Asisten Wanita Ndeso - Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
Jam 3 fajar, merupakan waktu tertidur lelap, sebaliknya Asmi Sumirah terus bolak-balik gimana pun juga tidak bisa tidur, bekat air mata di wajah belum kering, mata besarnya berkaca-kaca membengkak merah.
Dari kecil sudah dibuang oleh orang tua kandung, langsung saja orang tua asuh yang mandul menganggapnya sebagai anak kandung mereka sendiri, Asmi Sumirah juga selalu percaya mereka bertiga sekeluarga bisa bahagia selalu, tapi, beberapa hari yang lalu, tak disangka orang tua asuhnya karena sebuah kecelakan tak diduga dua-duanya meninggal, ini membuat dunia wanita itu seperti runtuh semua.
Tiba-tiba duduk, memandangi kamar yang kosong, ujung matanya kembali mengecewakan basah dan lembab lagi.
Kesehatan orang tua asuhnya memang tidak baik, biaya obat mengutang banyak hutang, makanya dua hari ini terus-terusan ada teman dan keluarga yang datang menagih hutang, satu per satu bermuka angkuh, mengatakan perkataan yang tidak enak didengar.
Seharusnya takut dia putri asuh ini tidak mengakui hutang ini, membuat uang mereka hilang begitu saja.
Asmi tak berdaya memandangi plafon, bagaimana mungkin wanita itu tidak mengakui hutang dan membuat orang tua asuh yang sudah meninggal masih dikritik oleh mereka?
Besok, tidak, setelah langit terang aku langsung pergi cari kerja!
Demi menjaga ibu asuhnya, dia mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya, hanya mencari pekerjaan sementara di dekat rumah, sekarang, demi melunasi hutang, dia perlu harus segera mencari sebuah pekerjaan yang formal dan stabil.
Memandangi foto orang tua asuhnya yang ada di atas meja, Asmi perlahan masuk ke dunia mimpi.
Anisa Lim memeluk dada, gaun pendek yang dipenuhi dengan mutiara terlihat luar biasa anggun, hanya saja dahi yang mengerut dan ketidaksabaran dalam matanya membuat pakaian anggun di tubuhnya ini kehilangan kecantikan.
Apa mungkin tidak ada seorang sekretaris yang tidak berdandan dan berpakaian yang menggiurkan? Atau mungkin, dia seharusnya dengan jelas menyampaikan mau mencari sekretaris wanita yang jelek?
Begitu mendengar Marini Grup sedang mencari sekretaris CEO, di sini langsung penuh orang berdesakan, melihat jauh ke sana benar-benar seperti bunga bermekaran saja, satu per satu semuanya memiliki kecantikan kelas atas, wajah yang cantik ditambah dengan bentuk badan yang sangat elok, lebih gempar lagi dibanding kontes kecantikan.
Asmi dengan setelan baju dan celana kuno berwarna abu-abu, memakai kaca mata berbingkai hitam hampir menutupi mata, poni yang tidak dirapikan membentuk sebuah lengkungan yang aneh menempel erat di dahi, rambut hitam yang bersinar diikat menjadi dua ikat kepang yang terus jatuh ke bawah sampai ke pinggang, celana yang berwarna abu-abu membungkus semua badan hampir tidak kelihatan sedikit pun garis tubuh yang bergelombang, sepasang sepatu kain kuno, lebih mebuat orang merasa kampungan sekali.
"Marini? Itu bukannya kantor tempat dimana pria itu berada?" Asmi menyokong kacamata, berdiri dan melihat, melihat di depan begitu banyak wanita cantik, agak bimbang.
Dirinya juga mau mencari pekerjaan sekretaris, Marini juga pastinya adalah sebuah perusahaan yang bagus, hanya saja….
Ketika Asmi sedang bimbang tidak bisa memutuskan, Anisa memeluk dada mengerutkan dahi tiba-tiba matanya bersinar, menyoroti dari atas ke bawah Asmi yang berpenampilan seperti orang kuno gadis desa yang masuk ke kota, tiba-tiba menepuk tangan, benar, seperti ini, yang dia mau cari adalah wanita seperti ini!
Wanita seperti ini diatur jadi sekretaris di sisi Fredo Fajar, dia bisa tenang, terlebih lagi kebimbangan dalam mata wanita itu, sekali melihat sudah tahu juga adalah wanita yang tahu diri, iya benar wanita itu!
Asmi baru mau melangkahkan langkah kaki, hanya merasa sebuah angin wangi berhembus, di depannya bertambah sebuah bayangan, selanjutnya muncul suara yang arogan di samping telinga, “Iya benar dia.”
Asmi tidak tahu alasannya apa, "ini maksudnya apa?"
Melihat Asmi yang tertegun bodoh, Anisa tambah lebih puas lagi, mengangguk, “Mulai hari ini, kamu adalah sekretaris CEO Marini.”
Tertegun menjulurkan jari tangan, Asmi tidak berani percaya menunjuk hidungnya sendiri, "sekretaris CEO Marini? Itu, itu bukannya sekretaris Fredo ? Ini…. Aku?”
“Tidak salah, benar kamu! Hari ini langsung pergi.” Anisa sedetik pun juga tidak ingin menetap di sini lagi, melihat para “vas bunga” yang berjuang untuk lolos itu jadi tidak senang, sungguh mengganggu mata!
Bukan seharusnya bertanya ke wanita itu mau mencari pekerjaan seperti apa, bisa apa? ini, apa ini tidak terlalu serampangan? Meski berpikir seperti ini, tapi Asmi tetap juga melangkah ikut di belakang Anisa, tidak peduli, bisa menemukan sebuah pekerjaan seperti ini, wanita itu seharusnya mau curi-curi tersenyum.
Saat Asmi muncul di hadapan Fredo, Fredo mengunci dahi.
Tidak menyangka Anisa mencari wanita seperti ini untuk dijadikan sekretarisnya, bahkan dalam hati tidak bisa menahan sedikit curiga, apa Anisa demi mencari wanita seperti ini, sengaja pergi ke desa, coba pikir, di dunia seperti sekarang ini, apa masih ada wanita mana yang bisa mendandani diri seperti ini? Ini sungguh adalah dandanan gadis desa yang tidak pernah melihat dunia.
“Anisa, kamu yakin dia kemari untuk jadi sekretaris?” Suara Fredo agak dingin, dahi juga mengerut erat, sekretaris yang dia mau, meski mengatakan penampilan seperti apa itu tidak penting, dirinya juga bisa membiarkanA nisa sesuka hati mencari wanita jelek seperti ini, tapi wanita jelek ini juga perlu ada kemampuan baru bisa, apa wanita itu mengira hal semacam ini boleh semau dia saja merecok?
Anisa melihat respon Fredo tambah lebih yakin lagi terhadap pilihan cerdasnya, Fredo pasti tidak akan berminat terhadap wanita seperti ini, hanya saja, sebelumnya wanita itu hanya kepikiran mau mencari seorang wanita yang bisa membuat pria itu sama sekali tidak berminat, sekarang baru kepikir masalah ini, wanita jelek ini, apa bisa jadi sekretaris?
Berbelok ke arah Asmi, Anisa menyampingkan kepala, melihat di dalam tangan wanita itu memengang erat setumpukan dokumen, dalam hatinya berkobar setitik harapan, barang kali wanita jelek ini juga sungguhan bisa mengemban pekerjaan ini juga ada kemungkinan.
Asmi agak gelisah, setelah selang waktu bertahun-tahun, barang kali Fredo dari awal juga sudah tidak mengenali dirinya lagi, tapi bayangan Fredo selalu berhenti di dalam otaknya, tidak pernah pergi, saat ini kedengaran perkataan Fredo , sudah semestinya mengeluarkan suara menjawab, suara agak sedikit serak, “Aku bisa jadi sekretaris.”
“Ow?” Di mata Fredo terpancar rasa tertarik untuk mendengarkan, tidak menyangka masih bisa jadi sekretaris, “Coba katakan, Marini ku bukannya bisa menerima sembarangan orang?”
Anisa merapatkan mulut, tidak peduli bagaimana pun juga, meski wanita jelek ini tidak bisa, dia akan mencari orang untuk mengajari juga harus bisa! Pokoknya wanita itu sudah teguh memutuskan wanita jelek ini.
“Aku… aku bernama Asmi Sumirah …” Asmi mendongak, mata yang bersinar di bawah kaca mata berbingkai hitam dengan erat memandangi mata Fredo , dalam hatinya agak gelisah dan berharap, meski dalam hati tahu, pria itu pasti tidak akan mengingat dirinya, tapi masih tanpa beralasan berharap. Melihat Fredo yang hanya mengangguk dan tidak berbicara, Asmi agak kecewa, tapi masih lanjut mengatakan, “Tamatan S2 manajemen ekonomi, pernah menjadi…”
Melihat Fredo hanya mengangguk dan tidak berbicara, Asmi agak gelisah, “Aku pikir hanya dengan meraih sebuah prestasi nyata baru merupakan kemampuan sebenarnya, yang lainnya semua adalah pernyataan sebelah pihak saja.”
“Em, baiklah, kamu besok datang kerja.” Fredo mengangguk, tidak menyangka, orang yang penampilannya tidak menarik, bukan, hampir tidak bisa dilihat, atau wanita yang membuat orang tidak ingin meneliti dengan dalam penampilannya ini tak disangka terbilang cakap dalam berbagai bidang, tapi, seperti ini juga bagus, semoga wanita itu sadar diri, jangan seperti wanita sebelumnya tidak berhenti menjerat dirinya.
Meski sekretaris sebelumnya semuanya dikorek pergi oleh Anisa, tapi kalau pria itu bermaksud menghalangi, juga tidak akan terjadi masalah seperti ini. Dia tidak suka Anisa, hal ini pernah pria itu sampaikan dengan jelas ke Anisa, wanita itu tidak peduli, bahkan mengatakan tidak akan mengatur kehidupan pribadinya, tapi, perkataan itu hanya demi bisa berhasil mendekatinya hanya ngomong saja.
Asmi diam berdiri di sana, pria yang sama seperti gambar ini, pria yang di dunia bisnis hampir terbilang seperti tokoh di dongeng ini, pria yang disimpan selama sepuluh tahun di dalam hatinya ini, hari ini, tak disangka jodoh mempertemukan menjadi atasnya, apa ini bisa dibilang keberuntungannya? Tapi, mengapa dia tidak bisa senang? Karena pria itu sama sekali tidak ingat dengannya, tapi, dia memang tidak seharusnya mengharapkan sesuatu, bukannya begitu? mereka memang adalah dua orang dari dunia yang berbeda.
Anisa sendiri juga tidak menyangka, wanita jelek ini sungguh bisa berhasil melamar, sungguh mengurangi kerepotannya, besok-besok juga tidak akan terjadi lagi masalah seperti yang sebelumnya itu, tapi, wanita itu masih harus mempersingkat waktu, pasti mau membuat Fredo bertekuk lutut di bawah roknya, ini baru merupakan hal yang terpenting, asal Fredo sama dengan pria-pria jelek itu mabuk akan dirinya, wanita itu tidak perlu takut apapun lagi!
Asmi pergi dengan sunyi, tepat ketika menutup pintu, memandang penampilan Anisa yang bahagia, dalam hati diam-diam merestui, bisa dengan dekat seperti ini melihat pria itu, baginya, sudah merupakan suatu hal yang bahagia, wanita itu tidak pernah berharap banyak.
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlUntouchable Love
Devil BuddyHabis Cerai Nikah Lagi
GibranMy Perfect Lady
AliciaEverything i know about love
Shinta CharityAir Mata Cinta
Bella CiaoDiamond Lover
LenaCantik Terlihat Jelek
SherinAsisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya