Asisten Wanita Ndeso - Bab 77 Perusahaan Dargo
Ada edit nama Bab 76 31/10/20 Perusahaan Lim -> Perusahaan Dargo
Gedung Perusahaan Dargo memiliki kemiripan dengan Marini Grup, yaitu satu keseluruhan perusahaan berada dalam sebuah gedung tinggi, meskipun skalanya jauh lebih kecil daripada Marini Grup, tetapi performa Perusahaan Dargo di ranahnya tidak dapat dipandang remeh, terutama bosnya, Liam Dargo, yang awalnya merupakan seorang dosen universitas jurusan ekonomi, lalu terjun ke dalam dunia bisnis pada usia separuh baya.
Berdasarkan kepekaan bisnis yang mencengangkan dan literasi bidang ekonomi yang handal, Perusahaan Dargo menjadi kian sukses di ranahnya dalam waktu beberapa tahun, bahkan menjadi satu-satunya penguasa, terutama selama ini Perusahaan Dargo memiliki interaksi bisnis dengan pemimpin dunia bisnis di kota setempat, Perusahaan Lim.
Namun, terkait latar belakang keluarga dari presdir Perusahaan Dargo, Liam, sedikit sekali orang yang mengetahuinya, hanya diketahui bahwa istrinya sudah meninggal ketika dulu, dia sendiri yang membesarkan seorang putrinya, lalu putrinya pergi menuntut ilmu ke Amerika dalam beberapa tahun ini.
Terkait Liam, yang diketahui oleh dunia luar hanya sebatas ini saja, tidak ada yang tahu bahwa Sasa yang baru bergabung di departemen perencanaan Perusahaan Dargo merupakan putri dari presdir Liam.
Selain sekretaris dari Liam, tidak ada orang lain yang mengetahui hal ini, bahkan teman baik Sasa, Asmi, juga tidak tahu ternyata keluarga Sasa begitu ternama dan begitu kaya, Sasa tidak ingin orang lain memandang tinggi padanya karena dia adalah putri dari Liam.
Di departemen perencanaan, semua komputer sedang berbunyi karena diketik dengan begitu mahir, telepon juga berdering di sana-sini, belum sampai pada jam istirahat kerja, Sasa sudah merasa lelah sekali, awalnya dia mengira departemen perencanaan tidak jauh berbeda dengan departemen pemasaran, tetapi tak disangka departemen perencanaan lebih sibuk.
“Bbrr, bbrr, bbrr.” Ponsel Sasa berdering, dia selalu mengaturnya menjadi mode getar, ini adalah kebiasaannya ketika bersekolah di Amerika, di kelas di Amerika, sedikit sekali teman-teman yang akan memperhatikan ponsel, mereka semua mengerahkan hati dan pikiran pada pembelajaran di kelas.
Sasa tahu yang akan meneleponnya pada jam ini hanya Tanu sendiri, melihat orang-orang di sekitar sedang sibuk menangani dokumen, Sasa bergegas membawa ponselnya ke kamar mandi “Halo, Sasa, kenapa lama sekali kamu baru mengangkat telepon?” Terdengar suara Tanu yang cemas di ujung telepon sebelah sana.
“Apakah perusahaan kalian sudah akan bangkrut? Direktur Tanu, kenapa anda selalu begitu senggang, ataukah Fredo sudah memecatmu?” Mendengar suara Tanu, Sasa berkata dengan kesal, siapa suruh Asmi masih berbaring di rumah sakit saat ini?
Mendengarnya, Tanu merasa ada yang tidak beres dengan Sasa, sebelumnya Sasa selalu sangat antusias kepadanya, kenapa tiba-tiba merosot pada titik beku? Tanu percaya bahwa perasaannya sangat peka, dia pun dapat memastikannya dengan mendengar nada bicara Sasa.
“Apakah kamu tidak bisa mengharapkan yang baik untukku, apa baiknya bagimu jika aku kehilangan pekerjaan?” Tanu juga berkata mengusik dengan Sasa, seharusnya dia adalah orang hebat di antara orang hebat dalam hal ini.
“Tentu saja ada baiknya, aku adalah orang yang tidak akan bergerak tanpa mendapatkan keuntungan, apakah kamu tidak tahu? Bahkan bos kalian juga sudah mengatakannya, aku dan Asmi datang demi harta keluarga Fajar mereka. Sepertinya kamu juga berada di sana pada hari itu, apakah kamu tidak mendengarnya?” Teringat akan Fredo, emosi Sasa pun bangkit, maka dia melampiaskan semuanya pada Tanu yang menelepon kemari.
“Sudah. Nonaku, anggap saja aku salah, oke, aku salah, nanti aku pasti akan mentraktirmu sebagai permintaan maaf, oke.” Sekarang barulah Tanu tahu ternyata ketika berbicara dengan wanita harus sangat berhati-hati, karena kamu tidak tahu akan membuatnya marah di mana.
Sasa masih mengambil hati atas perkataan tadi, terpikir bahwa Asmi sudah cukup kasihan sekali, bagaimana mungkin dia punya waktu di siang hari untuk menemani Tanu, dia akan menggunakan waktu dua jam yang hanya dia punya untuk pergi menegok Asmi.
“Aku tidak punya waktu di siang hari, aku akan pergi menemani Asmi.” Sasa berkata dengan nada jengkel, tetapi baru saja terucap, dia teringat bahwa kemarin Tanu masih menanyakan keberadaan Asmi padanya, tak disangka dia mengucapkannya begitu saja karena kesal, dia bergegas mendekap mulutnya sendiri.
“Asmi? Kamu akan pergi menemani Asmi? Ternyata kamu tahu di mana Asmi, jika kamu bertemu dengannya, suruhlah dia cepat kembali bekerja, jika dia tidak kembali bekerja, Tony selalu berwajah suram, lalu menyerahkan seluruh pekerjaan Asmi padaku dan Andy, pagi hari ini aku pun hampir frustasi.” Tanu mendeskripsikan situasi di perusahaan dengan melebih-lebihkannya.
Namun, dalam dua hari ini ketika Asmi tidak bekerja, dia benar-benar sibuk tujuh keliling, karena tidak ada Asmi, juga tidak ada sekretaris yang lain, serta kebetulan perusahaan sedang menjalin kerja sama dengan Mitsu Group, semua ini membuat Tanu sedikit kewalahan, jika mencari seorang sekretaris pada saat ini, juga akan sangat susah untuk langsung menguasainya karena tidak familiar dengan keadaan.
Sekarang Tanu sangat merindukan hari-hari di mana Asmi berada di perusahaan, dengan kemampuan penanganan masalah Asmi, dapat menghemat banyak masalah untuknya yang adalah seorang Direktur.
Tetapi di dalam perusahaan ini, selain Asmi, bahkan Anisa yang datang setiap hari untuk memeriksa keadaan juga tidak datang, ini membuat Tanu kebingungan, jika Anisa datang, maka juga dapat memilihkan seorang sekretaris untuk Tony, karena dengan identitas Asmi, Asmi tidak mungkin hanya menjadi sekretaris ke depannya.
Sasa meletakkan ponselnya, dia berdiam diri di dalam kamar mandi untuk beberapa saat, terkadang kamar mandi perusahaan besar adalah tempat perkumpulan informasi, dulu dia pernah mendengar para rekan kerja wanita menggosipi ayahnya di dalam kamar mandi, bahwa ayahnya elegan dan murah hati, sekujur tubuhnya memancarkan pesona seorang pria dewasa dan yang paling diuntungkan, ayahnya tidak mempunyai istri.
“Jika dapat menjadi yang di sisinya itu, alangkah baiknya.” Sasa mendengar seorang wanita berkata dengan kagum “Walau tidak berstatus aku pun bersedia.”
“Bukankah ini orang ketiga yang sedang marak terjadi di lingkungan masyrakat ?” Sasa berjalan keluar dari kamar mandi, ingin melihat seperti apa rupa dua wanita yang mengagumi ayahnya.
Begitu keluar dari kamar mandi, Sasa terkejut, itu adalah dua orang gadis yang usianya tidak jauh berbeda dengan dirinya, dia termangu sejenak, lalu bergeleng dengan tak berdaya, di dalam negeri, mungkin setiap harinya ada gadis seusia itu yang tak terhitung jumlahnya sedang memimpikan hal yang sama.
Sasa merasa sulit dipercaya, meskipun dia menetap di Amerika selama tujuh tahun, tetapi Amerika tidak begitu terbuka seperti yang dibayangkan oleh semua orang, mereka boleh sembarangan dalam hal seksual, tetapi sikap mereka terhadap cinta sangatlah serius, para gadis yang dia kenali tidak pernah berpikir untuk berkenalan dengan orang kaya, dengan bos besar, agar bisa menjadi burung peliharaan yang aman dan tenteram.
“Gadis-gadis sekarang ini, sungguh sulit dipercaya, ayah pun sudah adalah pria tua, jangan-jangan mereka benar-benar menyukai pria tua? Hanya sekedar menyukai uang pria tua saja bukan.” Sasa sambil berpikir sambil kembali ke meja kerjanya.
Di meja kerjanya, ada empat tangkai bunga lily casablanca di dalam vas bunga, menghirup aroma yang menyegarkan itu, suasana hati Sasa jauh lebih lega.
Mungkin, ambisi setiap orang berbeda-beda, ada orang yang berambisi untuk menjadi sukses dengan mengandalkan usaha sendiri, juga ada orang yang berambisi untuk menjadi orang kaya dengan tanpa mengeluarkan usaha.
“Nona Lin, apa yang sedang kamu pikirkan?” Sasa sedang menyangga pipi sambil berpikir ketika dia pergi ke tempat Asmi nanti, apakah dia seharusnya menanyakan masalah anaknya, bagaimana pemikiran Asmi, apakah dia menginginkan anak itu, tetapi sebelum dia memutuskan untuk bertanya bagaimana, dia mendengar suara bass seorang pria.
Tanpa melihat dia juga tahu itu adalah Kepala departemen yang bernama Dimas, sejak hari pertama di departemen perencanaan, Dimas sangat antusias padanya, berinisiatif membawanya mengenali berbagai departemen di perusahaan, serta sering kali ikut kerja lembur ketika dia sedang kerja lembur.
Sasa sudah mengetahuinya dari awal, hanya saja tidak ingin memberi pukulan pada Dimas, maka dia berkata dengan acuh tak acuh “Pak Dimas, aku sedang memikirkan makan apa nanti siang?” Sudah hampir sampai pada jam istirahat kerja, perut Sasa terus berbunyi keroncongan, dia sedang memikirkan apa yang seharusnya dia makan nanti.
Pada biasanya, Sasa tidak pulang ke rumah pada jam istirahat kerja, karena rumahnya berjarak lumayan jauh dengan perusahaan, demi membuat dirinya menjadi mandiri, dia tidak menyetir mobil sport berwarna kuning yang dibelikan ayahnya, dia tidak memiliki kesukaan yang signifikan terhadap mobil, asalkan bisa digunakan maka sudah bagus.
Ketika di Amerika, Sasa bekerja untuk membiayai sekolahnya sendiri, dia menggunakan mobil bekas yang dibeli dengan uang yang dia kumpulkan, dia menabung uang yang ayahnya berikan sedikit demi sedikit, lalu setiap setengah tahun akan mengirimkan uang dan barang kepada anak-anak yang dia berikan sumbangan bantuan.
Berbicara sampai di sini, Sasa sungguh adalah seorang gadis yang baik, sejak masuk kuliah, dia memberikan sumbangan bantuan kepada dua orang anak di daerah perbatasan, kedua anak itu adalah kakak beradik perempuan, orangtua mereka telah meninggal ketika mereka masih kecil, lalu mereka hidup bersama kakek dan nenek, tetapi kakek dan nenek mereka sudah kehilangan kemampuan bekerja.
Sasa bertemu dengan mata mereka yang penuh dengan keingintahuan di organisasi relawan, begitu jernih dan polos, lalu Sasa mendaftarkan diri untuk menjadi relawan, ingin memberi dana bantuan kepada kedua anak itu.
Sekarang kedua anak itu sudah lulus dari sekolah dasar dan berhasil menempuh sekolah menengah pertama di setempat, nilai kakak beradik itu sangat bagus, maka Sasa terus memberikan dana bantuan kepada mereka.
“Tidak tahu makan apa nanti siang? Aku traktir saja.” Dimas mengambil kesempatan untuk mengundang Sasa, Dimas sudah berkali-kali mengundang Sasa baik secara umum maupun pribadi, tetapi Sasa selalu berkata bahwa dia mempunyai urusan lain, maka Dimas juga tidak enak untuk memaksakan.
Sejak hari pertama Sasa masuk ke dalam perusahaan dengan mengenakan gaun pendek berwarna kulit, Dimas sudah terpikat oleh gadis cantik ini, ada tidak sedikit gadis cantik di dalam perusahaan ini, juga tidak sedikit dari mereka yang menunjukkan cinta kepada dia sang Kepala departemen, namun, dia tidak menyukai para gadis yang aktif itu, dia mempunyai prinsip cinta sendiri.
Prinsip Dimas adalah pasti harus mencari seorang gadis yang dia sukai, lalu melancarkan serangkaian aksi gila-gilaan, membuat gadis itu secara sukarela takluk di bawahnya.
Namun, kalaupun Dimas berwajah tampan, tetapi Sasa selalu bersikap acuh tak acuh kepadanya, Dimas selalu merasa Sasa memiliki suatu aura elegan dan ketenangan yang tidak dimiliki oleh gadis lainnya, kalaupun pada hari itu Sasa mengenakan pakaian yang sederhana sekali.
“Kepala departemen, sungguh maaf sekali, teman baikku masuk rumah sakit, nanti siang aku harus pergi menemaninya.” Sasa berpura-pura tidak enak hati dan sengaja menampakkan senyum, dia tersenyum menatap Dimas, menunggu perkataan Dimas.
“Baiklah, temanmu masuk rumah sakit, maka kamu temani dia saja, lagi pula pekerjaanmu hari ini juga tidak banyak, kamu tidak perlu datang lagi jika sibuk, aku bisa memberimu libur setengah hari.” Meskipun mendapatkan penolakan, tetapi Dimas sama sekali tidak bersedih melihat Sasa menatapnya dengan wajah senyum.
Dimas merasa setidaknya Sasa tidak membencinya, Sasa ingin pergi mengengok temannya, mengapa dia tidak mengambil kesempatan untuk memberikan hari libur lebih pada Sasa? Mungkin perhatian yang kecil akan berguna terhadap Sasa.
“Benarkah? Kepala departemen, terima masih, aku mewakilkan sahabat baikku mengucapkan terima kasih padamu.” Wajah Sasa yang suram dalam beberapa hari ini akhirnya menjadi cerah, beberapa hari ini dia hampir gila karena siksaan sebuah projek, tak disangka Kepala Departemen begitu murah hati, dia pun tidak perlu mengerjakannya lagi.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso×
- Bab 1 Sekretaris ke-29
- Bab 2 Perolehan Yang Tak Terduga
- Bab 3 Penyanyi Misterius
- Bab 4 Apa Benar Wanita Yang Jelek?
- Bab 5 Dengan Tidak Disengaja
- Bab 6 Menyelamatkan
- Bab 7 Permintaan Tidak Dipenuhi Terus Menjerat
- Bab 8 Ibu Kandung
- Bab 9 Cerita Belakang Layar
- Bab 10 Kelembutan Palsu
- Bab 11 Sasa Lin
- Bab 12 Perjamuan
- Bab 13 Menyiksa Siapa
- Bab 14 Ini Semua Tidak Buruk (1)
- Bab 15 Ini Semua Tidak Buruk (2)
- Bab 16 Siapa itu
- Bab 17 Hidup Manusia Hanya Berapa Puluh Tahun
- Bab 18 Kopi Nona Lim
- Bab 19 Bagaimana Kamu Melihatnya
- Bab 20 Sehati
- Bab 21 Kamu Benar-Benar Berkemampuan
- Bab 22 Curiga
- Bab 23 Ternyata Penyebabnya Adalah Ini
- Bab 24 Cinta Ibu Sama Semua
- Bab 25 Pohon Parasol
- Bab 26 Muntah
- Bab 27 Mencari Alasan (1)
- Bab 28 Mencari Alasan (2)
- Bab 29 Asap Bertebaran
- Bab 30 Pacar Baru
- Bab 31 Memerah
- Bab 32 Mengejar
- Bab 33 Suka Rasa Stroberi
- Bab 34 Menangis Dengan Getir
- Bab 35 Persoalan Secarik Kartu
- Bab 36 Pertemuan Secara Tidak Sengaja
- Bab 37 Kepahitan Dalam Cinta
- Bab 38 Bibi Yang Menyebalkan
- Bab 39 Kupu-Kupu Keluar Dari Kepompong
- Bab 40 Apakah Kamu Benar Adalah Asmi
- Bab 41 Anisa Terluka
- Bab 42 Perselisihan
- Bab 43 Berangkat
- Bab 44 Satu Kali Pertemuan
- Bab 45 Tidak Nyaman Dengan Tempat Baru
- Bab 46 Gaun Ungu
- Bab 47 Acara Pesta
- Bab 48 Tokoh Utama
- Bab 49 Drama Korea
- Bab 50 Olahraga Pagi
- Bab 51 Sound Of Silence
- Bab 52 Hari Terakhir Di Korea
- Bab 53 Tidak menarik
- Bab 54 Sebuah lingkaran merah
- Bab 55 Meminta Ijin
- Bab 56 Hamil
- Bab 57 Periksa Dan Pelajari
- Bab 58 Hidup Bersama Dengan Damai
- Bab 59 Pahitnya Hati
- Bab 60 Pesta Keluarga
- Bab 61 Bertengkar Hebat
- Bab 62 Cinta Asmi Sumirah
- Bab 63 Sembarangan Menjodohkan
- Bab 64 Pertama Kali Ke Rumah Asmi
- Bab 65 Minum Alkohol
- Bab 66 Pertemuan
- Bab 67 Asap Hijau
- Bab 68 Perpisahaan
- Bab 69 Rencana Yang Tidak Berniat Bagus
- Bab 70 Bangsal
- Bab 71 Enggan
- Bab 72 Mimpi Buruk
- Bab 73 Berjaga Malam
- Bab 74 Air Mata
- Bab 75 Memperbaiki Suasana Hati
- Bab 76 Sikap Makan
- Bab 77 Perusahaan Dargo
- Bab 78 Masalah Anak
- Bab 79 Konfirmasi Kecelakaan Mobil
- Bab 80 Susah Untuk Menerima
- Bab 81 Sangat Kecewa
- Bab 82 Kebahagiaan Yang Sederhana
- Bab 83 Mempertanyakan
- Bab 84 Kebenaran
- Bab 85 Ke Utara
- Bab 86 Gunung Es Meleleh
- Bab 87 Menghilang
- Bab 88 Balas Surat
- Bab 89 Nama Yang Sangat Tidak Asing
- Bab 90 Pulang Negeri
- Bab 91 Bertemu Dengan Sahabat Lama
- Bab 92 Acara Pernikahan
- Bab 93 Cantik dan Menawan
- Bab 94 Perjamuan Malam
- Bab 95 Pulang Rumah
- Bab 96 Pergi Ke Kuburan
- Bab 97 Bingung
- Bab 98 Konser
- Bab 99 Badai Konferensi Pers
- Bab 100 Baunya