini, akum au, kamu mau bagaimana, aku bisa mengikuti.” Selesai mengatakan Fredo meninggalkan selembar kartu nama, tidak peduli dengan Darto yang sama sekali belum berbalik, langsung saja berjalan keluar.
Asmi mengikuti Fredo dengan baik di belakang, meski mengerahkan seluruh tenaga untuk membuka mata, tapi di depan matanya masih seperti ditutupi selapis kabut, kabur tidak jelas.
“Terima… terima kasih…” Asmi menyusut jadi satu gumpalan, satu tangan menggenggam erat amplop, satu tangannya lagi dengan gugup menarik baju, kalau boleh, ingin sekali rasanya membenamkan wajah ke depan dada.
“Hmph, sudah ke tempat seperti ini, sudah seharusnya melakukan persiapan yang baik, masih bodoh seperti ini, apa maksudnya.” Fredo melihat pundak Asmi yang terpapang keluar, dengan suara yang dingin.
Asmi tidak menyangka Fredo bisa berkata seperti ini, sewaktu mau menjelaskan, yang keluar malah suara rintihan yang memalukan.
Fredo melihat amplop yang digenggam erat di tangan Asmi, “Berapa?”
"Berapa apa?" Asmi tidak mengerti, otak besarnya kosong, hanya bisa menggigit bibir dengan erat, tidak berkata-kata.
Fredo mengira wanita itu merasa malu, dalam mata terpancar cemooh, saat ini merasa malu, "apa ada gunanya? Dulu sewaktu berpikir mau melakukan semua ini, bagaimana memikirkannya?"
“Merepotkan… ah… merepotkan kamu, antar… antar aku pulang ke rumah..” Wajah Asmi merah sekali, badannya terus menerus merasa tidak enak dan kosong, membuat dia hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata, terlebih lagi Fredo sangat dekat seperti ini, lebih membuatya tidak bisa berpikir lagi.
Fredo terakhir juga mengangguk, mengemudi mobil membawa Asmi kembali ke kompleks yang agak terlihat jelek, lama dan kopong itu.
Asmi akhirnya jadi lega, saat ini hasrat hampir sepenuhnya mengendalikan keinginannya, mengikuti reflek badan, tubuh lemah Asmi mendekati Fredo ….
Fredo sedang mau mendorong Asmi, namun tangan digenggam oleh Asmi, diletakkan ke samping bibir, bibir yang lunak, di jari tangan Fredo berkeliaran.
“hei… " Sial, gimana ini? Pria itu.. tak disangka dia…."
Fredo tidak menyangka, dirinya bisa berhasrat karena gerakan Asmi ini, matanya memberat dalam, meski pria itu bukan petualang yang suka mengejar para wanita tapi dia juga tahu hal di antara pria dan wanita sebenarnya itu gimana.
Memandangi tulang selangka Asmi yang menampilkan keluar kulit putih agak memerah, hanya merasa arus panas ini dari bagian bawah perut perlahan naik, hasrat yang tidak bisa terkendali bangkit.
“Ini kamu yang menyodorkan pelukan!” Fredo menggertakkan gigi, balik memeluk Asmi, langsung melepaskan kacamatanya yang mengganggu itu.
Asmi melebarkan mata yang kabur, merobek baju di tubuhnya yang tidak bersisa berapa potong, di dalam mulut samar-samar tidak jelas bergumam, “Fredo … panas… ah..”
Fredo dengan teliti melihat Asmi di hadapannya, seakan tidak pernah melihatnya saja.
Rambut Asmi yang hitam bersinar itu tidak tahu kapan terbuyar jadi gelombang besar yang seksi menutupi di depan tubuh, poni di dahinya dibasahi oleh air keringat, menunjukkan keluar dahi yang bersinar dan bersih, di bawah kaca mata berbingkai hitam itu ternyata tersembunti sepasang mata yang begitu cantik, alis mata yang cantik agak mengunci, bulu mata yang panjang mengedip membentuk selapis bayangan di bawah mata.
Fredo terbelalak, penyesalan yang tidak bisa tertahan, wanita jelek di hadapannya, ternyata seperti wanita cantik yang berjalan keluar dari lukisan, menampilkan pesona klasik, ditambah saat ini sedang mabuk, membuat pria itu hampir saja tidak tahan.
Tidak, bukan hampir tidak tahan, sudah tidak tahan lagi.
Fredo meraung dengan suara rendah, mulai balik menyerang. Asmi hanya merasa seketika langit berputar bumi terbalik, selanjutnya keduanya terjerumus masuk ke dalam gelombang panas.
Malam yang panjang, cantik tak berbatas.
Fredo mengelus dahi, tiba-tiba duduk, melihat Asmi di samping yang tertidur lelap, mengerutkan dahi, tidak bisa dipungkiri, kenikmatan dari wanita itu memang sangat indah sampai membuat dia kehilangan kendali, satu kali dan satu kali lagi menagih, tapi, dia juga mendapatkan kegembiraan, bukannya begitu? Ditambah lagi, dia yang menyodorkan pelukan, dirinya hanya merespon permintaan wanita itu saja.
Balik melihat ke percikan darah merah itu, dalam mata Fredo tersorot rasa ragu, "dia…."
“ah… jangan…”
Asmi secara tak sadar menggoyangkan tangan, seakan sedang mengibas pergi mimpi buruk yang menakutkan itu.
Fredo melihat wajah yang peri itu, agak melamun, wanita itu, "mengapa mau berpura-pura jadi wanita jelek? Atau mungkin, dia mendekati dirinya ada suatu tujuan?!"
"Heh, tidak peduli bagaimana, meski wanita itu dengan sengaja mendekati dirinya lantas gimana?"
Fredo menggendong Asmi yang tertidur lelap ke atas sofa, Asmi tidak tenang dan bergerak-gerak, Fredo menggerutkan dahi, dia ringan sekali, tapi…. memandangi bentuk tubuh yang berisi seperti ini, gumpalan yang lembut dan lunak itu….
Hasrat dalam tubuh agak terbangun kembali, Fredo menghelakan nafas, memandangi langit yang hampir mendekati subuh, menahan paksa hasrat, dan pergi.
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Goddes
Riski saputroTen Years
VivianSomeday Unexpected Love
AlexanderWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiHidden Son-in-Law
Andy LeeKamu Baik Banget
Jeselin VelaniAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya